TUP 1 ; Haven Wants Heaven

20 1 0
                                    

Suasana dapur manor riuh dipenuhi berbagai macam kesibukan para chef dan pembantu yang sedang memasak hidangan untuk para bangsawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana dapur manor riuh dipenuhi berbagai macam kesibukan para chef dan pembantu yang sedang memasak hidangan untuk para bangsawan. Bunyi periuk dan alat masak membentuk melodi acak yang memekakkan. Asap makanan mengepul di segala penjuru dapur bercampur dengan bau keringat yang mendominasi.

Haven berdiri disana dengan satu panggul karung berisi wortel dibahunya. Ia menangkap pemandangan daging steak yang sedang ditata bersama sayur asparagus dan dilumuri saus yang nampak sangat lezat. Meski tidak pernah merasakannya, Haven jelas bisa menebak betapa lezatnya daging berminyak itu. Baunya yang harum semakin meluruhkan banyak saliva dimulutnya. Tidak apa-apa jika Haven harus ikut mencium bau keringat orang-orang disini, dia bisa menyingkirkannya jika daging steak itu masih ada dipandangan.

"Kau, cepat taruh wortel itu di tumpukan sana," sosok chef tambun tiba-tiba menghalangi pemandangan steak yang indah itu, kontan membuat Haven segera menunduk dan segera berlalu menaruh karung berat di bahunya bersama dengan empat tumpuk karung yang lain. Saking beratnya tekanan dari karung wortel itu membuat punggung Haven membungkuk layaknya seorang kakek renta.

Haven mengelap keringat diwajahnya menggunakan handuk kecil lusuh yang menggantung dileher. Punggungnya terasa lebih ringan dan lega ketika dia bisa menegakkan diri. Hawa panas dari dalam dapur ditambah dengan kegiatan nya yang banyak menguras energi membuat keringatnya bercucuran seperti air terjun. Potongan kaos dalamnya hampir sepenuhnya basah keringat. Mata Haven melirik lagi steak daging yang dibawa oleh pelayan. Makanan lezat itu kini hilang bersama dengan troli yang didorong keluar dari dapur. Helaan nafas panjang keluar dari mulut Haven.

"Hey," chef tambun itu memanggil Haven lagi. Jari telunjuknya menyentil seperti ulat guna menarik atensi Haven.

"Hanya lima karung wortel, eh?" Chef tambun nampak sedikit tergelak setelah menghitung tumpukan karung wortel yang dibawa oleh Haven sebelum nya, "tidak biasanya."

"Mereka lebih besar daripada kemarin," ujar Haven.

Chef tambun itu mulai mengeluarkan kantung koin dari celananya. Membuka serutan kantung itu dan mengeluarkan satu keping koin emas dan memberikan nya kepada Haven.

Pria itu mengernyit, menatap satu keping mengkilat di telapak tangannya yang kotor, "hanya ini?"

"Satu karung, satu perak. Lima karung sama dengan satu koin emas. Harga nya tetap sama." Chef picik itu, Haven dengan raut jengah mengantongi koin emas itu ke saku celana kain. Tidak ada yang bisa dilakukan Haven sebagai sosok kotor dan rendahan yang hanya bekerja sebagai pemanggul karung berat berisi bahan makanan.

"Apa tidak ada sisa makanan hari ini?" Mata Haven memerhatikan sekitar, lebih tepatnya sedang mencari sesuatu.

Chef tambun mengerti betul apa yang diinginkan pria kurus dengan tatapan liar didepannya ini. Sorot yang kelaparan dan rindu akan masakan lezat. "Aku tahu kau ingin merasakan daging itu. Tapi biar aku beritahu, para orang penting itu tidak akan menyisakan sedikitpun daging meski itu noda saus sekalipun," chef itu tiba-tiba mendekatkan bibirnya yang tebal kearah Haven sambil berbisik pelan seolah kata-kata selanjutnya bisa membuat nya dalam bahaya, "mereka lebih baik kekenyangan sampai perut meletus daripada harus memberikannya ke mulut babi, apalagi kepada kau."

𝐓𝐡𝐞 𝐔𝐧𝐭𝐨𝐥𝐝 𝐏𝐚𝐠𝐞𝐬 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang