01

766 49 2
                                    

Lisa berdiam diri di tengah-tengah keramaian di rumahnya. Tatapannya yang kosong ke arah bingkai foto ibu kandung dan ayah angkatnya.

Banyak orang yang ingin mengucapkan belasungkawa kepada lisa, namun tidak satupun orang yang bisa menyadarkan lisa yang terus berdiam diri.

Hingga terdengar keributan seseorang datang sambil berlari ke arah lisa, Lisa mengenali suara itu.

Lisa menoleh dan melihat sosok kakaknya yang baru saja pulang dari Australia.

Rosé berlari dan memeluk adik kesayangannya itu, Rosé mengusap kepala lisa lembut sambil menyuruhnya untuk menangis di pelukannya.

Tiba-tiba terdengar tangisan yang cukup kencang, semuanya melihat sosok Lisa yang sedari malam berdiam diri, pagi sekarang ia menangis di pelukan ntah siapa kata orang-orang yang tidak mengenali Rosé. Karena Rosé jarang berada di korea maka dari itu tidak banyak dan hampir semuanya tidak mengenali sosok Rosé.

Walaupun banyak orang tau bahwa lisa memiliki kakak angkat, namun tidak tahu sosok di balik kakak angkat lisa.

Acara pemakamanpun telah usai, semua orang sudah pulang tinggalah lisa dan Rosé di rumah.

Para bibi dan kerabat lisapun mereka pulang untuk mengurus keluarganya masing-masing.

Sedari tadi lisa hanya duduk sambil memeluk Rosé di kamarnya.

Rosé merasa khawatir dengan kondisi lisa yang tidak terlihat begitu sehat.

"Makan yuk li, biar unnie buatkan makanan kesukaan kamu".

Lisa hanya menggelengkan kepalanya sambil mengumpat dalam pelukan Rosé.

"Nanti kamu sakit", Rosé berfikir sejenak untuk merayu lisa walau bagaimanapun lisa sudah besar menurutnya lisa sudah tidak bisa di bohongi seperti dulu.

Melihat tubuh lisa yang semakin tumbuh tinggi Rosé tersenyum, semenjak Rosé meneruskan usaha appanya di Australia Rosé sudah jarang bertemu lisa bahkan ini pertemuan pertama setelah 4 tahun lamanya Rosé tidak ke korea.

Rosé merasa lisa sudah semakin dewasa, tidak seperti dulu sangat cengeng dan manja apalagi tingkah polosnya. Tiba-tiba Rosé merasakan detakan yang cukup kencang melihat sosok lisa sekarang.

"Kamu sudah dewasa yah li", gumam Rosé.

"Hiks".

Terdengar isakan kecil dari mulut lisa.

"Ada apa li?", tanya Rosé khawatir.

"Laper".

Rosé tersenyum dan merangkul tubuh lisa."ayuk biar unnie buatkan makanan", Rosé menggendong tubuh ringan lisa. Walaupun lisa terlihat tinggi namun lisa sangat ringan saat Rosé gendong.

Rosé menaruh lisa di kursi dan mengecup kening lisa setelah itu Rosé pergi ke dapur untuk membuat makanan.

"Ternyata bayi itu hanya tumbuh di bagian tubuhnya", ucap Rosé terkekeh sambil memasak sesuatu.

Tidak lama Rosé membawa 2 piring makanan. Rosé menyantap makanannya dengan lahap sedangkan lisa hanya diam melihat Rosé.

Rosé mengangkat kedua alisnya heran."ada apa?, kamu ga suka makanannya?".

Lisa memberi isyarat untuk di suapi.

"Oalah mau unnie suap", lisa mengangguk sambil tersenyum tipis.

Rosé tentu saja tidak keberatan dengan permintaan lisa yang ia sangat rindukan, sikap lisa ternyata masih sama seperti dulu.

Mereka berdua makan dengan tenang, lisa juga terlihat begitu senang dengan keberadaan Rosé. Rosé melihat semuan lisa yang terukir di wajahnya.

Rosé dan lisa menyelesaikan makanannya dan berjalan ke ruang tamu, untuk menonton tv.

Tiba-tiba Rosé mendengar isakan lisa lagi, sepertinya lisa masih sedih. Rosé tak melarang lisa untuk menangis justru menyuruh lisa untuk terus menangis hingga tidak terasa berat di dadanya.

Setengah jam kemudian lisa tertidur pulas di lahunan Rosé, melihat sosok lisa Rosé benar-benar sangat menyukainya.

Rosé menggendong tubuh lisa untuk di pindahkan ke kamar.

Wajah polos itu, Rosé melihat lisa yang tertidur pulas seperti boneka. Bibirnya yang tipis membuat tangan Rosé tak tahan untuk menyentuhnya.

"Inilah kenapa aku selama ini harus jauh darimu li".

Cup

Rosé tanpa sadar mengecup bibir lisa setelah itu ia berlari untuk menepis pikirannya yang semakin menjadi-jadi.

Rosé keluar dari kamar lisa dan mencari blazer nya, ia mencari sesuatu yang bisa menenangkan pikirannya.

Krek

Rosé berjalan keluar dari rumah sambil menghisap rokok. Melihat kursi yang berada di halaman rumahnya Rosé duduk sambil menjernihkan pikirannya yang kotor.

"Bisa gawat kalau aku terus tinggal di sini, tapi sekarang sudah tidak ada siapa-siapa lagi di rumah besar ini. Hanya aku dan Lisa, dan sepertinya kalau aku melakukan hal yang tidak-tidak. sekarang tidak ada yang menegur atau memisahkan aku dan lisa".

Tiba-tiba Rosé memikirkan sesuatu tak senonoh di pikirannya.

Rosé menjatuhkan puntung rokok dan menginjaknya setelah itu ia berjalan memasuki rumah.

"Mumpung lisa masih tidur", Rosé berjalan ke arah kamar lisa dan memasuki. Melihat lisa yang masih tidur nyenyak Rosé tersenyum sambil ikut merebahkan tubuhnya di samping lisa.

"Sudah lama sekali unnie mencintaimu li".

Tangan Rosé berusaha membuka kancing baju lisa namun terlintas di pikirannya, bagaimana dia bisa melakukan hal seperti ini di saat orang tuanya baru saja meninggal.

Rosé kembali meninggalkan kamar lisa dan lagi-lagi menghisap rokok yang ia bawa dari Australia.

"Sialan padahal ini kesempatan!".

Bersambung

Our Secret Marriage Chaelisa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang