Prolog

87 26 141
                                    

Kicauan burung begitu nyaring pagi ini. Jam masih menunjukkan pukul 06.15, tetapi ada tiga gadis yang sudah sampai di sekolah. Satu gadis sedang bermain ponsel dan dua gadis lainnya sedang menyalin jawaban gadis itu.

Satu gadis sudah mengerjakan pekerjaan rumah setengah, dan gadis lainnya belum mengerjakan sama sekali.

"Aku sudah selesai," ujar gadis berambut panjang dengan jepitan strawberry di rambutnya.

"Terimakasih, Artha." Gadis yang dipanggil Artha itu mengangguk. Tangannya menepuk tempat bangku kosong yang di sampingnya.

"Ayo main bersamaku," ajak Artha.

Gadis berambut panjang itu duduk di sebelahnya. "Kita bermain apa?"

"Robl*x," jawab Artha menunjuk map yang sedang ia mainkan. Kedua gadis tersebut mulai bermain game itu, satu gadis lainnya terburu-buru mengerjakan tugas sekolahnya.

Tidak lama kemudian, akhirnya dia selesai, dengan gesit dia merapikan buku dan pensilnya lagi. "Tunggu aku, Artha, Leonna. Aku ingin ikut bermain juga."

Kedua gadis itu mengangguk. "Yang cepat ya, Zura," ujar Leonna.

Azura ikut bergabung bermain game dengan kedua temannya. Tawa dan candaan mereka menutupi suasana sekolah yang masih sepi.

"Zura! Azuraaaa!!" teriak Leonna. Tawa Artha dan Azura semakin keras kala Leonna jatuh sehingga harus dia ulang dari awal lagi.

Saat bermain game, Leonna selalu mengumpat saat jatuh ataupun mati, Artha juga selalu menasehatinya saat ia mengumpat, dan Azura yang selalu berteriak frustasi.

Waktu berlalu, hampir jam 7 dan semua siswa sudah banyak yang datang. Mereka juga sudah selesai bermain game, berbincang sambil menunggu kedatangan temannya satu lagi. Namun satu teman ketiga gadis itu tak kunjung datang.

"Aurellie belum datang?" tanya Artha.

Sang ketua kelas pun berkata, "Tidak ada izin darinya." saat ditanyakan oleh Artha. Itu membuat ketiga sahabat itu sedikit khawatir, sedikit lagi masuk dan mereka tahu bahwa teman mereka sering terlambat, tetapi tidak pernah ia datang selama ini. Yang membuat mereka semakin khawatir adalah karena Aurellie membawa motor seperti akan ke akhirat.

Untungnya Artha masih berpikir positif. "Mungkin dia terjebak di kemacetan."

Namun pikiran negatif kedua temannya semakin membuatnya khawatir. Leonna malah bergumam, "Bagaimana jika Aurel kecelakaan?"

Artha semakin khawatir. Oh ayolah, tidak mungkin temannya satu itu kecelakaan kan? Bahkan orang itu masih memiliki hutang padanya!

"Paling juga dia bangun kesiangan, sudahlah, mending kita main ojol," balas Azura. Gadis berambut pendek itu bersandar pada tembok dan menyalakan ponselnya.

Perkataan gadis berambut pendek itu memang ada benarnya, akhirnya kedua gadis itu tenang kembali.

Panjang umur, orang itu akhirnya datang dengan keadaan terengah-engah. Tepat setelah dia duduk, guru langsung masuk.

Gadis yang duduk di sebelahnya bertanya, "Bangun kesiangan ya?"

Aurellie mengangguk, memang sudah Azura duga dia bangun kesiangan. Kemudian kelas pun dimulai, suasana begitu hening dan hanya suara guru menjelaskan karena sekarang adalah jam pelajaran ilmu yang paling dibenci para siswa.

Awalnya niat Leonna akan belajar lebih giat dari sebelumnya, tetapi matanya malah tertutup. Untungnya mukanya tertutup buku, jika tidak mungkin dia akan dihukum oleh guru killer tersebut.

Aurellie sangat mengantuk akibat tidur terlalu malam, dia pun memilih untuk mengikuti cara teman sebangkunya itu. Cara mereka ketahuan oleh ketua kelas yang duduk di belakang mereka, tetapi ketua kelas memilih diam karena dia tahu kedua gadis pemalas itu sangat pintar.

Wherever We Are, We Will Always Be TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang