CHAPTER 1: SI PURE BLOOD ENGINEERING

98 38 132
                                    


Demi apapun Tesla tidak sengaja masuk ke program studi Teknik Industri. Ya meskipun Namanya sudah mirip dengan ilmuwan fisika handal yang bernama Nikola Tesla, namun demi aliran darah hingga titik terdalam urat nadinya, ia sama sekali tidak menyukai fisika, matematika dan apapun yang berbau angka.

Tesla itu mati-matian mengejar Fakultas Kedokteran. Namun di ujung keputusasaannya saat mendaftar ujian mandiri yang ke-12, Tesla secara impulsif memasukkan program studi Teknik Industri di pilihan keduanya. Dan ya, tidak seperti yang ia harapkan, ia malah diterima di pilihan kedua.

Berbeda dengan Tesla yang merutuki hasil seleksi itu, kedua orangtuanya malah bersyukur dan bersuka cita atas diterimanya putri mereka di Fakultas Teknik. Ayah Tesla adalah alumni Teknik Sipil yang saat ini sedang menjadi 'orang penting' pada salah satu Perusahaan konstruksi ternama, dan Ibunda Tesla adalah alumni Teknik Lingkungan yang saat ini menjadi telah HSE (Health Safety Environment) di salah satu perusahaan petrokimia terkenal di Indonesia.

Sudah bisa mengkira-kira kan asal usul nama Tesla? Ya, karena gadis itu ternyata adalah keturunan pure blood engineering.

"Bun, ini beneran Tesla jadi ambil TI?" pertanyaan yang sudah hampir seminggu ini rutin ditanyakan Tesla ke Ibundanya.

Malika- Ibunda Tesla berdecak mendengar pertanyaan putrinya, "Bunda coret kamu dari KK kalau nggak jadi ambil, Bunda udah bayar 135 juta untuk daftar ulang kamu."

"Ya siapa suruh main bayar-bayar aja, Tesla mau nyoba daftar kedokteran lagi, Bunn."

Seno- Ayah Tesla pun menyahut ketika mendengar rengekan putrinya itu, "Tesla, coba dulu saja. Teknik Industri juga prospeknya bagus kok."

"Nggak ada yang bilang jelek, Ayah. Tapi masalahnya Tesla tuh nggak bisa hitung-hitungan, nanti kalau Tesla gila gimana coba?" bela Tesla mengeluarkan argumennya.

"Satu tahun. Kalau dalam waktu satu tahun kamu emang nggak betah dan masih pengen pindah, Ayah persilahkan kamu untuk kembali mengejar kedokteran."

"Tuh dengerin ayah kamu! Ayo sekarang kamu siap-siap, Bunda antar kamu cari keperluan ospek."

Tesla sangat mengerti bahwa titah Seno itu tidak bisa dibantah. Setelah seminggu lamanya ia merengek, akhirnya ia menyerah dengan keputusan ini. Lagi pula satu tahun itu tidak begitu lama bukan?


Halo haloo, gimana chapter pertamanya? Pendek banget ya? Tenanggg, ini baru perkenalan dan hidangan prolog sajaaa

Btw adakah yang seperti Tesla? Yang pada akhirnya 'yaudah jalani dulu saja'?

Semangat ya! Apa yang udah ditakdirkan ke kamu itulah yang terbaik! Percaya deh!

Ayo lanjut ke next chapter dan temukan keseruannya!!!!

Jangan lupa vote and komen okayyy?💓

TE - TITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang