CH 3 -Party-

16 1 0
                                    



Pagi hari ini adalah hari terakhir Ujian Sekolah. Para murid berbondong-bondong mempersiapkan hari terakhir mereka melaksanakan ujian. Tentu saja, tidak lupa dengan pesta yang akan mereka adakan setelahnya.

Suasanya di dalam kelas hari ini sangat berbeda dari biasanya. Semua murid tampak dengan mudah mengerjakan soal ujiannya. Mungkin saja karena ini yang terakhir, jadi mereka menjadi fokus. Tapi berbeda dengan group yang berisi empat orang gila ini....

"Bagaimana Ujian tadi menurut kalian?" tanya Kenji kepada teman-temannya.

"Mudah sekali, sialan! Aku pasti seorang Jenius, Hahahaha!" jawab Akito dengan percaya diri.

"Sejak kapan kau adalah seorang Jenius? Kau hanyalah seekor sapi suntuk selama ini." jawab Junjiro meremehkan Akito.

"Pasti dia hanya menjawabnya asal-asalan, jadi dia selesai lebih cepat. Kau tahu, dia itu bodoh." jawab Touka dengan nada dingin.

"Ya! Kau benar sekali, Touka!" jawab Akito dengan mengacungi jempol dengan mata bersinar kepada Touka.

"Diam, berisik." ujar Touka.

"Yah, kita sudah melakukan yang terbaik. Bagaimana kalau kita mangadakan Party untuk merayakannya?" ujar Kenji memberi ide.

"Tapi tidak asik kalau hanya kita berempat. Mari ajak teman sekelas!" saran Akito agar semakin menyenangkan.

"Ah, aku benci bertemu banyak orang." reaksi Touka langsung setelah Akito memberi saran.

"Ayolah Touka, ini hari terakhir kita."

"Ya, baiklah."


Sesudah pulang sekolah, mereka merencanakan untuk mengadakan party di akhir minggu ini. Tentu saja dengan Akito yang membujuk Touka, mereka berempat setuju untuk mengundang teman teman sekelasnya yang lain untuk menghadiri acara itu di rumah Akito nantinya.

Party ini akan menjadi moment paling menyenangkan yang akan mereka rasakan mendekati hari kelulusan.

#Kediaman Akito#

"Teman-teman, terima kasih atas kerja keras kalian untuk menjalani Ujian Akhir kita dengan teratur! Hari ini, aku Kenji Yoshida, sebagai Ketua Kelas mengucapkan terima kasih kepada kalian semua. Mungkin saja ini bukanlah Party terakhir kita sebelum kelulusan ini, karena kita akan mengadakannya lagi saat kelulusan nanti.

Tapi aku harap, kalian semua dapat menikmati dan bersenang-senang dalam party yang kita adakan pada saat ini. Perjuangan kita yang kita hadapi untuk tiga tahun ini, hubungan pertemanan ini, kita akan selalu bersama hingga nanti. Semuanya, Selamat bersenang-senang!" ucap pembukaan dari Kenji bersemangat sebagai ketua kelas.

"Waahh, Kenji sangat berkarisma"

"Dia terlihat sangat keren!!"

"Hei, Apakah dia akan masuk ke Universitas yang sama denganku nanti??"


Setelah Kenji menyampaikan kata sambutannya untuk teman-temannya, banyak teman perempuan sekelasnya yang terpesona dengan penampilan Kenji malam hari ini.

Tentu saja, tinggi badan yang semampai, mata yang tajam, bentuk otot yang bagus, dan wajah yang tampan dan otak yang pintar itu akan membuat siapa saja yang melihatnya jatuh cinta!

"Lihatlah dia, dipenuhi pujian oleh para wanita." ujar Akito merasa iri.

"Miris sekali, kau pasti tidak pernah didekati oleh satupun wanita di sekolah. Aku merasa kasihan padamu" jawab Touka dengan sinis.

"Mulutmu pedas, tapi kau benar sekali Touka. Sapi suntuk ini tidak mungkin ada yang menyukainya." ujar Junjiro mengejek Akito.

"Diam kau Sialan!" jawab Akito menangis kesal.


Party itu berjalan dengan baik. Semuanya merasa puas dengan apa yang mereka lakukan. Namun, di tengah-tengah party..

"Halo.. Apakah kau yang bernama Akito..?" ucap seorang gadis dengan lembut menyapa Akito.

"Ya, ada apa kau mencariku?" jawab Akito.

"Hei, bukankah itu anak yang selalu diam dikelas itu ya? Dia terlihat cantik dari dekat."bisik Junjiro kepada teman-temannya.

"Tidak apa-apa.. Aku... Aku hanya ingin memberikanmu surat ini. Aku harap kau menerimanya. Senang telah mengenalmu..Uhm.. Terima Kasih! Sampai Jumpa!" ujar gadis itu dengan terburu-buru dan lari.


Siapa yang akan menyangka jika seorang Akito yang merupakan anak yang suka berkata kasar, penampilannya tidak begitu baik, dan sering terlambat, mendapatkan sebuah surat dari seorang gadis sekelasnya.

Rambut berponi dan kacamata yang khas itu, gadis itu adalah anak yang pendiam. Jadi, tidak ada siapapun yang menyangka jika dia menyukai Akito, bocah yang dijuluki barbar.

"Wah wah wah! Ada apa ini?" sindir Kenji.

"Lihat? Siapa yang baru saja menyindir siapa, dan sekarang dia yang mendapatkan perhatian seorang gadis!" sindir Junjiro.

"Gadis itu.. aku rasa penglihatannya sangat-sangat buruk sampai-sampai dia memberikan surat ini padamu." sindir Touka dengan nada dingin.

"Apa yang kalian katakan? Aku menerima surat ini bukan karena aku mau, tapi aku menghargainya! Aku memang selalu mengeluh dan iri ketika ada temanku yang didekati banyak wanita, tapi sebenarnya aku juga tidak ingin mempunyai pacar satupun." jawab Akito dengan nada santai tapi serius.

"Sejak kapan kau berlagak seperti ini? Siapa yang mengajarimu? Hahahahaha." ejek Junjiro.

"Diamlah brengsek, aku hanya tidak ingin kehidupan dan hobiku terganggu hanya karena satu wanita. Tapi tetap saja jika ada yang menyukaiku, aku akan menolaknya dengan hormat." ujar Akito.

"Bukankah kau masih memiliki sifat manusiawi?" tanya Touka.

"Tentu saja dia punya walaupun sedikit. Tidak seperti kamu, beruang kutub" ujar Kenji menyindir Touka.

"Meskipun aku orang yang keras kepala dan mudah marah-marah, bukan kebenaran bagiku jika aku menyakiti hati seorang gadis saat aku menolak mereka. Ibuku adalah wanita yang baik, jadi aku akan mengatakan hal yang baik juga kepada para gadis-gadis." ujar Akito merasa awkward sambil menggaruk garuk kepalanya.

"Kau jadi terlihat keren jika kau mengatakan itu, super hero sialan!" ucap Kenji.

*Bzzzt Vzzttt

Dering telfon berbunyi dari Junjiro. Mungkin ayahnya yang menelfonnya.

"Ya, halo Yah?"
"Oh, baiklah. Aku akan segera pulang."

........

"Ada apa?" tanya Akito.

"Aku rasa aku akan pulang terlebih dahulu, ini sudah larut malam. Ayahku mencariku untuk membahas sesuatu."

"Ya! Berhati-hatilah dijalan." ucap teman-temannya.


Lagi-lagi wajah Akito yang memahami Junjiro. Akito langsung beranjak keluar untuk mengantar Junjiro. Akito merasa dia memahami apa yang akan terjadi pada Junjiro.

"Hei, jangan bawa sepeda terlalu laju. Jika ada sesuatu yang terjadi, beritahu aku. Aku tahu itu akan menjadi pembicaraan yang berat." bisik Akito kepada Junjiro sambil menepuk pundak Junjiro.

"Ya, aku tahu. Terima kasih." jawab Junjiro.

The Warm Sun of The Dead SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang