Fiera tahu ia tidak akan mengambil keputusan yang salah. Semenjak terjebak pada novel yang dibacanya terakhir kali, Fiera sedikit tertarik dengan kehidupannya yang sekarang.
Dulu dia hidup sebagai Bianca dan tak ada yang menarik kecuali—Akash yang ia cintai ternyata mengkhianati dirinya. Ah, Fiera jadi teringat hal menyakitkan itu lagi.
Dengan perasaan yang campur aduk Fiera menendang kaleng minuman hingga berhasil mengenai seseorang. Fiera tidak takut sama sekali karena baginya itu ketidaksengajaan.
"Akh! Siapa yang berani lemp—"
"Lo! Jangan kabur!"
Masih dengan posisi yang sama. Bersandar pada salah satu tiang Fiera hanya menatap malas tak minat. Kedatangan korban dari kaleng yang ditendangnya hanya akan membuang waktu Fiera saja.
"Lo yang udah buat kepala gue kena kaleng rombeng barusan?" tanya pria didepan Fiera.
Baru saja akan menjawab tiba-tiba kepala Fiera begitu sakit. Seperti ada banyak jarum yang memenuhi kepalanya. Ada kilatan memori yang berputar.
"Lo cuman manfaatin gue, Ay?"
"Menurut lo?"
"Ay, itu gak benarkan? Lo manfaatin perasaan gue hanya untuk balas dendam. Ay, lo gak bakal sejah—"
"Gue bahkan lebih jahat dari Itu, Bil. Lo aja yang bodoh, lo pikir selama ini gue beneran suka sama lo? Mimpi!"
"Ay? L-lo ini gak benarkan? Lo lagi bercanda kan, Ay."
Dengan seragam yang dipenuhi oleh noda merah orang-orang akan berpikir jika keduanya baru saja mengalami kecelakaan hebat. Nyatanya yang terjadi lebih daripada itu.
"Lo juga harus mati, Bil!"
Deg
Fiera tersadar setelah rasa sakit kepalanya hilang tiba-tiba. Dan lagi, apa yang baru saja terjadi padanya?
Manfaatin siapa?
Ay? Apa itu Aylen?
Dan siapa yang harus mati?
Fiera mengabaikan tatapan pria didepannya, tidak ada yang lebih penting daripada mengingat kembali alur novelnya. Dengan begitu, Fiera bisa memastikan sesuatu.
"Woy! Lo belum tanggung jawab!!"
***
Bell masuk sudah berbunyi beberapa menit yang lalu sedangkan Fiera lebih memilih untuk berdiam diri di perpustakaan. Tak ada yang dilakukannya kecuali menatap rak-rak buku.
"Alurnya udah sampai mana sih?"
Tidak ada yang melekat sempurna diingatan Fiera atau lebih tepatnya Bianca mengenai alur novelnya kecuali satu poin penting saja.
Kematian Abil—sang antagonis pria.
Daripada pusing memikirkannya Fiera memutuskan keluar dari sana. Tidak peduli jika alurnya berantakan karena dirinya.
Bugh!
"Lo gapapa?"
"Gakpa—"
"Akash?"
"Akash? Gue Alaska."
Untuk waktu yang cukup lama Fiera terdiam. Pahatan wajah Alaska sangat mirip dengan Akash, bedanya Alaska adalah versi mudahnya saja.
Entahlah, Fiera semakin tidak mengerti dengan apa yang terjadi sekarang. Tentang alasan mengapa ia sampai terjebak di dunianya yang sekarang.
"Lo gapapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
F I E R A
RandomHujan turun begitu derasnya. Diseberang sana sosok yang begitu dipercaya dalam hidup Bianca tengah berpelukan. Keduanya tampak bahagia, serasa dunia milik berdua. Susah payah Bianca menahan sesak dalam dada. Bayangkan saja lima tahun menjadi kekasi...