trauma ??

81 1 0
                                    

Kalau ada typo tolong tandain ya!!

"kita punya keinginan, semesta punya kenyataan dan tuhan punya keputusan."

Happy readingg 🍃


Waktu menunjukan pukul 22.45 WIB, hujan deras disertai kilatan cahaya flash dari sang kuasa menyatu dalam malam yang dingin nan mencekam.

Seorang pemuda tampak meringkuk di pojok kamar dengan badan gemetar ketakutan dan tangan yang menutupi kupingnya.

Hingga kilatan itu membunyikan suara nyaring yang membuat seorang pemuda itu berteriak keras hingga membangunkan penghuni rumah, pemuda tersebut ialah Kenzie.

Lia yang kamarnya disamping Kenzie pun segera mengetuk-ngetuk kamar Kenzie, ia berteriak memanggil nama sang kakak tetapi tak ada sautan dari Kenzie.

Kekhawatiran Lia semakin meningkat kala mendengar sang kakak kembali berteriak keras disusul suara petir yang menggelegar, Lia lupa kalau sang Kakak mempunyai trauma tentang petir.

Marka dkk menghampiri kamar Kenzie dan alangkah terkejutnya mereka kala melihat Lia sedang menangis sambil mendobrak kamar Kenzie, pasti sakit apalagi melihat ukuran badan lia yang bisa dibilang kecil itu sedang mendobrak pintu kayu yang keras.

Marka menyuruh Lia untuk menyingkir, lalu ia mendobrak pintu itu hingga terbuka, dan pemandangan pertama yang mereka lihat ialah Kenzie yang sedang menangis dengan meringkuk di pojokan.

Lia berlari menghampiri sang kakak lalu memeluknya, menyalurkan kehangatan serta memberikan rasa aman untuk Kenzie. gantian Li gw juga mau meluk Kenzie.

"stt udah ya bang, gapapa disini ada Lia sama abang-abang yang lain kok. jangan takut oke"

Beribu kata penenang Lia berikan untuk Kenzie hingga Kenzie merasa tenang, setelah dirasa keadaan cukup membaik Marka membantu Lia memapah Kenzie menuju ranjangnya.

"Ga tolong ambilin air putih di dapur" suruh Revan kepada Arga.

Dengan segera Arga mengambil air di dapur, namun saat akan mengambil air tiba-tiba saja lampu yang tadinya menyala terang kini padam nan gelap.

Arga tak sengaja menjatuhkan gelas hingga berbunyi nyaring, Arga terduduk lemas disamping meja. seluruh badannya bergetar hebat, ia memejamkan matanya berharap lampu akan kembali menyala.

Marka dkk yang mendengar suara pecahan disusul dengan padamnya listrik pun terkejut. Zia yang tadi sedang menenangkan Lia juga terkejut, dengan sesegera mungkin mencari Hp nya, namun nihil ia melupakan dimana terakhir kali ia menaruh HP nya.

Tak berhenti disitu Zia segera keluar dari kamar Kenzie  untuk menghampiri Kakaknya hingga ia lupa tak memakai sendal nya, air matanya luruh begitu saja ia takut terjadi hal-hal yang bisa mencelakakan kakaknya, Shaka yang melihat Zia keluar dari kamar dengan segera ia menyusulnya.

"Ziaa!!" Shaka berhasil menggapai Zia, ia menarik Zia kedalam pelukannya.

"lepas bang gw mau nyamperin bang Arga, kasian bang Arga dia takut gelap bang, hiks..." Zia memberontak di dalam pelukan Shaka.

"iya Zi tapi lo tenang dulu, jangan gegabah lo ga liat kita di lantai atas?? kalo lo jatuh gimana??" Shaka menenangkan Zia, setelah tenang ia menyalakan senter di Hp nya lalu segera menyusul Arga.

"Bang Agaaa!!" triakan melengking dari Zia membuat Arga yang sedang meringkuk terkejut, ia ingin berteriak tetapi lidahnya kelu, bibirnya tak bisa bergerak ia sungguh ketakutan.

Zia mengarahkan senter nya ke arah dapur, Zia dan Shaka terjekut saat melihat Arga yang menangis ketakutan.

Zia berlari kearah sang kakak tanpa melihat sekitar, kakinya yang sendari tadi tak memakai sendal pun terluka karna tak sengaja menginjak pecahan gelas yang berserakan.

Zia hanya meringis pelan merasakan sakit di kakinya ia tak perduli dengan kakinya, karna sekarang kakaknya lebih penting dari apapun itu.

Dengan segera Zia menggapai Arga lalu memeluknya, ia mengusap punggung sang kakak berharap Arga tenang.

Shaka menghampiri Arga dan Zia lalu membantunya bangun, Shaka memapah Arga ke ruang tengah, gemetar di badan Arga masih belum mereda, Zia masih terus menerus memberikan kata penenang untuk Arga.

Shaka menghampiri Marka dkk yang masih di kamar Kenzie.

"Bang Arga kambuh" semua yang berada di sana terkejut mendengar perkataan Shaka.

"HAH!!" seruan serempak mereka, mereka lupa kalau Arga trauma kegelapan.

"terus sekarang Arga dimana Shak??" tanya Alzian

"dia di ruang tengah sama Zia" Shaka melihat Kenzie yang sedang tertidur pulas.

"bang, bang Kenzie udah gapapa kan?"

"Alhamdulillah udah mendingan, tadi sempet gemetaran tapi udah baikan, tuh dia aja udah molor" Elzion terkekeh melihat Kenzie.

Marka dkk -Lia dan Aily, menghampiri Arga dan Zia yang berada di ruang tengah, mereka melihat Arga yang sedang dipeluk erat oleh Zia, Arga sudah kembali  tenang, lampu juga sudah kembali menyala.

Marka menyuruh Zia memberikan ruang untuk Arga dan Marka, Zia memberikan ruang untuk kedua abangnya itu. namun saat akan berdiri kakinya yang tadi tak sengaja terkena pecahan gelas terasa nyut-nyutan, ia sedikit oleng. saat ia menutup mata karna akan nyium lantai ia bingung karna terhitung hampir 1 menit ia tak kunjung nyium lantai.

"masih mau nutup mata kah?" Zia terkejut mendengar perkataan seseorang tepat disamping kupingnya.

Dengan perlahan Zia membuka mata, alangkah terkejutnya ia saat melihat Shaka yang menangkap tubuhnya, segera Zia bangun namun sialnya keseimbangannya belum sempurna, jadilah ia akan terjatuh lagi dan ditangkap lagi oleh Shaka.

"udah sini gw obatin" Shaka menuntun Zia lalu mengobati kakinya.

Sedangkan Arga dan Marka mereka berdua hanya berdiam diri, Marka menunggu Arga membuka mata. ia tau Arga belum sepenuhnya tenang.

Setelah menunggu hampir 1 jam, Arga membuka mata dan pemandangan pertama yang ia lihat ialah Para sahabatnya bersama sang adik tengah melihatnya dengan tatapan sendu.

"kalian kenapa?" tanya Arga dengan menatap bingung mereka.

"lo udah tenang ga? lo gapapa kan?" tanya Marka sembari menatap sahabat termudanya itu.

"gw gapapa kok bang, udah enakan juga" ucap Arga sambil tersenyum, ia melihat para sahabatnya satu persatu.

"bang kenzie mana?"

"udah molor dia"

Arga menatap adiknya, ia terkejut saat mendapati perban di kaki adiknya itu.

"Zi itu kaki lo kenapa?" tanya Arga sambil menatap Zia.

"oh ini gapapa tadi kena pecahan gelas" ucap Zia dengan cengirannya, Arga yang mendengar itu pun melotot.

"pecahan gelas gw tadi?" Zia mengangguk.

"Zi gw beneran minta maaf, pasti sakit ya??" Arga menghampiri sang adik lalu memeluknya.

Mereka yang melihat adegan per uwu an antara adik kakak itu pun hanya bisa tersenyum.

"gapapa bang namanya juga musibah" ucap Zia.

"udah sejarang kalian masuk ke kamar masing-masing lalu bersih-bersih dan tidur, udah malem" Marka menyuruh para bocil-bocil itu tidur karna waktu sudah menunjukkan pukul 00.30.

Mereka yang mendengar itu dengan segera meninggalkan ruang tengah, Zia dibantu oleng sang abang menuju kamarnya lalu tidur untuk menghilangkan rasa kantuknya.

Sama dengan yang lainnya, setelah membersihkan diri mereka lanjut tidur untuk menuntaskan kantuknya.


Mbak caca makan awan,
semangat bacanya kawan-kawan
see youu!!

7 happiness "dream"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang