Melihat kelakuanku itu Mbak Tina heran lalu menepuk pantatku.
"Heh mas....awas nanti dia bangun."
"Iya mbak, cuma pengen lihat dari dekat aja kok hehehe..."
Saat aku hendak kembali ke posisi dudukku semula, timbul niat iseng dalam pikiranku. Kupegang batang penisku lalu kugesekkan sedikit ke dahi Mita. Mbak Tina dan Mbak Jum melongo heran dengan kelakuanku. Kembali Mbak Tina menaikkan kain penutup untuk menutupi payudara Mita."Mita....Mita....hei....paha dalam dipijit juga gak nih?"
"Hmmm....iya mbak."
"Posisi gini aja ya, tapi kaki dibuka. Bentar aku ambilkan bantal."
Mbak Tina mengambil 2 bantal lalu meletakkannya sebagai pengganjal kedua kaki Mita yang diposisikan mengangkang. Terlihat kaki Mita mengangkang seperti katak, kedua bantal itu menyangga kedua lutut Mita. Masih saja Mita menggunakan kedua tangannya untuk menahan kain sarung agar tidak melorot kebawah maupun tersingkap keatas.Mbak Tina berada diantara kedua paha Mita. Dioleskannya minyak ke paha kanan Mita lalu diusap dan dipijat dengan lembut hampir 10 menit lamanya. Kepala Mita menoleh ke kiri dan sepertinya dia tertidur lagi. Mbak Tina tersenyum padaku memberi isyarat, sama halnya Mbak Jum yang melambaikan tangannya memanggilku mendekat. Aku segera duduk didekat Mbak Tina sambil melihatnya mengurut paha dalam mulus Mita. Telapak tangannya yang penuh minyak dengan lembutnya menarik dan mendorong otot paha Mita.
Duduk didekat Mbak Tina membuatku bisa leluasa melihat selangkang Mita tanpa sedikitpun tertutup kain. Terlihat jelas daging tembem kemaluan Mita yang mulus dan bersih tak berjembut. Saat pijatan sampai pada pangkal paha, membuat bibir kemaluan Mita sedikit terbuka. Warna pink yang segar sedikit mengintip dari celah daging kemaluan Mita, warna yang segar. Batang penisku berdenyut dan keras, detak jantungku tak berirama ketika mataku menatap lobang kenikmatan diantara kedua paha Mita.
Mbak Tina menyingkap kain penutup itu hingga sampai perut Mita, membuatku semakin leluasa menyaksikan alat kelamin milik Mita. Mbak Tina masih saja mengurut paha Mita, namun saat kudekatkan wajahku ke selangkangan Mita....kedua tangan Mbak Tina dengan sigap membuka bibir kemaluan Mita. Waw...luar biasa pemandangan yang indah. Bisa kulihat lobang kencing Mita dan lobang vaginanya yang merah merekah segar. Gerakan jari Mbak Tina sangat intens di bagian kemaluan Mita sehingga sering kali rongga vaginanya terbuka, membuat hasratku meronta dan tenggorokanku kering. Melihatku melongo, kedua wanita itu hanya senyum.
Dengan posisi duduk ku ngangkang, Mbak Tina bisa melihat batang penisku yang tegang maksimal dan berdenyut. Kuberanikan diri mendekatkan wajahku ke selangkangan Mita untuk melihat alat kelaminnya dari jarak yang sangat dekat. Posisiku sampai nungging seakan ingin melakukan jilmek. Mbak Jum terheran sampai mencubit pantatku. Mbak Tina kemudian sedikit menjauh dan memberiku kesempatan.
"Mas Den....boleh dibuka tapi jangan dimasukin ya."
"Dikobok dikit boleh gak mbak?"
"Jangan....nanti dia bangun kalau geli."Dengan sedikit gemetar kubasahi kedua telapak tangan dan jemariku dengan minyak lalu mulai kuusap pangkal paha Mita. Sedikit demi sedikit, kumainkan jempolku di area bibir kelamin Mita. Perlahan kubuka bibir vaginanya, jemariku bermain dan membuka liang kelamin Mita. Kini terlihat sangat jelas bagiku....rongga vagina Mita dengan lobang kecil yang biasa digunakannya untuk pipis. Jemariku menahan bibir vagina Mita agar tetap terbuka lebar supaya aku bisa puas melihatnya. Jari telunjuk dan jempol kiriku kompak menahan daging kemaluan Mita agar tetap terbuka, hingga bisa kulihat rongga bergelombang berwarna merah muda yang cerah dan segar. Perlahan kuraba dan kumasukkan sedikit jariku dan kurasakan lembutnya dinding vagina Mita.
Saat hampir setengah jari tengahku terbenam didalam vagina Mita, aku sangat terkejut saat Mbak Jum menepuk pundakku dengan kompak Mbak Tina juga mencubit lenganku.
"Huuss....jangan donk Mas Den, bahaya kalau dia bangun nanti." Mbak Tina menasehatiku dengan suara lirih.
"Eh...iya mbak, maaf....agak kebablasan."
Mbak Jum dengan gemas mencubit pinggangku, karena merasa geli maka kulepaskan kemaluan Mita dari cengkeramanku. Perlahan aku mundur dan Mbak Tina mengambil alih posisi dudukku.Setelah selesai sesi pijat, Mbak Tina kembali menutupi tubuh Mita dengan kain dan membangunkannya. Mita terbangun lalu menoleh ke arahku, dia sedikit kaget melihat batang penisku yang menjulang dan berurat. Dengan duduk bersila dan berbalut selembar kain, Mbak Tina mulai memijat pundak Mita. Dia memposisikan Mita menghadap ke arahku sambil mengurut pundaknya, kulihat ekspresi Mita yang keenakan semakin membuat batang penisku berdenyut. Perlahan tapi pasti Mbak Tina mengendurkan kain yang dipakai Mita agar tangannya leluasa mengurut pundak Mita.
Kini hanya bagian depan tubuh Mita saja yang tertutup kain, itupun disangga oleh tangannya. Saat kuajak dia ngobrol, beberapa kali dia menatap ke arah alat kelaminku.
"Bagian depan dikencengin gak?"
"Bagian dada ya, emang bisa mbak?"
"Bisa, diurut pelan. Nanti beberapa kali sesi pijat udah kelihatan hasilnya."
"Ehm....tapi....malu."
"Yaudah, aku tutupi pakai kain deh."Mbak Tina lalu mengikatkan kain ke leher Mita seperti tukang cukur. Posisi Mita menghadap ke arahku, dan aku pun sengaja duduk ngangkang agar batang penisku terpampang didepan Mita. Mbak Tina memasukkan kedua tangannya dibalik kain yang menutupi tubuh bagian depan Mita dan kulihat pergerakan dibalik kain tersebut. Sesekali Mita meringis dan tertawa menahan geli, betapa beruntungnya Mbak Tina bisa meremas kedua payudara Mita dan memainkan puting susunya.
Hampir 10 menit berlalu dan Mita mulai rileks dengan pijatan di area payudaranya dan sekitarnya, kulihat Mbak Tina melirikku dengan tatapan agak nakal. Perlahan disingkapnya kain itu dari tepi hingga kedua lengan Mita kini terlihat. Kain itu kini hanya menutupi bagian depan payudara Mita saja. Beberapa kali Mita berusaha membenahi kain itu agar bagian depan tubuhnya lebih tertutup tapi Mbak Tina selalu punya alasan.
Sepertinya Mita menikmati pijatan lembut di area payudaranya, hingga tatapannya tak fokus lagi dan terkesan pasrah. Gerakan tangan Mbak Tina mengurut dari pangkal lengan ke payudara Mita membuat kain penutup itu semakin tersingkap, bulatnya payudara Mita perlahan terlihat olehku. Batang penisku mulai bereaksi, semakin mengeras melihat jemari Mbak Tina menggerayangi payudara Mita.
Perlahan dan pasti......kedua tangan Mbak Tina menyapu belahan payudara Mita lalu mengurutnya ke samping. Saat itu juga sangat jelas terlihat olehku......kedua puting susu Mita yang segar dan basah oleh minyak. Sudah mencuat dan beberapa kali diusap oleh Mbak Tina. Aku menatapnya tanpa berkedip dan Mbak Tina pun tersenyum. Namun tak lama kemudian Mita menyadarinya lalu berniat membenahi posisi kain itu agar menutupi kedua buah dadanya.
"Gak apa Mita....bagian ini memang agak susah kalau aku mijitnya pakai ditutup kain begitu."
"Tapi aku malu dilihat Mas Deni, mbak."
"Heleh....Mas Deni aja udah telanjang sampai burungnya tegak begitu kok kau yang malu sih?"
"Aku sungkan aja mbak."
"Yaudah sama-sama telanjang aja biar tiada sungkan diantara kita."
![](https://img.wattpad.com/cover/339499479-288-k471100.jpg)