4

10 3 0
                                    

Ting!

Lift berhenti di lantai sembilan. Ketika aku melangkah keluar lift, aku melihat rekan-rekan satu ruangan menatapku dengan mata terbelalak. Beberapa di antaranya sedang sibuk mengacak-ngacak tumpukan berkas di mejaku, sementara ada pula yang sedang duduk di depan komputerku.

"Sambutannya! Mana sambutannya! Ajudan Pak Presiden udah minta berkali-kali," kata salah seorang rekanku.

"Pak Boris mana?" tanyaku sambil meminta mereka menjauh dari mejaku.

"Udah berangkat duluan ke lokasi. Dia abis diomelin tadi gara-gara lo. Ke mana aja, sih?"

Aku tidak menjawab. Sambil berusaha menenangkan diri, aku menggantikan mereka membongkar tumpukan berkas. Di mana? Aku ingat, draft itu sudah di-acc dan sudah ditandatangani, kusimpan dalam map merah dan kuletakkan di samping komputer, tapi tak juga ketemu.

"File mentahnya aja deh! Print ulang."

"Iya, iya, tenang. Emangnya di Sekretariat nggak ada yang pegang salinannya?" tanyaku, mencoba melempar bola.

"Nggak ada. Kan lo yang ngerjain semuanya."

Tentu saja, aku yang mengerjakan semuanya. Baru tahu rasa kalian.

Waktu terus berdetak, telepon berbunyi terus tapi tak ada yang berani mengangkat, kepanikan semakin meningkat. Hanya beberapa orang saja yang bisa terlihat santai dalam kondisi ini.

"Udah, tenang aja. Paling juga diundur lagi. Tahun lalu juga gitu," ujar seorang rekan yang duduk di pojok, sambil menyeruput secangkir kopi.

"Bukan soal diundur atau nggaknya. Kalau nggak segera dikirim, kita tetap kena omel."

"Mending ketik ulang aja daripada nyari ga ketemu. Lo masih inget kan isinya?"

Aku mengangguk. Sepertinya itu adalah ide yang paling masuk akal. Mungkin aku bisa menulis ulang dalam lima belas menit.

Yang terhormat, Bapak/Ibu Pimpinan Bangsa Alien beserta jajarannya

Yang terhormat Para Menteri, Panglima Tentara, dan ....

Tiba-tiba saja pikiranku menjadi kosong. Ingatanku terasa lumer menjadi satu. Sambutan ini bukanlah hal yang sederhana. Seharusnya. Kami telah puluhan kali seminar, diskusi, rapat, dan studi banding untuk merumuskan draft sambutan ini. Bagaimana mungkin aku dapat membuat yang baru hanya dalam lima belas menit?

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat sore. Salam sejahtera bagi kita semua. Om swastiastu .... Kami menyambut baik kedatangan Bapak/Ibu alien sekalian ... untuk membina kerja sama dan rasa persaudaraan antarplanet ... bahwa kita semua pada hakikatnya adalah satu, bersaudara, dan ... kerja sama antara Republik ini dengan ... dalam bidang ekonomi, budaya, dan sosial, serta tidak terlepas juga keamanan maupun politik ... pertukaran teknologi dan budaya .... semoga ke depannya dapat terjalin silaturahmi yang baik ... demikian, wa billahitauifiq wal hidayah, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Aku menjambak rambutku sendiri. Jelek sekali. Aku tidak bisa menulis kata sambutan dalam kondisi seperti ini.

Tiba-tiba saja aku teringat dengan film yang kutonton di bioskop tadi. Kecerdasan buatan! Aku segera membuka situs ChatGPT dan memintanya membuatkan naskah kata sambutan untuk seremoni penyambutan alien.

Prompt:

Hai, ChatGPT yang baik. Sebentar lagi kami akan menyambut kedatangan bangsa alien ke negara kami. Bapak Presiden akan memberikan kata sambutan di hadapan pimpinan bangsa alien tersebut. Tolong buatkan kata sambutannya. Gunakan gaya bahasa yang formal dan sopan ya. Thanks.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INVASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang