Pijat Mbak Tina - Bagian 4

51K 89 8
                                        

Aku kembali berbaring telanjang dengan batang kejantanan yang ereksi maksimal sampai uratnya terlihat jelas, dikelilingi 5 wanita yang salah satunya akan beruntung menikmati lelehan lendir kejantananku. Aku pasrah saja sambil melihat mbak Intan mulai menuangkan minyak zaitun itu ke telapak tangannya.
Kedua kakiku terbuka lebar dan mbak Intan duduk bersila tepat ditengahnya.

Mulai dioleskannya minyak itu ke area sekitar alat kelaminku, rata dari kemaluan sampai anus. Seperti biasa mbak Intan memulainya dari bawah, di bagian antara anus dan biji pelerku. Diusapnya perlahan dan lembut. Bisa kurasakan kedua tangannya mulai mengelus biji pelerku, mengusapnya dengan gerakan keatas kearah batang penis. Rasa nikmat mulai terasa, apalagi ditonton oleh para wanita secara langsung, sungguh sensasinya bikin jantung berdebar.

Dia mulai mempraktekkan kembali pijitan di batang kejantananku dengan kedua jempolnya, seperti yang sudah dicontohkan. Beberapa menit berlalu, kenikmatan semakin meningkat. Kembali mbak Intan menuangkan minyaknya, kini lebih banyak dari sebelumnya. Dengan kedua telapak tangannya yang penuh minyak itu dia menggenggam batang penisku, genggamannya berubah jadi gerakan memutar dan sesekali gerakan naik turun, begitu terus dan berulang.

Genggaman tangannya semakin erat di bagian kepala penisku, gesekan itu menimbulkan rasa geli yang nikmat. Menjadikannya dilema antara melepaskan lendir atau menahannya sekuat tenaga. Nikmatnya rasa geli itu menjalar perlahan mulai dari selangkangan, anus, bahkan sampai paha. Pernafasanku mulai tak teratur, ekspresi wajahku tak karuan. Keempat wanita itu hanya melihatku sambil tertawa.
"Eh....sebentar, mas Deni aku boleh motret dan ngrekam di hpku nggak?"
Belum juga kujawab tapi mbak Dewi sudah mengeluarkan hpnya dan mengaktifkan mode kameranya. Sudah beberapa foto yang diambilnya, ibu-ibu yang lain pun tertawa.

Mbak Dewi pun memotret mbak Intan yang sedang memegang batang penis, bukannya malu dan menutup muka tapi dia malah berpose dengan 2 jari dan bilang peace....lalu senyum. Tak mau kalah, mbak Dewi pun foto selfie close up dengan wajahnya didekatkan dengan batang kejantananku. Diaktifkannya mode video.
"Hari ini acaranya belajar panen pisang (ibu-ibu lainnya pun tertawa), eh maksudku belajar treatment urut kejantanan pria dengan model Mas Deni. Ayo mas Deni....senyum dulu donk."

Kamera di hp mbak Dewi pun berhasil merekam saat aku telanjang bulat bahkan terekam juga bagian penisku yang sedang diurut mbak Intan. Kamera itu tetap menyala dan merekam nonstop. Mbak Intan tetap saja melanjutkan gerakan jemarinya yang lincah berputar di bagian kepala penisku. Rasa geli ini nikmatnya sudah tak tertahan lagi, dicampur rasa malu karena dilihat para wanita dan direkam dengan hp. Wajahku yang sedikit meringis menahan lendir agar tidak keluar pun terekam oleh mbak Dewi. Dia tau aku hampir sampai klimaks dan kamera hpnya pun diarahkan ke bagian batang kejantananku yang mengkilat kena minyak.

Jemari mbak Intan semakin liar, gerakan nya kini bagaikan gerakan mencabut rumput. Mengurutnya dari pangkal keatas tapi tidak sampai ke kepala penis. Gerakan itu diulang terus sambil sesekali batang penisku dikocoknya. Telapak tangan kanannya meremas-remas lembut di bagian kepala penisku yang licin karena minyak. Kurasakan geli yang nikmatnya luar biasa hingga tak kuhiraukan berapa banyak wanita yang menontonku dicabuli dan direkam.

Kakiku mulai mengejang, otot pahaku mulai mengencang dan nafasku agak tersengal. Sepertinya ini pertanda bahwa aku tak mampu lagi membendung aliran lendir kejantananku yang sudah sampai ke ujung. Tatapanku terfokus ke arah mbak Intan yang makin bertenaga mengurut batang kejantananku ini dan mbak Dewi yang dari tadi duduk disebelah mbak Intan sambil merekam.

Aku mulai pasrah, menyerah pada kenikmatan di telapak tangan mbak Intan. Tak peduli seberapa malunya aku nanti karena direkam telanjang dan dikocok dihadapan para wanita. Batang kejantananku makin mengeras, makin kaku, denyutnya makin terasa, dan...

"Emmhhh....haaaahh....oooohhh....aaahhh...."
Aku mengerang melepas lendir kenikmatanku, dengan sukses mbak Intan berhasil memerah lendir kejantananku.
CROOOOOOTTT.....CROOOOOT....CROOOOOTT...CROOOOT.....CROT.....SEEEEERRRR.....SEEERRR..

Spermaku yang kental dan hangat pun sukses menyembur dari batang penisku, lelehannya membasahi jemari mbak Intan. Dia pun masih melanjutkan gerakan mengurutnya naik turun menyapu dari pangkal batang sampai ke ujung kepala penis. Rasa geli yang ditimbulkannya pun membuatku mengejang sesaat.

Kulirik wajah mbak Intan, wajahnya tersenyum penuh kepuasan, mbak Dewi pun tertawa terbahak lalu mematikan kamera hpnya.
"Rekamannya aku simpan ya mas Deni. Hebat lho mas Deni bisa tahan lama gitu. Gimana rasanya....udah puas dan lega kan?"
Mbak Intan mengambil beberapa lembar tissu dan mengelap sperma di tangannya.
"Mas Deni keluarnya banyak banget, tanganku sampai anget kena lelehan spermanya."

"Trims ya mbak Intan, aku udah lega nih tapi masih lemes, mau rebahan bentar."
Mbak Intan kembali mengambil beberapa lembar tissu dan mengelap ceceran spermaku yang mengenai perutku.
"Cieee....tante Intan telaten banget sama mas Deni, kayaknya bakal ada seri kedua nih." Kata mbak Ria sambil mengambil hpnya.
"Kan cuma bantu mas Deni bersihin sisa pertempurannya hehehe..."
Mbak Ria kini mengaktifkan kameranya dan selfie sambil memegang penisku.

"Ini kok malah jadi sesi foto selfie ya?" Kata mbak Tina sambil bangkit dari posisi duduknya.
Kuambil lagi tissu untuk mengelap batang penisku yang lengket terkena campuran minyak dan spermaku.
Satu persatu dari mereka pun mengajakku berfoto berdua, bahkan aku sempat berfoto bersama kelima wanita. Mereka semua berpakaian dan hanya aku yang telanjang.

Satu per satu mereka berpamitan pulang, aku masih sibuk mengenakan pakaianku. Hanya tinggal mbak Tina diluar pintu mengantarkan beberapa teman wanitanya tadi. Tapi mbak Dewi masih disebelahku dan bertanya
"Mas Deni, aku minta nomer WA kamu ya."
" Oh iya mbak, ini nomer WA ku."
Kubacakan nomer WA ku sambil memakai celana panjangku.

Setelah selesai kusebut nomer WA ku, tak kuduga mbak Dewi menyentuh dan sedikit meremas batang kejantananku dari balik celana dalamku.
"Vidio dan fotomu bagus lho mas, nanti aku kirim ke kamu. Terus aku mau kasih lihat ke temen-temenku arisan, siapa tau nanti mas Deni diundang diajak gabung."
"Oh....iya mbak, boleh. Tapi dokumentasi tadi jangan disebar ya mbak."
"Iya mas, beres."

Mbak Dewi pun berpamitan pulang. Aku yang sudah lemas pun berpamitan pulang ke mbak Tina, lalu kubayar biaya perawatannya. Saat hendak kutambah bayaran untuk layanan ekstra tadi, dia menolaknya.
"Gak usah mas, gak apa. Malah aku yang terima kasih udah dibantu mas Deni. Tapi kalau lain kali aku butuh orang buat praktek, mas Deni mau kan?"
"Praktek apa mbak, yang seperti tadi?"
"Paling pijat, lulur, urut, facial atau lainnya."
"Ok siap mbak, aku mau deh hiihihi..."

Aku pun pulang dengan puas tapi lemas karena terlalu banyak kekurangan cairan. Sampai dirumah....ada chat masuk dari mbak Dewi. Dia mengirimkan foto-foto dan vidioku saat pijat penis tadi. Puas melihatnya, meski agak malu.

- Selesai -

Pijat Mbak TinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang