ʚTujuhɞ

13 4 0
                                    

𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐 ♡♡♡

Malam yang begitu sunyi menelan semua suara kendaraan yang lalu lalang. Seorang lelaki berjalan ditengah kegelapan malam tersebut dengan jacket hitam kulitnya yang membuatnya tampak berwibawa.

Angin mulai menunjukkan tanda-tanda memasuki musim gugur, yang mana artinya sebentar lagi -- kurang lebih 2 bulan lagi -- musim salju akan tiba.

"Sebentar lagi aku sampai, ada baiknya kau menghitung kembali uang itu jika tidak mau kepalamu meledak"nada beratnya di dalam telepon akan membuat siapa saja merinding.

Suara langkah kakinya menggemai seluruh lorong rumah terbengkalai itu. Sebuah tas hitam muncul entah dari mana kini berada dalam genggamannya.

"Anda sudah tiba lebih cepat rupanya"

Ia menunjukkan senyum ramah dan menempatkan tas hitamnya di atas meja. Pertukaran tas antara mereka berjalan begitu mulus.

"Ini... Kualitasnya dewa sekali~"ucap lelaki lainnya dengan tampang kagum. Ia tersenyum tipis sambil menghitung uang-uang dalam tas itu.

"Uangnya pas... Senang bertransaksi bersama mu"lelaki lainnya menjabat tangannya dengan kencang sambil tersenyum hingga matanya tak tampak.

"Terimakasih banyak atas waktunya~!"

Ia tersenyum. Matanya terbuka dan menatap lelaki di depannya tajam. "I remember i've told you to come alone~"

Lelaki di depannya tersenyum menyeringai hingga tiba-tiba ia menarik tangannya dan berusaha menendang perutnya. "Ya... I know~"

Tembakan demi tembakan meluncur dan bertarget pada dirinya. Ia berdecak kesal sambil terus menghindar dari setiap peluru yang melesat. "Anje*g kali Anda, tuan Hiran"

Lelaki yang dipanggil Hiran itu tersenyum sumringah dan mengambil tembakan yang baru saja ia beli. "Ayo kita lihat sebagus apa produk yang kamu ciptakan ini~"

Dor!

Jdar!!

Dor!!

Ia mengambil tas uang itu dan langsung berlari kabur tanpa membalas tembakan tembakan tersebut. Ia melarikan diri. Lelaki penjual senjata itu mengakui kelemahannya dalam berkelahi sehingga ia tidak membalasnya.

"Ack!!"

Satu tembakan berhasil menggores pelipisnya, ia langsung menghilang di tengah kegelapan malam sedangkan Hiran tidak berniat untuk mengejar lebih lagi.

"Boss.. perlukah kami mengejarnya??"

Ia terkekeh ala ala penjahat dan menggeleng lembut. "Biarkan dia kembali, kalau dia mati, senjata senjata ini tidak ada isinya"

♦♦♦

Ayam berkokok pagi-pagi sekali. Ke tujuh insan yang berjiwa // plak, yaiyalah berjiwahhh// mulai bangun dari hibernasinya.

"BANGUUUUNNN!!! BANGUUUUUNNNN!!!"teriakan menggelegar dari perempuan berambut coklat itu sukses menarik semua nyawa-nyawa mereka kembali tanpa bertele-tele.

"Berisik, Gem. Malu sama tetangga"ketus Halilintar yang menuruni tangga dengan wajah masam.

"Dih, ngerti malu Lo pada mangnya??"

"Iya tuh, Nee-chan. Jangan tereak melulu, kalau kita budeg gimana??"timpal Taufan mengikuti kakaknya dari belakang.

Gempa menatap mereka dengan tatapan mematikan. Sebuah panci Sop panas yang baru saja matang masih berada di tangannya, "Ku lempar panci tau rasa kau" yang dimaksud hanya terkekeh gugup sambil menangkupkan tangan diatas kepala.

Yang lain tidak ada yang berani berbicara dan duduk dengan tenang.

"Gempa Nee-chan... Gak ada ayam goyeng??"tanyanya dengan nada yang di imut imutkan. Sudah beberapa hari ini Gempa tidak memasakkan makanan kesukaannya.

"Gak, lagi males".

Wajar saja, baru beberapa hari yang lalu itu juga Gempa mendapatkan mens-nya. Tentu dengan nyeri haid yang sedemikian rupa, para wanita akan merasa malas melakukan hal hal yang berat. Contohnya, memarinasi ayam.

"Cih, tsumaranai Yo..."

"Yaudah gak usah makan!!"

Blaze terkekeh kecil dan menyendokkan sayur dan lauk pauk ke dalam piringnya. "Gomen gomen, aku gak maksud gitu kok"

Gempa menggelengkan kepalanya dan beralih fokus pada makanannya. Ia tidak memakannya dan seperti menunggu seseorang untuk datang.

"Nungguin siapa, Gem?"

"Gak ada kok"

Gempa menggelengkan kepalanya dan menyendokkan makanan ke dalam mulutnya. Tampaknya Gabriel tidak datang--lagi.

Selesai makan, mereka ingin kembali masuk ke dalam kamar. Namun, sebelum itu, Gempa sudah mencegahnya dan melemparkan alat-alat bebersih dan menyuruh mereka membersihkan rumah.

"YANG MASUK KE KAMAR, GAK DAPET JATAH MAKAN SELAMA 1 MINGGU!! kecuali Ice...! Lantai kotor, lengket. Meja meja mulai berdebu, lemari juga banyak sarang spider dan kotor tuh!! Lemari baju kalian berantakan, kamarnya berantakan, loteng banyak dedaunan kering akibat musim gugur. Rumput dah mulai panjang, kolam renang juga udah berlumut, banyak tanaman mulai bertunas lagi, sampah2 udah numpuk di depan tuh. SANA BERESIN!! aku mau duduk di depan, bye!!"

Yak, setelah pidato panjang lebar, ia langsung kabur dan duduk di luar sembari membawa alat jahitnya. Angin sejuk nan dingin mulai menggelitik tubuh dan membuat bulu kuduk berdiri. Ia merajut lebih tepatnya. Untuk persiapan pakaian di musim dingin. Untuk hadiah di bawah pohon natal.

"Ye... Dasar cewek. Btw, solar mana??"tanya Thorn yang mendapati adik kecilnya tidak berada di dalam kamarnya. "Pergi dia. Ke lab"

Yang lain menganggukan kepala paham dan mulai mengerjakan pekerjaan rumah. Pembagian tugasnya begini : Halilintar yang akan sapu & pel lantai 1 dan 2, serta jendela. Taufan bertugas untuk membereskan kamar dan lemari lemari saudaranya kecuali yang perempuan. Gempa, merajut di depan rumah. Blaze membereskan halaman belakang dan kolam bersama Thorn. Sedangkan Ice.... Membersihkan loteng rumah sendirian.

"Dasar lu pada. Kalian takut kan?! Yowaim.."

Mereka hanya mengedikkan baju tidak tahu dan melaksanakan tugasnya masing masing.

Gempa masih setia merajut. Sambil menunggu Gabriel.

"Hm...."

TBC..

HUWAAAA akhirnya update juga. Awalnya mau dihapus, tapi karna inget ini genrenya slice of life, jadi aku lanjutin aja dech.

VOTE, COMMENT AND SHARE!!!

The Elemental: Our Secret [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang