Bab 7

97 19 0
                                    

Matahari pagi menampakkan dirinya.

Kevin membuka matanya dan melihat jam di ponsel, sembari mengucek mata.

Dengan ekspresi biasa, ternyata pagi ini sudah jam delapan. Rasanya lapar, haus. Kevin ingin menyuruh Ledib memasak di kompor kecil listrik miliknya.

Ia menoleh ke kanan-kiri, melihat teman-teman di sampingnya yang masih di alam mimpi mereka sendiri.

Hari ini, hari Minggu. Tak ada yang mengganggu mereka untuk bangun di waktu yang agak siang, tak ada juga mereka yang terbangun sepagi ini di hari Minggu. Aduh, sekolah terbaik, namun di hari Minggu sudah jam delapan masih dianggap pagi.

Kevin pelan-pelan mengambil jaketnya dan ke luar dari asrama. Ia berjalan sendirian di koridor asrama karena tak ada yang bangun sepagi ini di hari minggu.

Kevin pun pelan-pelan memasuki ruangan game, semacam warnet yang disediakan oleh sekolah. Kevin benar-benar sendirian di sana, ia pun memasuki ruangan VR yang ada di depannya. Ia mengetahui bahwa DVD itu adalah DVD VR, setelah membaca-baca.

Malam kemarin, saat ia melihat game itu hanya ada logo berbentuk berlian berwarna merah yang ada di atasnya, dan tidak ada judul dari game itu membuat Kevin menggaruk-garuk kepala karena kebingungan.

“Semoga sama persis sama yang gue ekspektasikan, haha.” Kevin berbicara sendiri, layaknya orang gila.

Kevin pun langsung memasukkan DVD-nya, dan memakai VR.

Saat memakai VR ia langsung disuguhkan dengan tampilan game itu. Tak seperti biasanya, ia tak harus menyetel VR itu dulu. Walaupun bingung tapi ia tetap melanjutkan permainannya.

Twice Who Tried To Stand Up #BETA

“Judulnya… bagus.” Gumam kevin. Sejujurnya, latar belakang tulisan itu berwarna biru dan merah yang di gradasi membuat ia sakit mata. Terlebih lagi dengan tulisannya yang berwarna putih, dengan font Trade Wins yang sangat menusuk kedua matanya.

Kevin akhirnya menyesuaikan matanya, dan memencet ‘play’.

Saat memasuki game itu ia sedikit kaget, Kevin benar-benar di sebuah kastil sekarang. Ia pun berjalan pelan-pelan dan melihat NPC di depannya.

Kevin berusaha  berinteraksi oleh NPC itu, tetapi yang dia lakukan hanya berbicara.

“Pukul delapan pagi, bulu mata lentik, rambut hitam kribo. Selamat datang!”

Kevin kebingungan dan akhirnya melewati NPC dengan baju butler itu.

Saat ia menghadap ke samping, ia melihat kaca yang begitu besar menampakkan seorang gadis muda dengan gaun merah muda yang panjang dan berisi. Ia merasa sangat aneh tapi Kevin tak memikirkan hal itu.

Di depannya sekarang ada tangga yang melingkar panjang dengan karpet merah di atasnya khas kastil-kastil. Ia pun melangkah maju ke atas. Dan saat sudah sampai ke anak tangga yang terakhir, ia langsung di suguhkan segelas lemon tea oleh Butler yang ada depannya.

Tanpa pikir panjang kevin meneguk lemon tea itu. Saat ia melihat ke arah wajah Butler itu lagi, Butler itu memasang wajah yang ketakutan dan khawatir. Kevin langsung bertanya, “Uh… ngapa, dah? Lo gapapa?”

Tanpa mengharapkan balasan, kevin terkejut saat mendengar Butler itu berteriak meminta tolong.

Tiba-tiba banyak NPC yang ke luar dari pintu yang sangat besar dan menyerbu Kevin, Kevin panik tentu saja. Tapi ia tidak bisa menggerakkan apapun. Sampai akhirnya tulisan “YOU ARE DEAD” Memenuhi layar.

“Aneh.” Kevin bergumam, hampir melempar VR ke tempat ia ditaruh dengan rapi. Malas sekali bermain game yang memutar otak di pagi-pagi.

“Setidaknya bisa, lah.”

Saat Kevin melihat sekeliling, ruangan tampak agak berbeda. Gelap, jendelanya tidak memperlihatkan pemandangan lapangan sekolah saat pagi seperti saat Kevin baru saja masuk ke ruangan ini. Ruangan itu hanya, gelap.

Kevin melirik ke kanan-kiri, ragu-ragu untuk ke luar. Namun, barangkali teman-temannya itu sudah menunggunya dan mungkin panik setengah mati karena mengira Kevin juga hilang seperti murid yang hilang lainnya.

Kret....

Pintu dibuka oleh Kevin.

Mata Kevin terbelalak. Pemandangan yang ia terima kala itu, sangat berbeda dari sebelumnya. Bukan lapangan yang ia lihat, namun, kastil besar dan luas yang gelap. Seperti, dibiarkan menua dan tidak ada penghuni begitu saja.

Sesuai ekspektasi.

***

“Cakra, bangun!”

“Gue lempar gerobak bakso mau, anjing?”

Tubuh Cakra digoyang-goyangkan oleh tangan Ledib. Sudah tujuh kali Ledib berusaha membangunkan temannya itu. Namun, hasilnya nihil.

Sekitar tiga menit, akhirnya mata temannya itu terbuka dengan perlahan.

“Eh, Dib? Jam berapa ini?” Cakra merubah posisinya menjadi duduk, sekali dua kali merapikan rambutnya.

“Jam… setengah sembilan. Anu, lo tahu nggak Kevin ke mana?” Ledib bertanya dengan ekspresi agak khawatir. Cakra menyipitkan matanya, dahinya mengerut.

“Nggak tahu, gue. Perasaan tadi pas masih gelap sekitar jam empat-an, dia masih ngorok? Gue kebangun pas itu, ngambil air.”

“Jangan-jangan dicolong, Kra?”

“Ngawur. Lo kira Kevin objek gitu, dicolong? Udah, mandi dulu kita. Nanti cari. Kuy, mandi bareng."

Ledib tak menjawab, menoyor kepala Cakra tanpa aba-aba. Ledib memberi acungan jari tengah, lalu memasuki kamar mandi. Ia yang pertama mandi.

Cakra hanya tersenyum simpul, masih mengumpulkan nyawa setelah tidur hanya dua jam bersama yang lainnya karena begadang. Anehnya, Ledib terlihat seperti sudah tidur selama seratus jam penuh. Tetap terlihat semangatnya.

Cakra berdiri, berjalan menuju pintu. Ia ingin melihat pemandangan langit di pagi ini, mungkin semilir angin membantunya mengumpulkan nyawa.

“Eh?”

Setelah dibuka pintunya lebar-lebar, ternyata ada satu buku kecil yang terletak tepat di depan pintu kamar asrama. Cakra kebingungan, agak ngeri. Namun mengambilnya.

Cakra membuka perlahan halaman pertama, dengan perasaan yang agak aneh mengenai buku kecil itu.

“Satu, Anindita Anuspati. Dua, Dirga Abimanyu. Hah? Apaan? Muka orang dicoret X doang isinya?”

Saat membuka halaman ketujuh dari akhir, tepat berada di barisan keenam atau paling akhir, terdapat foto Cakra dan Ledib yang berjejeran. Anehnya, semua foto-foto orang di situ sudah tercoret dengan bentuk X. Namun, foto Cakra dan Ledib, belum dicoret. Sama sekali. Dengan foto-foto orang yang tepat di samping kiri Cakra dan kanan Ledib dan di halaman berikutnya sampai akhir.

***

Simbiosis Parasitisme

Simbiosis Parasitisme

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dua Kaki, Yang Berusaha Berdiri.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang