4. PR Dari Langit

55 8 1
                                    


Dalam diam senja mengamati buku gambar yang di berikan oleh seorang laki-laki di taman tadi. Ya Langit Alfredo orangnya.

"Apaan dah, gambaran kaya gini kaya anak kecil aja" Cibirnya. Tetapi semakin gadis itu mengamati gambarnya terlihat lucu baginya.

Entah sadar atau tidak gadis itu mulai mengambil pensil warna nya dan mulai mewarnai gambar babi yang ada di buku itu. Saat sedang mewarnai, pikirannya benar-benar kosong, hatinya tenang dan tidak terpikir oleh apapun. Gadis itu hanya fokus mewarnai dan sesekali bersenandung kecil.

"Selesai" Ujarnya. Senja mengamati hasil karyanya. Gadis itu terkekeh pel

an, apa yang sedang dia lakukan? Tetapi itu lucu menurutnya.

Gadis itu menoleh ketika ponselnya berdering nyaring, terpampang nama Kahito di layar ponselnya, senyum yang sudah dia diukir seindah mungkin di wajahnya kini meredup seketika. Berpikir dia harus mengangkat telpon itu atau tidak.

Tidak ingin menambah masalah dengan kekasihnya gadis itu mengangkat telepon dan langsung di sambut decakan dari sang kekasih.

"Ck, lama banget sih angkat telepon doang!" Bentak Kahito dari sebrang sana.

"Maaf" Ujar Gadis itu membalas.

"Abis ngapain lo? Lagi chattan sama cowo lain? atau lagi selingkuh? Jawab!" Pertanyaan Kahito sungguh membuat Senja tidak habis pikir. Gadis itu menarik nafas lelah dan memejamkan matanya sejenak.

"Aku habis dari kamar mandi Hito, kamu ini kenapa sih?" Balasnya.

"Halah lo emang banyak alesan kali, gue tau tabiat cewe kaya lo. Jangan coba-coba buat ngibulin gue" Ujarnya tak percaya, laki-laki itu selalu saja mencari-cari kesalahan Senja, entah balasan apa yang harus Senja katakan agar Kahito bisa percaya.

"Aku mau tidur, kita ngomong besok aja ya?" Tanya Senja, gadis itu melihat ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. "Udah jam sepuluh, aku ngantuk" Ujarnya.

"Bisa banget alasan lo, bilang aja lo males ngomong sama gue" Acuh Hito, mengapa laki-laki itu selalu membuat gadis itu merasa terpojok? Senja tidak paham.

"Aku beneran ngantuk Hito, please" Ujar Senja dengan suara lirih, hanya dengan Hito Senja harus berbicara selembut ini, kalau tidak lagi-lagi Hito akan memarahinya.

Kalau ditanya mengapa Senja memilih bertahan dengan Hito, itu karena hanya Hito yang bisa menerimanya atas semua perbuatan yang sudah dia lakukan.

Senja sudah berpikir ribuan kali untuk lepas dari laki-laki itu, tapi usahanya selalu gagal.

Walau setiap hari Senja menjalaninya dengan lelah dan terpaksa, tapi dia menerima semua perlakuan Hito dengan sabarnya.

"Oke, tapi awas lo ketahuan gak tidur, liat aja apa yang bakal lo terima Senja" Ancam Hito.

Senja mematikan ponselnya, gadis itu tidak bohong, dia benar-benar lelah. Disaat dia ingin mengadu pun tak akan ada satupun yang akan mendengarnya. Bahkan sahabatnya dan ibunya sekalipun.

Keesokan paginya, Senja sudah selesai dengan seragam putih abu-abu nya, seperti biasa dia akan dijemput oleh Hito menggunakan mobilnya.

Suara klakson sudah terdengar dari luar, tapi Senja masih sibuk memasukkan beberapa buku ke dalam tas nya.

Senja menatap gambar yang semalam sempat dia warnai, berpikir sejenak untuk membawanya atau tidak. Klakson kembali terdengar begitu nyaring, tanpa pikir panjang Senja segera memasukkan buku gambar itu ke dalam tas berwarna putih miliknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LANGIT; Nanti Kita Seperti Ini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang