Saat ini, Viarmo dan teman-teman barunya tengah berada di UKS. Tadi, saat perdebatan mulai memanas, datanglah anggota OSIS yang melerai perkelahian yang hampir saja terlaksana. Sebelum mampir di UKS, kesemuanya diarahkan menuju ruang BK (Bimbingan Konseling) untuk disidang. Namun, saat melihat pada almamater Viarmo yang basah membuat anggota OSIS yang saat itu bertugas langsung menghampiri dan mengeceknya.
Saat lengan almamaternya disingkap, terlihatlah kulit putih yang memerah karena tumpahan kuah bakso yang masih mengepul tadi. Melihat ini, guru BK dengan sigap langsung menyuruh untuk mengantarkan Viarmo ke UKS, biar di obati oleh petugas PMR.
Tapi karena Dean dan yang lainnya melihat kesempatan untuk melarikan diri dari amukan guru BK, membuat keempatnya sepakat untuk mengobati Viarmo, meski awalnya sempat menerima pertentangan, pada akhirnya kini kelimanya berakhir terdampar di UKS. Dengan Viarmo yang menunduk takut-takut, soalnya Dean marah-marah sambil nunjukin tangannya yang luka.
“Lo kalo sakit tuh ngomong, pe'a! Ini malah diem aja, dikira keren apa begitu?! Ini udah merah banget loh, yakin kagak sakit?!” sedari tadi Dean terus mencecar Viarmo dengan berbagai pertanyaan yang menyiratkan kekhawatiran
“I-iya maaf, tapi beneran udah gak sakit kok. Lagian saya juga udah kebal kali, luka segini mah gak seberapa.” meski gugup tapi laki-laki itu tidak berbohong, tangannya memang melepuh tapi dia hanya merasakan panas bukan perih
Entah itu karena ketahanan tubuhnya atau karena memang kuahnya yang sudah tidak terlalu panas. Membuatnya hanya merasakan hawa panas sehingga tidak ada satupun ringisan yang keluar dari belah bibirnya.
“Halah tai! Kalau sakit mah bilang aja Amo, kita-kita juga kagak bakalan ngejek kok. Gapapa kali, tuh lihat tangan lo aja udah kayak gitu. Masa sih kagak sakit?” kali ini Angkasa ikut nimbrung dalam percakapan
“Iya tuh, bo'ong banget lu mah.” timpal Samudra
“Serius, saya gak apa-apa. Cuma panas doang kok, gak perlu khawatir.” sekali lagi Viarmo mencoba meyakinkan teman-temannya bahwa dirinya tidak kenapa-napa
Tapi ketiganya tetap kukuh ada pendirian dan terus merecokinya dengan berbagai pertanyaan bernada cemas. Joshua yang sedari tadi terdiam membuka suaranya kala melihat raut wajah Viarmo yang tampak tidak nyaman.
“Ekhem!” ia berdehem cukup keras
Ketiganya ditambah Viarmo langsung menatap kearah Joshua, bertanya-tanya tentang apa gerangan topic yang akan di bahas oleh manusia kutub satu itu. Namun alih-alih berucap sepatah atau dua patah kata, laki-laki jangkung itu malah melangkahkan tungkainya pergi dari sana. Menimbulkan tanda tanya bagi Viarmo.
“Hadehh... Tuh kulkas pasti marah lagi dah, repot banget jadi gua perasaan.” desah Samudra lelah, temannya yang satu itu memang sedikit sulit untuk dimengerti
“Marah...?” sontak ketiganya menoleh saat mendengar suara Viarmo yang melontarkan kalimat tanya
Sebelum menjawab, ketiganya saling bertukar pandang terlebih dahulu, seakan-akan mereka tengah berkomunikasi lewat batin, membuat Viarmo bertanya-tanya kembali tentang perilaku ketiganya yang dimatanya tampak 'primitif'.
Tampak ketiganya menyeringai jahil.
“Iya tuh dia marah karena lo, hayoloh Amo~” Samudra terkikik selama hati saat melihat teman barunya yang terperanjat, sepertinya laki-laki itu sudah terperdaya
“Heh? M-masa sih...?”
“Iya beneran, Joshua itu emang paling overprotektif sama temen-temennya termasuk elo. Makanya karena elo yang kagak mau jujur bikin dia jadi marah, hayo loh Amo~” tambah Angkasa menakut-nakuti
“Bener tuh, mana dia kalo marah bisa nyampe satu Minggu lagi, hi.... Serem~” si tampang preman Dean juga ikut berpartisipasi dalam rangka mengerjai teman baru
Karena jujur saja, melihat perubahan pada raut wajah Viarmo adalah kesenangan tersendiri bagi ketiganya. Gak tau tuh kalo sama si kulkas mah, suasana hatinya sering berubah-ubah tak menentu, kayak cuaca.
“Kok bisa?! Terus saya harus apa sekarang?!” oh lihatlah matanya yang sudah berkaca-kaca menahan luapan tangis
Bukannya apa-apa, hanya saja kata Abi, bahwa sesama muslim itu tidak baik jika saling bertengkar apalagi bermusuhan selama lebih dari 3 hari. Meskipun dia tidak tahu agama yang dianut oleh Joshua itu apa tapi 'kan tetap aja.
Viarmo lagi bingung, dia belum pernah menghadapi situasi semacam ini sebelumnya. Karena dia selalu akur dengan teman-temannya di desa, reaksinya terbilang wajar menurutku.
“Tenang aja. Lu cuma harus nyamperin dia dan minta maaf juga janji kalo nggak akan pernah bohong soal apapun lagi, oke?” Dean berpesan dengan muka memerah, laki-laki itu sedang menahan tawa yang siap menyembur
Viarmo dengan lugunya mengangguk menyetujui ucapannya, dia lalu bangkit dan hendak mencari keberadaan Joshua. “Biasanya dia ada di mana kalau marah?”
Samudra menjawab singkat, “Roftoop.”
Mengangguk, Viarmo lekas pergi setelah mengucapkan salam. Meninggalkan ruang UKS yang kini dipenuhi oleh gelak tawa ketiganya, raut wajah dari Viarmo benar-benar mengocok perut mereka bertiga.
***
Beralih pada si kulkas Joshua yang saat ini tengah menikmati siulan angin dari atas rooftop yang menyegarkan. Remaja dengan tinggi semampai itu terduduk di sebuah bangku kayu yang tersedia di tempat tersebut.
Laki-laki itu tengah menikmati ketenangannya kala sendirian sebelum kemudian telinganya menangkap langkah kaki tak beraturan yang berasal dari tangga di belakangnya. Memejamkan matanya sejenak, terdengar suara pintu yang terbuka. Dia tak mau repot-repot membalikkan badannya untuk orang asing, dia berpikir bahwa itu adalah anggota OSIS yang berpatroli ataupun siswa biasa.
“Em... Jo?” mendengar suara yang akrab ini, dia reflek berbalik dan menatap tepat pada manik coklat yang menatapnya sayu
Jujur saja, laki-laki itu sedikit terkejut saat terkaanya ternyata meleset. Aneh sekali, karena biasanya dia dapat mengetahui seseorang hanya dengan mengedarkan persepsinya, aura orang itu terdeteksi olehnya sepanjang berada dalam jarak jangkauannya.
“Hm?” mengesampingkan itu, Joshua berdehem sebagai respon
“Anu... Saya mau minta maaf karena kata mereka kamu marah sebab saya nggak jujur. Tapi serius, saya gak ada bohong. Mm... Janji deh gak lagi begitu.” berucap sembari menunduk membuat Joshua tidak dapat melihat raut wajahnya dengan begitu jelas
Raut wajahnya mendatar karena tahu kalau teman-temannya menjahili teman barunya ini. Joshua mengangkat tangannya lalu diletakkan di atas kepala Viarmo, mengusapnya pelan.
Viarmo yang mendapatkan usapan kepala langsung mendongak, melihat pada wajah Joshua yang terlihat lebih lembut karena laki-laki itu yang menarik seutas senyuman. Viarmo tertegun sejenak, melihat Joshua seperti melihat pamannya yang udah jadi ubi.
“Gak apa, janji ya?” Ucapnya singkat dan tidak jelas
Tapi disini Viarmo tersenyum dan mengangguk seakan-akan memahami perkataannya, dia menyodorkan jari kelingkingnya dan mengaitkannya dengan jari kelingking milik Viarmo, lalu berucap manis sembari menebar senyuman hangat.
“Un! Iya, janji!”
Senyuman di wajah Joshua semakin mengembang, entah kenapa dia melihat siluet adiknya saat melihat Viarmo.
Duh, dia jadi rindu.
Senin
15 April 2024
Pukul: 07.24
KAMU SEDANG MEMBACA
VIARMO Abigail [H I A T U S]
Novela JuvenilIni kisah tentang cowok alim bernama Viarmo Abigail yang pindah dari desa ke kota karena alasan pekerjaan. Gimana ya reaksinya, pas tau kalau kota gak sebaik perkiraannya?