24

1.1K 63 6
                                    

Musim dingin tiba. Salju turun satu persatu memenuhi seluruh penjuru kota membuat pemandangan putih sejauh mata memandang. Angin berhembus kencang. Suhu menurun drastis. Namun dinginnya cuaca saat ini tak terasa sebab hatinya telah beku sejak lama.

Naruto mengamati pemandangan lautan Salju dari balik jendela kamarnya. Tatapan matanya sendu, kosong, seakan tak ada apapun disana. Jiwanya telah lama rusak, dihancurkan keadaan.

Hidupnya menderita. Lepas dari orang yang dicintainya juga putra pertamanya yang tak pernah lagi ia bisa dengar kabarnya.

Dimanakah mereka saat ini?

Tidak kah ada yang peduli padanya?

Tak adakah satupun yang merindukan serta mencari keberadaanya?

Naruto tertawa dengan pemikirannya sendiri. Siapa yang akan peduli pada pecundang seperti dirinya? Siapa yang akan mencari pengkhianat seperti dirinya? Tidak ada. Kakinya tak bisa bergerak bebas. Fugaku merantau kakinya dan membelenggunya di tempat ini. Tubuhnya semakin ringkih dimakan beban psikis yang ditanggungnya.

Bekas merah di pergelangan kaki Naruto menjadi bukti kekejaman Fugaku. Lelaki itu melampaui kata cinta dan menggunakan alasan yang sama untuk mengurungnya di tempat ini. Meskipun kakinya lecet akibat gesekan dengan rantai besi yang mengikatnya, Fugaku sama sekali tak peduli. Baginya lecet sedikit bukan masalah besar, yang penting Naruto tak bisa melarikan diri.

Entah sudah berapa lama waktu terlewati. Naruto enggan menghitungnya. Hari demi hari ia lewati hanya untuk berdiam diri di rumah itu ditemani para pelayan dan menantikan kepulangan Fugaku. Keberadaanya saat ini tak lebih dan tak bukan hanya sebagai pemuas nafsu untuk Fugaku.

Ceklek

Pintu terbuka, menampakkan sosok Fugaku yang tersenyum lebar tanpa beban. Dipeluk ya Naruto dari belakang lalu ia cumbu pundak serta leher kekasih kesayangannya.

"Kita masuk, aku tidak mau kau sakit karena kedinginan"

Tanpa perlawanan Naruto mengikuti Fugaku masuk ke dalam kamarnya. Setelah menutup rapat jendela dan juga tirainya, Fugaku menuntun Naruto untuk duduk diatas ranjang.

"Buka mulutmu"

Dengan patuh Naruto membuka mulutnya dan membiarkan suap demi suap makanan di berikan Fugaku. Tak ada lagi penolakan. Tak ada lagi perlawanan. Naruto terlalu lelah dan takut. Kaki kanannya sudah menjadi korban. Fugaku melukainya dengan sengaja akibat ia mencoba melarikan diri. Selamanya ia akan pincang karena perbuatan Fugaku.

"Pintar sekali, kau menghabiskan makananmu"

Fugaku akan memperlakukannya dengan lembut selama ia tak melawan dan bersikap patuh. Naruto tak lagi punya kuasa untuk dirinya sendiri. Fugaku yang memegang semua kendali.

"Aku merindukan mu sayang"

Tangan kasar Fugaku perlahan meraba sekujur tubuh Naruto. Naruto menggigit bibirnya menolak mendesah namun ancaman Fugaku kembali menakutinya.

"Aku tidak suka kau menggigit bibirmu begitu, sayang. Aku ingin mendengar suaramu"

Fugaku melepas satu persatu kain yang membungkus tubuh kurus Naruto. Selalu ia merasa takjub melihat kesempurnaan dan keelokan pada tubuh Naruto.

"Ahhh.......kau selalu nikmat, sayang...."

Menangis pun percuma. Fugaku tak lagi peduli pada perasaan serta keinginannya. Dengan sangat terpaksa Naruto mengikuti keinginan Fugaku. Ia harus menerima semuanya. Ini adalah hukuman untuknya.

Hukuman karena membuat pria sebaik Sasuke terluka. Hukuman karena sudah menghancurkan kepercayaan Iruka. Juga hukuman atas penderitaan Mikoto yang diakibatkan olehnya.

MilikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang