Kenyataan (bab 1)

27 3 0
                                    

Ada yang lebih hancur dari hati Bianca. Kepercayaan. Bianca tak lagi mempercayai setiap kata manis yang keluar dari mulut sang kekasih—Akash. Lima tahun lamanya Bianca memberikan semua cinta dan perhatiannya kini berakhir menyakitkan.

Hujan turun begitu derasnya. Diseberang sana sosok yang begitu dipercaya dalam hidup Bianca tengah berpelukan. Keduanya tampak bahagia, serasa dunia milik berdua.

Susah payah Bianca menahan sesak dalam dada. Bayangkan saja lima tahun menjadi kekasih dari seorang Akash berakhir penghianatan. Akash dan Liana menjalin hubungan dibelakang Bianca sudah setahun lamanya. Dan bodohnya Bianca baru menyadarinya setelah ia tak sengaja menemukan chat keduanya.

Sakit? Tentu saja.

"Manusia biadap!"

Bianca tersenyum sinis. Langkahnya mendekat pada kedua insan diseberang sana. Biarkan saja, ia akan mengakhiri kisahnya dengan Akash dengan caranya sendiri. Dan tentu saja jauh lebih menyakitkan.

"Woah!"

"Ada penghianat disini?" Bianca tersenyum saat mendapati wajah terkejut dari keduanya.

Akash segera melepaskan pelukannya sedangkan Liana memilih bungkam. Takut pada tatapan tajam milik Bianca—sahabat kecilnya.

"S-say—"

"Ssst, tutup mulut kotor lo!"

"Menjijikan, kalian seperti bangkai yang busuk."

Plak!

Suara tamparan keras disamarkan oleh derasnya hujan. Bukannya marah Bianca malah tersenyum manis meski pada kenyataannya tamparan barusan berhasil melukai hati kecilnya.

"Ini yang paling aku gak suka sama kamu, Bi. Kamu selalu egois, dan mau menang sendiri. Aku udah bilang, aku bisa jelas—"

"Mau jelasin apa, hmm? Mau jelasin kalau kalian udah berhubungan setahun lamanya. Atau mau jelasin kalau kamu lebih nyaman sama Bianca?"

Akash bungkam. Entah darimana Bianca mengetahuinya. Sebab, selama ini antara Akash dan Liana sangat rapi dan selalu berhasil membuat Bianca tak curiga. Namun hari ini?

"B-bi aku bisa—"

"Bisa apa, hah? Bisa rebut calon sahabat sendiri? Gue kira lo beneran sahabat gue, Li. Ternyata lo gak lebih dari—"

"Cukup!!"

Liana mengangkat wajahnya yang memerah. Kali ini, ia akan menunjukan kalau Akash adalah miliknya. Terserah Bianca yang barangkali akan semakin membencinya.

Liana mencintai Akash begitupun sebaliknya.

"Aku emang cinta sama Akash. Dan kami sama-sama nyaman, lagian Akash sendiri yang bosen sama kamu, gayamu yang tomboy mana mau cowok sama kamu, Bi. Seharusnya kamu itu introspeksi diri, bukan malah nyalahin Akash!!"

Liana tersenyum licik. Hujan masih setia menjadi saksi bagaimana keduanya begitu sangat jahat pada Bianca.

"Woah, ini lo yang asli?"

Bianca maju selangkah. Wajahnya berubah datar seketika. Secara bergantian ia memandangi wajah didepannya, sulit dijelaskan bagaimana hancurnya hati Bianca.

Kenyataanya jauh lebih menyakitkan dari apa yang Bianca bayangkan.

"Hebat, kalian benar-benar hebat. Gue aja gak pernah kepikiran sama apa yang terjadi sekarang. Gue salut sih, lo berdua pemain yang handal!"

Plak! Plak!

Dua tamparan berhasil mendarat di pipi Akash. Namun, itu belum ada apa-apanya dengan rasa sakit yang diberikan olehnya.

"Lo berdua murahan."

"Cukup Bianca! Aku yang memang sudah lama suka sama Liana. Lagian kamu yang harus sadar diri, dengan penampilan hampir seperti laki-laki gak ada anggun-anggunnya."

Deg

"Aku bahkan mencintai Liana jauh sebelum kita—"

"Stop. Gue gak mau dengar apapun lagi!!"

Demi hatinya agar tidak semakin hancur. Bianca berbalik menuju motor besar miliknya. Ternyata selama lima tahun itu adalah hal bodoh yang Bianca lakukan. Mencintai laki-laki yang hatinya ada pada wanita lain. Yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.

Dengan kecepatan diatas rata-rata Bianca melajukan motornya. Beberapa momen kebersamaannya dengan Akash berputar seperti kaset rusak. Bianca semakin sakit, ketika ucapan Akash kembali berputar.

Brak!

Bugh

Tabrakan hebat terjadi. Bianca tersenyum saat melihat truk besar menabrak pembatas jalan karena berusa menghindar darinya. Dalam keadaan tak  berdaya Bianca  berusaha tersenyum untuk terakhir kalinya. Mungkin.

'Abil, apa hidup gue berakhir kayak lo? Meski lo pemeran paling nyebelin menurut gue tapi gue tetap suka kok."

Anehnya di saat-saat terakhirnya Bianca malah teringat pada salah satu pemeran novel yang terakhir dibacanya. Kisah keduanya hampir saja. Berakhir dengan kematian.

Lucu. Tapi, Bianca benar-benar mengalaminya.

Hy guys, aku bawah cerita baru nih. Tapi masih tentang transmigrasi loh. Entahlah, setelah sekian lama gak nulis, tetiba kepengen nulis lagi hehe.

.
.
.
.

15 April 2024
.
Semoga suka, yah!

F I E R A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang