🐰
Vano kini hanya bisa menatap jengah ke arah keluarganya, jujur ia sudah mulai muak dengan semua ini sekarang, matanya tak berhenti menyorot tajam ke arah kedua orangtuanya maupun kakek dan neneknya.
"Vano, di makan sayang bukan di aduk doang"ucap Mommy menatap sang Putra yang hanya mengaduk-aduk makanan yang ada di piringnya.
Prankk
Dengan kesal Vano langsung melempar sendok yang ia pegang begitu saja.
"Vano berangkat sekolah dulu"ucapnya kemudian berlalu pergi meninggalkan tatapan bingung dari keluarganya.
"Kenapa lagi dengan anak itu"ucap sang kakek
"Udahlah, mungkin lagi ada masalah sama temennya"ucap sang nenek pelan.
Sepanjang perjalanan Vano hanya diam menatap tajam ke arah depan mengendarai motor dengan kecepatan tinggi mengabaikan berbagai umpatan dari pengendara lainnya.
Brummm brummm
Suara deru sepeda motor berhasil mengalihkan pandangan dari siswa maupun siswi yang berada di parkiran.
"Wes tenang boss"ucap Bastian kala melihat Vano yang baru datang.
"Kusut amat tuh muka kek pakaian belum di setrika"tambah Darren kala melihat wajah tak bersahabat dari sang ketua.
"Kenapa?"tanya Aldi
Vano hanya memandang sekilas ke arah ketiganya kemudian memilih pergi meninggalkan mereka.
Brukkk
Vano menatap datar ke arah pemuda yang menabraknya, tak ada sedikitpun niatan untuk membantu pemuda yang kini sudah terduduk di lantai koridor.
"Selain goblok apa Lo buta juga sekarang"sinis Vano menatap datar pemuda di hadapannya.
"Sorry"ucap Vino menundukkan kepalanya kala melihat tatapan tajam dari sang kembaran.
"Yaelah sorry kalik Van si Vino kan juga gak sengaja"ucap Angkasa yang tadi sedari tadi berdiri di samping Vino.
"Siapa Lo?, kacungnya dia"dingin Vano.
"LO ---"
"Udah bang pergi aja Vino gak papa"ucap Vino kemudian menarik pergi Angkasa, sebelum itu ia sempat untuk melirik ke arah Vano yang tetap menatapnya dingin tak minat.
Tatapan Vano yang semula menatap Vino kini beralih menatap sekilas sosok berpakaian hitam yang sedari tadi mengawasi mereka.
Shit
Di manapun ia berada ada saja orang yang selalu mengawasinya, sialan sekali memang.
"Dahlah yok kelas"ucap Darren diikuti yang lain.
🐰
Di kelas sekarang suasana begitu ramai karena guru belum memasuki kelas.
"Kiw kiw cewek diem aja"ucap Galang menatap ke arah kana yang saat ini sedang diam menelungkupkan kepalanya di meja.
"Apa sih lu minggir sana"kesal Kara
"Galak amat neng PMS ya"ucap Tian ikut menanggapi.
"Galak kek enggak ke serah gue lah anjing"ucap Kara setengah berteriak, tapi sedetik kemudian ia malah menangis.
"Lah lah, mampus anak orang nangis"ucap Rangga menatap ke arah dua temannya, sedangkan Vino hanya geleng-geleng kepala melihat kelakud dari dua temannya yang suka mengganggu siswi-siswi yang ada di kelas.
"Kar jangan nangis lah sorry deh gue cuma berjanda tadi"ucap Galang
"Bercanda anjing, yang bener kek"ucap Tian menggeplak kepala Galang.
"Gue gak nangis gara-gara Lo berdua ya anjing"ucap Kara ngegas.
"Lah terus apa dong?"tanya Tian
"BRIGHTWIN GUE KARAM" teriak Kara dibarengi tangisan yang makin mengeras.
"Anjir gue kira apaan Cok"ucap Tian, ia tadi sudah gugup kalau-kalau Kara menangis karena ia dan Galang.
"Emang Brightwin apaan Kar?"tanya Rangga penasaran, hal apa yang bisa membuat cewek se galak Kara sampai menangis meraung seperti itu.
"Couple BL"ucap Kara masih dengan sesenggukan.
"Anjing"ucap Rangga Tian dan Galang bersamaan.
"Cantik-cantik nontonnya homo Sapiens"ucap Tian menatap ngeri ke arah Kara.
"EMANG KENAPA? GAK SUKA LO?"ucap Kara ngegas.
"Udah-udah mending kita pergi dari pada ikut-ikutan gila kayak dia"ucap Galang menarik Tian dan Rangga kembali ke tempat duduknya.
"Puas gangguin?"tanya Vino kepada teman temannya yang sudah kembali ke tempat duduknya sendiri.
"Gak nyangka gue selama ini ternyata si Kara penyuka pelangi"ucap Tian.
"Pelangi kan bagus emang kenapa?tanya Vino polos.
"Gak pelangi yang itu Vin, ini pelangi yang cowok sama cowok"ucap Galang menambahi.
"Biarin aja kalik, lagian dia juga nonton kuotanya gak minta beliin Lo, hpnya juga punya dia, bukan punya Lo"ucap Vino santai.
"Ya iya sih, tapi kan, dahlah"ucap Galang tak jadi, sedangkan Vino hanya terkekeh melihat kelakuan temannya itu.
Puk
"Santai kalik bro lihatinnya"ucap Bastian menepuk pelan pundak milik Vano.
Vano hanya menatap malas ke arah Bastian, yang sedang mengganggunya, matanya yang tadi menatap datar kini semakin menatap tajam ke arah Bastian.
"Heheheh peace Van"ucap Bastian kemudian memilih untuk kembali ke tempat duduknya.
"Udah tau temennya kayak singa masih aja di gangguin"ucap Aldi sambil menggelengkan kepalanya, sedangkan Darren hanya tertawa melihat ekspresi ketakutan dari Bastian.
"Bolos"ucap Vano kemudian beranjak pergi dari kelas, kakinya terus berjalan membawa ia ke arah rooftop sekolah yang terkenal sepi.
"Sendirian aja temen Lo mana?"Vano menatap ke arah pemuda yang saat ini berdiri di sampingnya dengan membawa segelas soda di tangannya.
"Kantin"jawab singkat Vano.
"Belum ketemu juga?"ucap Angkasa menatap ke arah Vano.
Iya dia Angkasa, tadi saat ia dari toilet dan akan kembali ke kelasnya ia tak sengaja melihat ke arah Vano yang berjalan ke arah rooftop sendirian akhirnya ia memutuskan untuk mengikutinya.
~notqueen_1~

KAMU SEDANG MEMBACA
DEVINO || END
Teen FictionOrang bilang memiliki saudara kembar itu menyenangkan. namun itu tidak berlaku bagi Devino Leonardo Alexander hanya karna kembarannya Devano Leonardo Alexander yang lahir 5 menit lebih tua darinya dia jadi diasingkan oleh keluarganya, hanya karena i...