Dengan wajah kemerahan dan menahan malu, Mita pasrah ketika Mbak Tina mengusapkan kedua telapak tangannya yang penuh minyak itu ke bongkahan payudaranya. Mita tak berani menatapku meski aku tepat didepannya. Wajahnya selalu berpaling ke kanan dan kadang ke kiri sambil ngobrol dengan Mbak Jum. Aku bersandar ke dinding, duduk bersila dengan batang penis yang keras tegak menyembul seolah menantang Mita untuk memandangnya.
Perlahan kedua jemari lentik Mbak Tina meremas payudara Mita, mengusapnya dengan lembut. Kutelan ludahku saat melihat kekenyalan buah dada Mita yang basah oleh minyak pijat. Puting susunya yang berwarna cokelat cerah pun kini mencuat, tak tahan lidahku ini ingin menjilatnya. Mbak Tina tau bahwa dari tadi aku melotot melihat buah dada Mita, maka dia pun memelintir puting susu Mita sambil sesekali mencubit dan menariknya.
"Auh...mbak Tina....pelan aja."
"Eh...sory...sakit ya?"
"Ngilu mbak, agak sakit sih. Kok pentil aku dicubit sih?"
"Ini terapi biar nanti ASI mu lancar pas menyusui."
"Menyusui siapa mbak, kan aku belom punya anak."
"Menyusui Mas Deni tuh...dari tadi haus."
"Eh....amit-amit deh."
Mita pun melirik ke arahku, namun sesekali kulihat lirikannya mengarah ke batang penisku.Semakin lama bisa kulihat raut wajah Mita agak berbeda, sepertinya dia agak terangsang karena dari tadi buah dadanya diremas Mbak Tina. Mita mulai bersandar ke Mbak Tina, sudah mulai pasrah.
"Pegel gak kakinya?"
"Emh...iya mbak, agak pegel sih."
"Yaudah lurusin aja kakinya."
"Kena mas Deni nanti kalau selonjoran."
Mendengar namaku disebut oleh si cantik yang sedang telanjang, aku pun bergerak.Kuposisikan dudukku, kurenggangkan kedua kakiku hingga aku duduk ngangkang. Kedua biji pelerku beserta batang kejantananku kini terpampang jelas oleh Mita. Kakinya kini bisa selonjoran namun telapak kakinya hampir menyenggol alat kelaminku. Mbak Jum pindah posisinya, kini duduk di sebelahku sambil ngobrol tapi matanya jelalatan menyapu tiap inci organ reproduksiku.
"Nah klo gini kan Mas Den bisa sekalian mijit kakinya Mita tuh."
Ah iya...boleh juga ide Mbak Jum itu, fantasi liarku pun melayang bebas.
"Emang boleh nih? "
"Jangan deh mas, ntar malah sakit."
"Yaudah...aku urut pelan aja sekitar betis dan telapak kaki aja."
"Tapi aku gak mau bayar ya."
"Iya deh..."Aku pun maju sedikit hingga telapak kaki Mita menempel di batang penisku. Kumulai mengurut betis bagian bawah kaki kiri Mita, jemariku yang berlumur minyak membelai lembut betis Mita. Namun dia hanya diam saja meski telapak kakinya menempel pada batang penisku.
"Mita....kalau pijitannya mas Deni sakit, tendang aja biar bengkak titid nya Mas Deni hahaha...."
"Eh...sory mas, kena kakiku ya?"
"Iya gak apa kok, kalau cuma nempel gak apa, gak bahaya hahaha...."
Mbak Tina senyum saat melihat aksi modusku, sedangkan Mbak Jum senyum karena melihat batang penisku bergeskan dengan kaki Mita.Kuubah posisi kakiku, kini aku duduk bersila agar betis kaki kiri Mita bisa bertumpu pada betisku dan kuletakkan bantal kecil untuk menopang bagian belakang lututnya. Kaki kanannya kugeser agak ke kanan supaya pahanya terbuka lebih lebar dan aku bisa melihat gundukan daging kemaluan Mita. Pijatan lembutku sampai ke sekitar mata kaki dan tumit Mita, kuminta dia meluruskan telapak kakinya. Dan sesuai harapan....jemari kaki kirinya menyentuh batang penisku yang sangat tegang.
"Eh...sorry mas, kena lagi ya? Gak sengaja."
"Gak apa, lurusin aja."
Sambil sesekali kulirik wajah Mita yang sudah agak horny karena dari tadi buah dadanya dipijat Mbak Tina. Kuusap halus punggung kaki Mita hingga ke jemari kakinya. Sengaja kulakukan sambil menggesekkan jemari kakinya ke batang penisku. Seolah Mita merespon modusku, dia mainkan jemari kakinya seolah menggelitiki kepala penisku. Sensasinya luar biasa. Mbak Jum seolah ingin ambil bagian tapi masih bingung dan hanya menonton.Sekarang aku berpindah ke kaki kanan Mita. Saat kutumpukan betis Mita ke betisku, Mita membuka lebar pahanya, kaki kirinya dilipat ke samping hingga terlihat jelas selangkangannya yang mulus tembem tak berjembut itu. Oh....fantasiku semakin liar dan nafsuku semakin menggebu. Apalagi saat Mita mengusap daging memeknya yang tembem itu, agak basah entah karena minyak atau lendir dari vaginanya. Sekitar 5 sampai 10 detik Mita mengusap area kelaminnya dan Mbak Tina pun melihat aksinya.
"Duuuhh....Mita, ngasih kode ke Mas Deni. Atau balesin kodenya Mas Deni nih?"
"Nggak mbak...eh...ini lho, cuma ngelap aja ini."
"Ngelap apa ngelap nih..?"
"Mbak Tina sih....mijitnya disitu terus."
"Ini nih...ada tissu. Apa biar Mas Deni aja yang ngelap, itu daritadi lihatin memek kamu terus."Aku yang daritadi bengong memandangi memek Mita pun tersadar setelah namaku disebutnya. Mita kemudian menarik kaki kanan nya dari pangkuanku, duduk dengan posisi ngangkang lebar dan mengusap memeknya dengan tissu. Terlihat sangat jelas selangkangan putih mulus Mita. Daging kemaluannya yang tebal, belahan bibir kemaluannya yang terbuka memperlihatkan bagian luar rongga vaginanya, bahkan lobang anus nya yang imut dan bersih pun terpampang jelas.
"Udah...habis ini mandi ya, biar bersih badanmu dari minyak dan lendir."
"Iya nih mbak, udah lengket badanku. Banyak banget nih minyaknya."
"Ntar aku gosokin deh biar bersih. Apa mau dimandiin Mas Deni?"
"Waduw...jangan deh, nanti tambah lama mandinya."
"Itu Mas Deni juga sampe keringetan gitu, nanti juga sekalian mau mandi."Mbak Jum pun kini punya momen untuk ikut berpartisipasi.
"Mita nanti dimandiin Tina, biar aku yang mandiin Mas Deni."
"Gimana Mita, aku bantu mandi apa mau dimandiin Mas Deni tuh?"
"Iya deh...sama Mbak Tina aja."
"Yaudah...ayok mandi. Mbak Jum...mandiin Mas Deni ya."Mbak Tina pun berdiri, disusul Mita. Aku yang masih duduk telanjang dan bersila makin bengong saat didepan wajahku terpampang kemaluan Mita. Ingin sekali aku menciumi dan menjilatinya. Namun Mbak Jum menepuk pundakku.
"Hei...Mas Deni bengong aja lihat memek. Ayo aku bantuin mandi."
"Sekarang mbak? Bukannya Mita duluan?"
"Bareng aja biar cepet."
"Sempit kamar mandinya."
"Di tempat jemuran belakang aja, agak luas. Ya kan Tina...?"
"Ya disana juga gak apa mumpung aku gak ada jemuran."
