03. accept?

766 67 8
                                    

Malamnya

Di kamar, sooji saat lagi guling-guling tidak jelas di ranjang. Dia memikirkan kejadian yang di uks itu pada doah. Sooji berkali-kali memukul bantal dan guling. Bahkan tadi pulang sekolah saja sooji langsung pulang tak menjenguk doah dulu.

"Gue ngapain si anjay, argh!!!" Teriak sooji tidak jelas.

"Sooji, kamu kenapa?"

Teriak ayah sooji dari luar, dan sooji langsung tersadar bahwa dirinya tak sendirian di rumah.

"Ani! Aku engga papa, cuma lagi nonton horor aja terus muncul jumpscare jadinya aku teriak" balas sooji.

Sooji sepertinya besok tidak masuk, dia masih malu dengan apa yang terjadi di uks tadi. Dia malu untuk bertemu doah.

"Oh ya! Dia kan lagi bonyok, engga mungkin juga kan dia masuk. Masuk aja deh besok" gumam sooji.

.

Meanwhile di sisi lain.

Doah sedang di wawancara sama ayahnya. Bagaimana tidak? Sedari tadi ayahnya selalu bertanya pada dirinya, seperti wartawan saja, pikir doah.

"Kamu yakin harin yang lakuin ini?" Tanya ayahnya lagi. Entah udah berapa kali ayahnya bertanya seperti ini membuat doah muak mendengarnya.

"Seterah ayah mau percaya atau engga, seterah ayah juga mau membela siapa aku engga peduli, intinya ini beneran terjadi!" Balas doah dengan suara yang begitu ketus.

Doah berdoa, mudah-mudahan saja dirinya tidak dipaksa berteman dekat lagi dengan harin oleh ayahnya karena sejujurnya dia begitu tak suka dengan harin sejak pertama mereka bertemu.

"Harin bilang, harin ngelakuin itu cuma karena problem satu cewe ya?"

Doah langsung menatap ayahnya. Bagaimana bisa, harin bicara seperti itu pada ayahnya.

"Harusnya kamu jauhi wanita itu, biarkan harin yang bersama wanita itu. Kamu harus mengalah seo doah!"

Doah menatap ayahnya dengan tatapan kemarahan, dia sudah membenci ayahnya malah rasa bencinya itu semakin memuncak pada ayahnya.

"Harus ngalah sampe kapan lagi?! sampe aku engga ada pasangan hidup sampe mati gitu!? Aku tuh cape yah, cape! Aku ngalah mulu sama harin dari dulu, setiap apa yang aku suka harin ikutan suka dan ujung-ujungnya aku yang ngalah. Mau sampe kapan aku ngalah terus sama dia yah???"

"Sebenernya anak ayah itu aku apa harin? Selama ini perhatian ayah cuma ke harin doang, aku? Engga pernah di perhatiin sama ayah. Perhatian ayah ke aku cuma maksa aku belajar, nilai, belajar, nilai, belajar itu aja!!! Aku tuh juga manusia yah!!! Butuh kebahagiaan, engga cuma buku, kertas, dan pulpen aja yang aku pegang setiap hari, setiap saat, setiap waktu!!!"

"Aku juga butuh kebahagiaan!! Kali ini aku engga akan sekalipun ngalah sama harin, kali ini aku akan dapetin wanita yang aku sayang dan cintai!! Seterah apa pandangan ayah ke aku, aku udah engga peduli"

"Aku lebih baik tinggal sendiri kalo begini yah, aku engga butuh sosok ayah kalo modelan ayahnya kayak gini. Yang ayah perlukan dari aku cuma ambisi aku doang!!!!"

Doah lega, sangat lega karena dia sudah mengeluarkan semua yang ia pendam selama ini.

Plak!

Doah ditampar oleh ayahnya, luka robek di bibirnya yang masih baru itu kembali robek, air mata doah menetes.

"Anak brengsek! Tak tau diuntung!! Keluar dan pergi dari rumah saya anak sialan!!!" Bentak ayahnya.

Doah dengan sangat berani menatap kembali ayahnya dengan tatapan kecewa, marah, dan sedih menjadi satu.

Love in Silence [Do Ji] END.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang