01

77 4 0
                                    

February 1980

Hujan turun bertambah deras, gaduh air yang mengalir ke atap terdengar menggerutu, suara gemuruh yang tak kunjung henti menggertak sebuah kaca.

Bersamaan dengan itu, teriakan seorang perempuan yang sedang berjuang untuk melahirkan hampir menyamai dengan suara petir diluar.

"Kumohon berjuanglah Maloryda." Rintih seorang pria yang sedang menggenggam tangan istrinya.

Sudah hampir setengah jam bayi nya belum juga keluar, Maloryda sudah sangat kelelahan namun ia akan terus bertahan demi melahirkan buah hatinya.

Disaat besarnya suara petir bergemuruh disitulah suara tangisan seorang bayi pecah, Maloryda tersenyum dan menangis melihat buah hatinya yang sedang dibersihkan oleh Healer.

Healer tersebut memberikan bayi nya pada pria itu, pria yang sekarang telah menjadi seorang ayah, ia tersenyum menghampiri istrinya, lalu mencium keningnya.

"Terimakasih." Maloryda mengangguk, keadaannya masih lemah akibat proses melahirkan secara sihir.

"Heaven right?" Ucap Maloryda.

"Tentu. Heaven Maloryda Selwyn." Jawabnya.

"Bukankah kau akan memberinya nama tengah ibumu?" Maloryda mengerutkan keningnya.

"I dont know, tiba-tiba saja aku ingin menggunakan namamu." Ucapnya.

"Mungkin agar dia mewarisi kecantikanmu."

Maloryda terkekeh, "Luke, berhenti menggodaku saat ini."

Luke tertawa sambil mengusap rambut sang istri yang sangat ia cintai, wanita cantik nan baik hati ini telah menambah kebahagiaan lainnya, yaitu Heaven.

•°•

Maret 1980

Suara tangisan bayi pecah saat dirinya keluar dari rahim sang ibu, namun tak ada suara kebahagiaan dari orang-orang disekitarnya.

Termasuk Pria bermarga Lestrange, tak sedikitpun tercetak raut bahagia dari wajahnya melihat sang istri melahirkan bayi, bayi yang bukan darah dagingnya sendiri.

Bellatrix begitu memuja Voldemort, ia rela melakukan apapun untuk menuruti perintah tuannya, termasuk melahirkan keturunan. Hal yang tidak Bellatrix lakukan pada suami SAH-nya.

Seorang healer berjalan ketakutan memberikan bayi itu pada Voldemort, ia tertawa melihat pewaris kecilnya telah lahir.

"Mattheo Thomas Riddle." Seperti bisikan namun dapat didengar oleh orang-orang yang berada di situ.

"Pewaris tahta suci kegelapan." Suaranya dapat membuat siapapun akan merinding mendengarnya.

Voldemort berbalik menghadap Rodholpus Lestrange, "Apakah kau tidak senang Rodholpus?" Suaranya pelan namun terdengar menyeramkan.

"Seharusnya kau bangga memiliki istri yang patuh pada tuannya. Kau akan selamat." Ucapnya dan membisikkan kalimat terakhir.

"Tidak My lord, tentu saja aku ikut bahagia." Jawab Rodholpus.

Voldemort tersenyum, "Para pengikutku, mari rayakan hari kebahagiaan ini." Suaranya lantang terdengar disetiap sudut rumah.

Para pelahap maut pergi meninggalkan ruangan untuk merayakan 'kebahagiaan' yang dimaksud tuannya.

𝗬𝗘𝗦 𝗠𝗬 𝗗𝗘𝗔𝗥, 𝗜 𝗟𝗜𝗘𝗗! [Mattheo Riddle] By janeedgarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang