02 : Hadiah tiba-tiba

46 8 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Anta membuka pintu kosnya dan menyalakan lampu sehingga pencahayaan menerangi seluruh ruangan. Ia meletakkan tas dan barang-barang yang dibawanya di atas meja dan melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai, ia pergi ke dapur bersama untuk memanaskan makanan yang di berikan oleh rekan kerjannya, Vivi. Saat perjalanan pulang ia sungguh merasakan lapar, ia menikmati makanan itu dengan khidmat.

Anta kembali ke kamar setelah selesai makan malam. Dengan perlahan, ia menduduki diri di kursi seraya memperhatikan sebuah amplop surat dari pihak kampus yang tergeletak di atas meja. Ia membuka amplop itu perlahan, sebenarnnya ia sudah bisa menebak isi dari amplop surat tersebut.

Surat pembayaran uang kuliah tunggal. Untuk semester ini, Anta memang belum membayar karena gajinya tidak cukup. Sejak awal kuliah, ia selalu berusaha mencari beasiswa, tetapi usahanya gagal untuk mendapatkan beasiswa.

"Huh, bagaimana aku membayar semester ini?" Anta mengusap keningnya dan menghela napas panjang.

Dulu, Anta sempat berpikir untuk berhenti kuliah karena masalah keuangan untuk membayar semester. Namun, setiap kali niat itu muncul, ia selalu teringat pesan neneknya. Neneknya selalu mengingatkan supaya ia tidak menyerah, dan mengejar pendidikan yang lebih baik agar tidak dipandang rendah oleh orang lain.

Ting! Ting!

Suara ponselnya terus berbunyi, menandakan ada beberapa notifikasi masuk. Anta segera meraih ponselnya dan membuka pesan dari nomor yang tidak dikenal.

08+++

|Anta, ini ayah. Simpan nomor ayah ya
|Apakah transferannya sudah terkirim Cukup tidak segitu?
|Jika kurang, ayah bisa mengirimkan lebih banyak lagi
|Gunakan itu ya, nak
|Setiap bulan ayah akan mengirimkannya

Anta terdiam sejenak, ternyata itu adalah pesan dari nomor ayahnya dan terkejut melihat pesan tersebut. Benar saja, selain notifikasi pesan dari ayahnya, ada juga notifikasi dari saldo rekening yang menunjukkan seseorang mengirimkan sejumlah uang dengan nominal yang besar. Bagi Anta, ketika melihat jumlah tersebut setara dengan gaji kerjanya selama enam bulan. Ia terkejut dan merasa bingung, bertanya-tanya apakah ayahnya sangat kaya. Jumlah nominal yang tertera pada saldo mencapai dua digit. Jumlah yang terlalu banyak.

Anta segera menyimpan nomor ayahnya.

Ayah Naratama

|Anta, ini ayah. Simpan nomor ayah ya
|Apakah transferannya sudah terkirim? Cukup tidak segitu?
|Jika kurang, ayah bisa mengirimkan lebih banyak lagi
|Gunakan itu ya, nak
|Setiap bulan ayah akan mengirimkannya

Iya, ayah|
Ayah, ini terlalu banyak|
Aku tidak bisa menerimanya,|
besok akan aku kembalikan
Ayah, aku sudah bilang bukan, tidak|
perlu mengirimkan
Aku sudah ada kok|

Bumantara dan kisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang