chapter 3 🌧️

11 1 0
                                    

Kini, langit sedang menitikkan air mata nya satu persatu dengan detail menuju tanah, hingga aroma tanahpun tercium harum dan segar.

Disisi itu, ada Stella yang sedang memandangi hujan dengan tatapan kosongnya sambil memainkan ujung tas nya.

Siswa itu duduk lesehan dilantai depan pintu sekolah serta berdiam diri di depan pintu sekolah menunggu jemputan datang, karena ia belum dijemput oleh ayahnya.

Sudah hampir 30 menit dia berdiam diri disitu sendirian. Sesekali juga dia memeluk lutut takut akan petir yang menyambar tiba-tiba.

Disisi lain, terdapat pria yang mengalungkan jas osis berwarna biru tua dilengan nya, ia baru saja menyelesaikan rapat osisnya yang berlangsung kurang lebih satu jam tiga puluh menit.

Berjalan cepat dengan tatapan tajam menuju depan seolah ada yang memusuhinya padahal tidak. hanya rasa lelahnya saja yang menjadi baku hantam nya saat ini.

Anak lelaki itu berjalan keluar, kakinya keluar dari arah gedung sekolah serta badannya. Tetiba ia menemukan seorang perempuan yang duduk berlesehan memeluk lututnya sendiri serta terdapat jaket berwarna merah muda yang menutupi badannya. Badannya seperti kedinginan sekarang.

Lelaki itu keheranan. Lantas, ia menjalankan kaki perlahan, tangan kanannya bergerak membuka jaket yang menutupi tubuh perempuan yang sedang kedinginan itu.

Ada helai rambut panjang yang masih dapat Kavian kenali, itu Stella. Rambut kilaunya kini telah basah terkena cipratan air hujan.

Dia membulatkan mata terkejut, raut wajahnya yang tadi seram kini menjadi sedih, kacau, dan khawatir.

Dengan cepat, Kavian berjongkok tepat di depan tubuh Stella yang masih memeluk lututnya seraya meringkuk kedinginan.

Kavian menepuk pelan pundak perempuan itu, dan menanyakan untuk meyakinkan bahwa itu benar-benar Stella. Sudah paniklah wajahnya sedari tadi.

"Stella..??" tanya nya lembut, sambil mengelus pucuk rambut panjang milik Stella.

Stella yang merasa dipanggil serta merasakan pucuk rambutnya telah dielus seseorang, akhirnya menampilkan wajahnya yang masih menggigil.

Hidungnya merah, matanya merah, poni yang menutupi wajahnya kini juga berantakan.

Panik, sangat panik Kavian saat itu. Segera ia memeluk tubuh kecil Stella untuk memberikan sedikit kehangatan.

"Kak.." lirih Stella dengan suara seraknya yang masih kedinginan, tentu masih dapat didengar oleh Kavian.

Kavian yang mendengar itu segera melepaskan pelukannya dan memberikan pertanyaan yang terdengar hangat dan tulus.

Dengan paniknya pula, ia menggerakkan tangannya cepat untuk belakang telapak tangannya menyentuh dahi Stella dan merasakan bahwa dahi Stella terasa panas.

"Astaga, sayang.. kamu panas!"

Kavian segera menggendong tubuh kecil Stella dengan gendongan seperti bridal style dan membawanya menuju ke mobil.

Tangannya yang menopang kepala Stella masih menganggur sebab hanya lengannya lah untuk menopang kepala Stella.

Segera ia gunakan untuk menutupi wajah dan kepala Stella agar tidak terkena titikan air hujan tidak mengenai wajahnya yang cantik itu.

Sampai didepan mobil, ia menurunkan badan Stella ke tempat duduk samping sopir yang akan ia tempati, menyuruh Stella agar tetap bertahan sampai rumahnya.

Kavian menyalakan mobilnya, lalu melaju kencang dengan hati-hati menuju rumahnya. Satu tangannya yang berupa tangan kanan digunakan untuk menyetir dan tangan kiri nya digunakan untuk memegang dan mengelus punggung tangan Stella.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

yang memeluk raga kecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang