Terjebak (bab 2)

21 2 0
                                    

Sang pemilik mata bulat itu masih terpejam. Pelajaran bahkan sudah hampir selesai. Sudah berkali-kali dibangunkan tapi tetap saja tak ada reaksi apapun.

"Gila, Fie kebo banget!"

"Tumben banget gak, sih? Biasanya tuh anak paling demen sama mtk. Gak pernah ketinggalan."

"Lah iyah, begadang kali. Biasa nonton drakor!"

Ting

Bel istirahat berbunyi beberapa siswa sudah meninggalkan kelas. Sedangkan yang lain masih diam sembari menatap heran pada sosok yang masih asyik dengan mimpinya. Perlahan ada pergerakan kecil dan akhirnya matanya sedikit terbuka.

Ada gurat kebingungan. Apalagi saat melihat beberapa orang sedang memperhatikan dirinya.  

Fiera. Gadis bermata bulat itu mengangkat sebelah alisnya. Ditatap begitu lekat membuatnya sedikit heran.

"Fie, lo kenapa dah?"

"Aneh, lo bangun-bangun kayak orang linglung begitu."

Gadis berambut panjang dengan name tag Angel Darasta. Disampingnya Afnaya dan yang satu lagi Liora.

Ketiganya tampak diam memperhatikan perubahan dari sahabat mereka. Sedangkan sang empu tak kalah bingungnya. Entah dimana dia berada. Dan yang paling penting siapa ketiga orang didepannya ini.

Fiera—atau lebih tepatnya Bianca yang kini terjebak dalam tubuh gadis cantik bermata bulat itu, memilih diam tanpa menjelaskan apapun yang menjadi kebingungannya.

Selain itu, ia juga malas berbicara. Kejadian dimana penghianatan Akash dan Liana masih terasa adanya.

Dengan pelan Fiera menatap dirinya pada pantulan kaca dikelas. Bisa dipastikan kalau sekarang dirinya sedang terjebak. Bianca belum bisa memastikannya dengan jelas.

Rambut Fiera panjang sepinggang. Bibirnya ranum dengan kulit putih bersih. Berbeda sekali dengan Bianca. Dulu rambut Bianca hanya sebahu dan kulitnya tidak begitu putih.

"Lumayan."

Liora menepuk pundak Fiera pelan. Gadis itu berusaha memastikan kalau itu benar sahabatnya—Fiera. Takut terjadi apa-apa Angel dan Afna juga ikut memastikan kalau Fiera baik-baik saja.

"Lo kenapa, Fie?"

"Aneh. Lo bangun-bangun langsung ngaca. Biasanya langsung ngantin." Angel ikut bersuara. Sebagai seorang sahabat tentu perubahan itu terlihat sangat jelas.

Fiera diam, dengan wajah datar miliknya. Ditatapnya ketiga siswi didepannya. Meski dalam kebingungan Fiera tetap bersikap biasa saja.

Dengan gerakan pelan ia mengikat rambutnya hingga menampakan leher mulus miliknya.

"Gue gak aneh. Kalian aja yang berlebihan," ujar Fiera.

"Nah, kan. Biasanya lo kalau bicara sambil tersenyum. Lah, ini muka lo datar banget."

"Bodoh amat."

Fiera memilih keluar dari kelas diikuti oleh ketika sahabatnya. Dengan susah payah Angel, Liora dan juga Afna mengejar langkah Fiera yang begitu terburu-buru.

"Lo mau kemana sih, Fie?"

"Toilet. Dimana?"

"Lah, jangan bilang lo lupa, Fie."

"Dimana?" tanya Fiera lagi.

Liora menunjuk kearah kanan. Tanpa menunggu lama lagi Fie segera meninggalkan ketiga sahabat dari sang pemilik tubuh.

***

Fiera menghembuskan nafasnya pelan. Benar sudah dugaannya kalau sekarang dirinya terjebak dalam novel yang dibacanya terkahir kali. Darimana Fiera yakin akan hal itu. Dari Liora—adik dari sang protagonis pria.

Belum lagi, nama-nama mereka yang mirip semua. Itulah mengapa Fiera semakin yakin.

"Gila sih. Gue baru aja dikhianatin malah terjebak di novel. Lagi sakit hati sama hidup malah dikasih yang lebih berantakan aja!"

"Arrrgg. Ni juga rambut panjang amat dah. Gerah gue!"

Setelah puas dengan rasa kesalnya Fiera memutuskan untuk menyusul ketiga sahabatnya—mulai sekarang. 

Suasana kantin cukup ramai hampir semua kursi dipenuhi oleh para siswa. Dibagian tengah ketiga sahabat Fiera sedang asyik menikmati santapan mereka. Jujur saja, Fiera butuh waktu untuk bisa terbiasa dengan suasana sekarang. Di Dunianya dulu Bianca adalah wanita dewasa yang sebentar lagi akan menikah.

Dan lucunya sekarang ia menjadi anak SMA yang cantik.

"Buset lama amat lo, Fie."

Fie mengabaikan ucapan Liora. Memilih duduk pada kursi kosong disamping Angel. Dengan wajah datarnya Fiera dikejutkan dengan sosok yang sedang duduk tak jauh darinya.

"Lo kenapa lagi sih, Fie?"

Afna mengikuti arah pandang Fiera. Seketika gadis itu tersenyum manis hingga kedua lesung pipinya terlihat jelas.

"Biasa aja kali, Fie. Alaska bisa ketakutan kalau lo liatin begitu," celetuk Afna.

"Alaska?" tanya Fiera dengan suara rendah.

"Hmm. Lo lupa lagi sama Alaska huh?"

"Lo gak lagi amnesia kan, Fie? Tidur dikelas gak bakal buat lo lupa sama Alaska kan Fie?" tambah Angel.

Fiera menggeleng pelan. Tatapan matanya belum terlepas dari sosok Alaska. Fiera yakin kalau dirinya tidak salah lihat, itu bukan Alaska tapi Akash dengan versi anak SMA.

'please, jangan bilang kalau Akash—Alaska adalah pemeran protagonis prianya." Batin Fiera.

Bugh

"Akh!"

"Kenapa sih?" tanya Fiera kesal.

Angel tertawa melihat reaksi Fiera yang berlebihan. Mereka tahu kalau Fiera sangat menyukai kakak kelas mereka itu. Tapi, takut juga nanti kalau ketahuan Alaska. Bisa jadi bahan bullyan nantinya.

Alaska itu sombongnya minta ampun. Biasalah anak orang kaya jadi sombong dikit gak ngaru.

"Mending lo sadar diri deh, Fie. Level kita jauh sama si Alaska," nasihat Afna.

"Berarti level kita jauh dong," celetuk Liora.

"Lah iyah, lo kan adiknya bang Alaska."

Ketiganya tertawa, entah apa yang lucu. Fiera masih diam tak tahu harus bereaksi seperti apa. Semua terlalu cepat. Dan lagi, jika Akash ada disini, lalu apa kabar dengan Liana?

"Ska! Udah gue bilang tungguin!"

"Ngelesin banget sih, udah dibilangin juga. Tungguin gue, Ka. Apa susahnya sih?"

Deg

B E R S A M B U N G . . .

Cerita ini hanya fiktif belaka, yah. Ini murni hasil pemikiran saya.
.
.
.
Bye!

 

F I E R A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang