Setelah kukeringkan badanku, segera kuikuti Mbak Tina ke depan. Tak sabar seperti apa kemulusan tubuh Mita saat dipijat telanjang. Aku mengintipnya dari ruang tengah dan benar...Mita tertidur tengkurap. Tubuhnya ditutupi kain sarung oleh Mbak Tina. Saat itu pijatan Mbak Tina sudah sampai ke pinggang Mita. Kain sarung itu hanya menutupi dari pantat hingga paha Mita. Begitu mulusnya punggung Mita, sedikit berkilau karena minyak yang dioleskan Mbak Tina.
Sesaat kemudian Mbak Tina menoleh ke arahku dan memberi isyarat supaya aku jangan berisik karena Mita tertidur. Datang Mbak Jum dari belakangku, sekarang sudah berpakaian lagi. Dia berbicara pelan ke Mbak Tina....bahwa aku ingin melihat tubuh Mita. Saat itu juga Mbak Tina melirik ke arahku dan tersenyum, namun dia memperbolehkannya.
"Mit...Mita....pantat dipijit juga gak?"
Hening....tak ada jawaban dari Mita, benar dia tertidur. Perlahan Mbak Tina menurunkan kain sarung yang menutupi pinggul Mita. Pelan tapi pasti hingga belahan pantat Mita terlihat. Jantungku berdebar melihat mulusnya pinggul Mita. Perlahan kudekati Mbak Tina dan berbisik
"Mbak....nanggung, dibuka semua aja."
"Husss.....wani piro?" (Berani berapa).
"Nti aku tambahi banyak deh..."
"Bener ya...?"
"Siap."Segera Mbak Tina membuka kain sarung yang menutup tubuh Mita. Jreeeeng.....dengan jelas bisa kulihat tubuh mulus Mita yang tertidur tengkurap dalam keadaan telanjang bulat. Pantatnya sungguh menggemaskan, ingin sekali aku mengelus dan meremasnya. Apalagi dengan posisi kakinya yang agak terbuka lebar....bisa kulihat daging memek Mita, mulus bersih tanpa jembut. Masih dalam keadaanku telanjang, Mbak Tina menyuruhku mendekat dan melihat saat dia memijat pinggul dan pantat Mita. Dituangkannya minyak ke pantat Mita lalu diratakan. Dengan gerakan memutar, kedua tangan Mbak Tina memijat lembut pantat Mita seperti sedang mengolah adonan roti.
Mbak Tina menyuruhku duduk didekatnya, tepat disamping pantat Mita. Kulihat dengan seksama saat Mbak Tina meremas-remas pantat Mita, membuat tenggorokanku kering dan jantungku berdebar kencang. Sesekali Mbak Tina membuka belahan pantat Mita hingga bisa kulihat dengan sangat jelas lobang anus Mita, mungil dan bersih. Beberapa kali Mbak Tina mengusap lobang anus Mita yang sudah dibasahinya dengan minyak, bahkan minyak itu mengalir membasahi daging kemaluan Mita.
"Mas....mau mijit Mita?"
"Hah....beneran mbak?"
"Wani piro?"
"Gampang mbak...nanti aku bayar 1x tarif pijat deh, tapi beneran boleh kan?"
"Silahkan...tapi jangan aneh-aneh ya, itu burungnya jangan dimasukin ke sangkarnya si Mita."
"Berarti ditumpahin boleh kan?"
"Dilap sendiri ya."
"Beres mbak hehehe..."Segera aku dan Mbak Tina ganti posisi. Kini posisiku duduk telanjang diantara kedua paha Mita yang tengkurap telanjang tertidur. Kutuangkan minyak keatas pantat Mita dan segera kupijat sambil sesekali kuremas. Waaaw....kenyal sekali pantat Mita, putih mulus dan bersih. Kulakukan gerakan memutar di pantat kanan dan kiri Mita. Mbak Jum duduk dibelakangku dan beberapa kali mencolek pinggangku.
"Enak ya bisa colek pantat perawan."
"Lebih enak lagi dicolok mbak."Karena penasaran maka aku langsung to the point eksplorasi ke wilayah lobang anus Mita yang berdekatan dengan memeknya. Kubuka belahan pantat Mita dan kuusap lobang anusnya dengan jempolku. Pelan tapi pasti, kuusap turun hingga menyentuh daging kemaluan Mita. Lembut sekali teksturnya, kuusap terus dan terus. Perlahan kubuka sedikit bibir kemaluan Mita namun agak sulit dalam posisi seperti itu, andaikan posisi dia nungging pasti mudah kubuka bibir kemaluannya. Melihat aksiku itu malah membuat Mbak Tina tersenyum dan menepuk pundakku.
"Udah puas belum ngobok-obok Mita?"
"Masih penasaran sih mbak."
"Aku lanjut mijitnya dulu mas, lagian titit Mas Deni udah keras gitu kan bahaya kalau lanjut."
"Hehehe...tapi nanti lagi ya mbak."
"Gampang itu."
Setelah itu Mbak Tina melanjutkan pijatannya lagi hingga selesai bagian belakang tubuh Mita. Aku pun kembali duduk di posisi semula.Mbak Tina kembali menutupi tubuh Mita dengan kain sarung lalu membangunkannya dari tidur. Mita pun terbangun lalu Mbak Tina memintanya untuk balik badan supaya bisa dipijat bagian depan. Dengan sedikit malu, Mita pun perlahan membalikkan badannya dengan tetap memegang kain sarung agar tetap menutupi tubuhnya. Kini Mita terlentang dan hanya ditutupi selembar kain sarung. Mbak Tina menyuruhnya melebarkan sedikit kakinya agar mudah dipijat lalu memintaku sedikit bergeser.
Kesempatan ini kugunakan untuk bisa duduk tepat disamping kepala Mita. Dengan posisi begini saat Mita menoleh kepadaku maka dia bisa dengan jelas melihat batang kejantananku yang hanya dua jengkal dari kepalanya. Posisi dudukku pun kubuat ngangkang hingga biji peler dan batang penisku tanpa halangan menghadap ke arah Mita. Meski Mita lebih sering menghadap keatas dan ke Mbak Tina, tapi saat kuajak bicara tetap saja dia menoleh padaku dan melirik ke arah batang penisku.
Pijatan Mbak Tina mulai dari jari kaki Mita sampai ke paha. Terlihat tangan kiri Mita memegang selimut bagian dada, dan tangan kanan nya memegang selimut bagian paha agar tidak tersingkap. Saat Mbak Tina akan memijat tangan Mita terpaksa aku pindah posisi. Kupilih duduk didekat kepala Mita. Jarak yang sempit membuat biji pelerku hampir mengenai kepala bagian atas Mita. Melihatku memilih lokasi duduk, Mbak Jum hanya tersenyum dan geleng kepala.
Mbak Tina menarik tangan kanan Mita untuk dipijat, tangan kirinya masih saja diatas dadanya. Setelah kedua tangan Mita dipijat, Mbak Tina kini memijat bagian dada atas Mita. Diturunkannya sedikit kain itu dari dada Mita, dia pun menoleh ke arahku. Khawatir kalau aku bisa melihat puting susunya.
"Turunin dikit ya selimutnya."
"Nanti kelihatan mbak."
"Nggak kok, cuma dikit. Gak sampai bawah."
"Malu dilihatin mas nya."
"Heleh...Mas Deni aja gak malu telanjang kamu lihatin, kok kamu malu."Mita pun yakin pada Mbak Tina dan kedua tangannya rileks ke samping. Diturunkannya kain penutup itu dari dada Mita, meski sedikit namun lumayan, hampir terlihat putingnya. Dituangkannya minyak itu ke tangan Mbak Tina lalu dioleskan ke bagian bawah leher Mita, diratakan ke bagian kanan dan kiri kemudian diurutnya perlahan. Pundak Mita pun sedikit dipijat. Ketika kedua tangan Mbak Tina menyapu dada atas Mita, sedikit demi sedikit tangannya mendorong kain itu kebawah.
Aku menatap Mbak Tina dan dia mengisyaratkan padaku bahwa Mita ketiduran lagi, aku pun tersenyum. Kembali Mbak Tina memanggil Mita tapi tidak direspon, matanya terpejam, tidur. Sesuai janjinya, dia akan memperlihatkan kemolekan tubuh Mita. Benar saja....ditariknya kebawah selimut itu sampai ke perut. Terpampang jelas didepan mataku....kedua gundukan payudara Mita. Lumayan besar, kencang, bulat, dengan areola cokelat susu dan puting mungil agak pink.
Batang penisku yang dari tadi tegang, kini berdenyut melihat gadis cantik yang tertidur telanjang dada. Aku pun merangkak kedepan. Kepalaku tepat diatas dada Mita agar bisa melihat sangat dekat puting susu Mita. Dengan posisi itu, batang penisku tepat diatas wajah Mita.