CH 2 -Suara yang Semu-

50 7 4
                                    


Suasananya menjadi kaku, semua orang mencemaskan Junjiro karena tidak biasanya Junjiro seperti ini.

"Tak perlu khawatir, tiap orang punya urusan masing-masing dalam keluarganya. Mungkin saja dia sedang sibuk untuk urusan itu. Kita bisa menanyakan padanya tentang itu besok." ucap Kenji untuk menenangkan teman-temannya.

Setelah melakukan kegiatan mereka semua tanpa kehadiran Junjiro, mereka semua memutuskan untuk pulang karena hari hendak menjelang malam. Tentu saja Akito masih merasa khawatir meskipun teman-temannya tidak, karena bagaimanapun. Junjiro adalah sosok sahabat sekaligus keluarga di matanya.

#Di Perjalanan Pulang Kenji dan Touka

"Hei, menurutmu apa yang terjadi pada Junjiro?" tanya Kenji.

"Tidak tahu, aku tak terlalu mengerti urusan keluarga karena aku tak punya keluarga." jawab Touka dengan nada dingin seperti biasanya.

"Kau ini terlalu kaku, jangan bercanda gelap seperti itu. Aku ini tak ingin beradu nasib denganmu, astaga..." hela Kenji.

.......

"Apa memiliki keluarga itu menyenangkan?" tanya Touka tiba-tiba.

"Sepertinya iya." jawab Kenji.

"Bukankah kau memiliki keluarga?" tanya Touka sambil menoleh ke arah Kenji.

"Aku punya, tapi terasa seperti tak memiliki keluarga."

........

"Kenapa kau melihatku seperti itu? Hentikan." Ucap Kenji dengan Awkward karena Touka menatapnya dengan serius.

"Tak apa-apa, aku hanya berpikir kalau kita sama menyedihkannya." jawab Touka.

"Setidaknya aku masih memiliki mereka sebagai status, aku tak begitu menyedihkan." jawab kenji dengan wajah mengejek.

"Hhhhh.... Baiklah, aku yang paling menyedihkan. Hentikan itu." hela Touka.

#Di Rumah Akito

"Ibu! Aku pulang!"

"Kau pulang terlalu malam nak, Apa bermain di laut begitu menyenangkan?" tanya ibu Akito.

"Ya Bu, terasa tenang dan bebas, hehehe."

"Berhati-hatilah jika kau bermain di dekat laut, nak. Laut bisa mendatangkan kebahagiaan juga mendatangkan kemalangan." ucap ibu Akito.

"Iya-iya Bu.... Kau cerewet seperti biasanya, Hahaha!" jawab Akito menggoda ibunya.

"Kau ini sama seperti ayahmu, Ibu itu menasehati kamu karena ibu khawatir." ucap ibu Akito menghela nafas.

"Aku mengerti Ibuku yang sangat cantik...." jawab Akito.

"Kalau begitu pergilah mandi. Ibu sudah menyiapkan makan malamnya, jangan lupa untuk memanggil adikmu di kamarnya untuk makan bersama setelah ini."

"Baik Buu."


Tap Tap Tap....

"Misaki, ayo turun ke bawah, kita makan bersama." ajak Akito dari depan pintu kamar adiknya.

The Warm Sun of The Dead SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang