CHP 3 Berteman?

21 7 0
                                    

Oliver pun bangun dan mematikan alarmnya ia bersyukur karna sekarang dia tidak telat seperti kemarin jadi sekarang dia bisa santai tidak terburu-buru lagi,ia pun mandi,memakai seragam,membersihkan kamarnya dan membuat makanan sesudah makan Oliver mencuci piring dan minumannya dan pergi keluar kost untuk berangkat sekolah.

"Pagi dek Oliver" "Halo kakak" "semangat sekolahnya ya" ucap orang orang yg di parkiran depan kostnya kepada Oliver tentunya Oliver pun menyapa mereka balik,ia pun manaiki sepedanya dan pergi,sungguh pagi yg baik-baik saja menurut Oliver.
Sesampainya di sekolah Oliver memarkirkan sepedanya,Oliver pun langsung menuju klsnya,diklsnya ia hanya melihat beberapa murid saja Oliver menuju bangkunya dan duduk sambil memainkan game di hpnya.
Tidak berapa lama, pintu kelas terbuka dan Lydia masuk.Dengan langkah yg santai,ia melihat sekeliling dan menuju bangkunya yg ternyata ada seorang cowok yg kemarin ia pergoki,Oliver yang sedang asyik bermain game di ponselnya tiba-tiba terkejut karna ada Lydia di sebelahnya,Oliver menoleh, sedikit terkejut ingin main game kembali biar gk gugup tapi malah diajak ngobrol sama Lydia.Jujur saja sekarang jantungnya sedang berkerja keras.

Lydia membuka pembicaraan,awal awalnya sih Oliver gugup dan hanya menjawabnya singkat saja tetapi perlahan dia mulai nyaman. Mereka berdua pun masih berbicara, awalnya tentang hal-hal sepele seperti pelajaran di sekolah dan guru-guru, tapi perlahan-lahan percakapan menjadi lebih alami dan nyaman. Saat bel berbunyi, mengumumkan dimulainya jam pertama, keduanya mengakhiri percakapan mereka.
Guru memasuki kelas dan pelajaran pun dimulai.

Saat Oliver ingin memfokuskan dirinya kepada materi yg disampaikan oleh gurunya tetapi sesekali melihat ke arah Lydia,ia melihat Lydia yg ternyata...
Sedang tidur
-_-

Oliver hanya menggeleng kepalanya dan fokus kembali kepada materi yg diajarkan gurunya.

Bell istirahat pun berbunyi dan Oliver berdiri untuk menuju ke bangku temannya si Aiden yg ternyata teman sebangkunya sudah masuk sekolah.
"Nah ini bro yg gua omongin ke lu si murid baru" ucap Aiden kepada temanya
"Ohh Oliver ya? Kenalin gua langit" sambil tersenyum kearah Oliver
"Oh iya salken"tersenyum kembali ke arahnya

"Btw lu udh Deket sama Lydia? Gua perhatiin kalian berdua daritadi ngobrol nya nyaman and santuy gitu" ucap Aiden kepada Oliver, Oliver hanya tersenyum dan mengangkat bahunya.
"Iya tuh,Lydia emng kalo kenalan sama org suka santuy aja tp cuman org tertentu doang yg mau dia ajak bicara kalo yg lain ya.. biasa aja"ucap langit
"Mana gua tau,bisa aja karna gua kemaren kepergok sama dia" membalas pertanyaan Aiden dan langit,langit dan Aiden tertawa mendengar jawaban Oliver.

Saat mereka terus bercerita tiba-tiba ada seorang segerombolan cowo sedang menuju ke arah Lydia dengan membawa tongkat baseball besi,para murid beberapa ada yg mulai keluar kls karna ingin cari aman sedangkan yg lain hanya mundur saja menjauh,Oliver,Aiden dan langit yg melihat hal tersebut hanya bisa menatap wajah mereka satu persatu,tanpa disadari perasaan Oliver merasa khawatir apa yg akan terjadi oleh Lydia nanti meski ia tau kalo Lydia pasti akan menang.

Situasi itu tiba-tiba menjadi tegang. Sejenak, Oliver merasa dunia sekitarnya melambat. Lydia, yang hingga saat itu tampak tenang dan terkumpul, memandang orang-orang yang mendekat dengan ekspresi yang sulit dibaca.
Orang-orang itu berhenti beberapa meter di depan Lydia. Salah satu dari mereka, seorang remaja bertubuh besar, memandang Lydia dengan tatapan yang keras. "Kita dengar Lo suka berkelahi," katanya dengan suara mengolok-olok. "Gapapa kan kita ingin lihat seberapa baik kamu."
Sejenak, udara terasa dingin dan tegang. Murid-murid lainnya menonton dari kejauhan, beberapa merekam dengan ponsel mereka.

Tetapi sebelum situasi berubah menjadi kekerasan, suara berat terdengar dari belakang kerumunan. "Apa yang terjadi di sini?" Ternyata itu Pak Udin, guru olahraga yang juga dikenal karena keadilannya dan kemampuan untuk menangani situasi sulit.
Kerumunan murid-murid segera memberi jalan, dan Pak Udin berjalan mendekat. "Kalian pikir sekolah ini tempat untuk menyelesaikan masalah dengan kekerasan?" suaranya tenang tapi berwibawa.
Salah satu dari mereka tampak hendak mengatakan sesuatu, tapi melihat postur Pak Harun yang tegap dan pandangan tajamnya, dia mengurungkan niatnya. Dengan sebuah geraman, dia memerintahkan teman-temannya untuk pergi.

"Situasi seperti ini tidak bisa dibiarkan terjadi," kata Pak Udin dengan serius. "Sekolah harus menjadi tempat yang aman untuk semua." Sambil melihat ke arah Lydia dengan sinisnya pak Udin pun keluar dari kls tersebut. Insiden itu berakhir tanpa kekerasan, berkat kedatangan Pak Udin tepat waktu.

TBC

Can fate explain all this confusion?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang