Maaf & Rasa

27 19 16
                                    

SEBELUM LANJUT!!!
DIHARAPKAN KEPADA SELURUH READERS YANG SEDANG MEMBACA BAB INI!!!
TOLONG DI VOTE AND COMMENT YA
CANTIK GANTENG
BIAR AUTHOR KETJEH SATU INI MAKIN SEMANGAD 45 NAMBAH BABNYA
OGHEY?
TERIMAKACII
SALAM, ISTRI HAECHAN~

🍃🍃🍃

Mentari yang sedang sibuk berkutat dengan buku tebal dihadapannya agak sedikit terganggu, sebab notifikasi yang selalu berbunyi dari ponselnya.

Ah, menjengkelkan. Segera gadis itu meraih ponselnya, lalu ia memeriksa siapakah orang yang sedang mengganggu konsentrasinya saat ini?

'Semesta? Mau apa cowok nyebelin itu?' batin Mentari dengan segala kekesalannya.

Alta Semesta Wijaya :

Alta Semesta Wijaya :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ri... Gue ada di depan rumah lo.
Please, temuin gue ya.
Gue bawa martabak red velvet nih.

"HAH? DEMI APA? DIA BAWA MARTABAK KESUKAAN GUE?" teriak Mentari.

Dengan tergopoh-gopoh, Mentari pun menyibakkan gorden jendela kamarnya yang langsung berhadapan dengan gerbang rumah. Benar saja, disana sudah terlihat lelaki berhelm full face sedang duduk diatas motornya. 

"Aduh gimana nih? Gue kan masih marah sama dia," lirih Mentari.

Mentari kembali dibuat bingung oleh keadaan, ia pun menggigit kuku jarinya sambil terus berjalan dengan arah yang tidak menentu.

"Tapi... Gue kan..."

Seperti muncul sebuah remot yang mengendalikan dirinya, gadis itu perlahan menuruni anak tangga lalu menghampiri seseorang yang sedang menunggunya.

"RIRI! Akhirnya lo mau nemuin gue juga, gue kira lo marah banget sama gue," ucap Semesta dengan lega, setelah ia melihat keberadaan Mentari dihadapannya.

Seketika Mentari memutar bola matanya dengan malas, "Jangan ge-er, gue cuma mau ngambil martabak lo doang ya," jelasnya.

"Oke, lo boleh ambil ini. Tapi, dengerin penjelasan gue dulu ya! Please,"

Persekian detik, Mentari pun berdecak dengan kesal, "Penjelasan apalagi sih, Ta? Apalagi yang harus lo jelasin?" tanya gadis tersebut.

"Soal tadi pagi, so-soal gue gak jemput lo,"

Kini, netra tajam Mentari menatap lekat kearah Semesta. Tersirat sorot kecewa dari netranya yang membuat lelaki itu kembali terkejut. Bahkan, tatapan Mentari sudah sangat asing dimatanya. Tatapan yang sangat-sangat tidak mau ia lihat dari seorang Mentari.

Semesta MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang