06

593 79 61
                                    

Kini Haechan, Mark dan Chenle duduk terdiam disebuah taman yang berada didekat pemakaman. Menjauh dari para tamu yang lagi dan lagi mengucapkan belasungkawa.

Sesuatu yang tidak mau mereka dengar.

Sesuatu yang tidak seharusnya mereka dengar.

"Renjun ada dirumah?" Tanya Haechan pada Chenle memecah keheningan.

Yang ditanya mengangguk singkat.

"Dia. . .baik-baik saja?" Pertanyaan bodoh. Haechan mengutuk dirinya sendiri.

"Hm." Lagi, Chenle mengangguk. "Dia hanya belum mengetahui apapun dan kebingungan. Tapi, aku harus pulang secepatnya."

"Kenapa? Ada apa?"

"Dia tidak sendirian dirumah."

Haechan dan Mark menoleh cepat setelah mendengar jawaban Chenle.

"A-apa?" Mark menyeringit. "Ada Jeno, kan?"

"Bukan hanya Jeno yang ada disana."

Renjun mengamati wajah tampan Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun mengamati wajah tampan Jeno. Rahangnya tegas, bibirnya indah, hidungnya mancung dan alis yang membuat matanya terlihat sangat tajam.

Namun satu hal.

Kenapa matanya selalu memancarkan kesedihan? Kosong, seperti kebahagian miliknya dirampas begitu saja.

Renjun takut.

Renjun takut karena mungkin ia mulai tahu alasannya.

"Aku mau membicarakan sesuatu. . ." Ucap Renjun sambil menatap kedua tangannya sendiri.

Jeno mengangguk. "Silahkan."

"Aku menyentuh bola itu beberapa kali. Aku masuk kedunia yang entah apa itu dan bertemu teman-temanmu dan juga kamu. Kamu bilang kamu dibunuh oleh salah satu dari mereka dan aku percaya." Renjun memainkan jari-jari mungilnya.

Jeno terdiam.

"Entah kenapa, aku yakin Mark tidak membunuhmu. Walau dia kehilangan apa yang selama ini dia impikan, aku yakin dia tidak melakukan itu."

-○○🥀○○-

Persetan dengan perusahaan dan jabatan itu. Sumpah, aku tidak peduli. Jeno, adikku, tetaplah ada bersama kita, ya? Tolong jangan pergi.

Mark mempercepat laju mobilnya.

-○○🥀○○-

"Haechan, juga." Renjun menatap buku yang tersimpan diatas ranjangnya. "Dia tidak berperan apapun dalam kematian yang kamu yakinkan itu."

A SOUL IN THE ATTICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang