Aku Haruno Sakura mempunyai saudari kembar yang bernama Haruno Sahira. Sahira lahir lebih dulu dari aku, sehingga aku yang dianggap adik oleh keluarga ku. Padahal kami lahir hanya beda beberapa detik saja.
Kami kembar identik,setiap orang sangat sulit untuk membedakan aku dengan Sahira. Padahal jika di lihat lebih jelas aku dan Sahira sangat berbeda. Sahira mempunyai sifat yang lemah lembut dan juga polos, terkadang ada orang yang selalu memanfaatkan diri nya terutama laki-laki. Sedangkan aku kebalikan dari sifat nya. Aku terkenal dengan sifat yang galak,dingin dan tidak tersentuh,banyak laki-laki yang patah hati karena sering aku tolak. Karena aku tahu,dunia ini kejam. Tidak ada yang tulus di dunia ini termasuk ayahku dan juga kakak laki-laki ku.Semenjak ibu ku meninggal disaat aku dan Sahira berusia lima tahun, perilaku ayah sangat berbeda terhadap kami. Ayah sering tidak pulang kerumah karena selalu sibuk dengan pekerjaan nya. Aku tahu dia sedih, tetapi mengapa dia mengabaikan kami ? Tidak jauh berbeda dengan kakak ku Haruno Sasori,dia sangat tidak peduli terhadap kami,ah lebih tepatnya dia masih sedikit peduli terhadap Sahira, sedangkan terhadap ku Sasori sangat sinis. Aku tahu semenjak ibu ku meninggal,aku kekurangan kasih sayang. Jadi aku selalu berbuat onar saat memasuki dunia sekolah. Ayahku yang saat itu selalu sibuk bekerja tidak pernah datang ke sekolah jika guru meminta ku untuk mendatangkan kedua orang tua,jadi sebagai perwakilan Kakak ku yang akan datang. Aku dan Sasori berbeda 10 tahun. Sasori walaupun saat itu usia nya masih muda tetapi dia dipaksa untuk menjadi seorang yang dewasa.
Sejak saat itu, Sasori sering dipanggil ke sekolah ku karena aku selalu berbuat onar. Setiap hari aku pasti selalu di marahi,aku hanya bisa menangis saat itu, puncak nya suatu hari kata- kata nya begitu membuat ku sakit hati,mungkin karena dia lelah dengan tingkah ku.
" Aku sangat lelah dengan sikap mu Sakura. Kau selalu membuat ku kesulitan. Jika saja ibu masih ada...Jika saja ibu tidak meninggal karena mu...Aku... "Ucap Sasori keras
Aku terdiam mendengar ucapan nya,ah benar,ibuku meninggal karena diriku. Aku ingat saat itu kami sedang berbelanja di sebuah supermarket,saat keluar dari sana,aku dan Sahira membeli sebuah balon,saat itu balon yang dipegang oleh Sahira terbang. Aku yang melihat Sahira akan menangis dan tidak ingin ibuku khawatir,mengejar balon yang terbang itu. Ibu dan Sasori sedang memasukan belanjaan yang di beli tadi kedalam mobil.
Semua orang yang melihat aku sedang berlari dijalan raya berteriak karena ada sebuah truk yang akan menabrak ku, padahal saat itu aku sudah berhasil menangkap balon Sahira. Aku bisa mendengar ibu dan Sasori berteriak, tetapi kaki ku membeku dan setelah nya aku sama sekali tidak ingat karena saat itu ada seseorang yang mendorong tubuhku, sehingga aku terjatuh dan sedikit pusing. Yang aku ingat saat itu,aku melihat ibu ku bersimbah darah,kakak ku yang menangis dan Sahira yang menangis. Dan setelah kejadian itu semua hidupku berubah. Ibu yang meninggal,kakak laki-laki ku yang dingin,dan ayah ku yang tidak peduli terhadap keluarga nya.
Aku tidak menangis saat Sasori berbicara seperti itu,dan aku tahu dia merasa bersalah setelah nya. Aku menatap Sasori dengan dingin. Memang nya aku mau ada di posisi ini. Jika aku bisa memilih lebih baik aku saja yang mati dan bukan ibu ku.
" Aku minta maaf. " Ucapku membungkuk lebih dalam ke arah Sasori
Aku bisa melihat dia terkejut, dan aku tidak peduli. Aku langsung pergi dari hadapan nya menuju kamar ku,dan aku bisa melihat ada Sahira yang terdiam melihat ke arah ku dengan sedih. Selalu seperti itu,bahkan kembaran ku yang aku pikir akan selalu ada untuk ku nyatanya hanya menjadi seperti orang asing. Sahira akan selalu diam jika aku sedang dimarahi, padahal aku selalu membela nya jika itu terjadi pada nya dulu. Dia sangat pengecut. Aku membenci mereka semua.
*****
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LIFE
RomanceKehidupan seorang Haruno Sakura yang seperti Roller Coaster. " Keluarga,Cinta, Persahabatan semua nya itu bulshit." Sakura-Sasuke Obito-Sakura Naruto@Masashi Kishimoto