REYNA

6 0 0
                                    

"Aku pulang!!"

Suara teriakan bergema memenuhi ruang tamu rumah bergaya eropa modern. Gadis berpakaian celana cargo hitam dan bomber kebesaran, serta kacamata yang bertengger sempurna dikedua mata, berjalan masuk seraya menarik koper hitam berisi peralatan dan kebutuhan hidup selama melaksanakan olimpiade kimia di jogjakarta. Otak dan tubuh terasa lelah karena harus bertempur dengan berbagai macam soal campuran senyawa dan masih banyak lagi.

"Hoy udah pulang lo." Sapa seorang laki laki berumuran 5 tahun diatas perempuan yang kini tengah membuka kulkas, mengambil sebotol minuman penyegar.

"Udah."

Cowo tampan, tubuh tinggi dan kekar berjalan ke arah kulkas untuk mengambil minuman serupa.
"Kok lo gak ngabarin gua Rey kalau lo mau pulang? gua kan bisa jemput lo." nada khawatir terdengar jelas.

"Ga perlu, gue bisa pulang sendiri." 

Senyuman jahil tercetak sempurna, cowok yang dikenal dengan nama Reyhan mencolek dagu cewe cantik adik semata wayang kebanggan keluarga Bramasta. Reyna melotot, memperlihatkan bendera perang sambil mengangkat tangan berniat memberikan pukulan extra di wajah tampan sang kaka.

Reyhan mengangkat kedua tangan pertanda menyerah, namun senyuman sialan tidak luput dari bibirnya "Hahaha gue tahu, lo pasti nunggu Darren jemput kan? padahal Darren lagi asik tuh ama temen temennya." Kompor Reyhan sengaja untuk membuat adik nya marah.

"Sabodo dia mau ngapain ga peduli gue" Kata Reyna sambil meremas botol sisa minuman penyegar. Suara keras terdengar ketika Reyna melempar kuat botol hasil remasan tangannya kedalam tempat sampah dekat kompor. "gue ke atas dulu, bye monyet"  Buru buru Reyna berlari meninggalkan saudara kandung tapi serasa saudara tiri didapur, sebelum badannya semakin remuk ditimpa babon besar karena berani mengatai dengan julukan yang paling kakanya benci.

Pintu kamar bertuliskan 'Dilarang Masuk Kecuali Pemilik kamar' terbuka menampilkan  ruang gelap, Reyna menyalakan lampu, terlihat jelas semua barang berada di posisi seperti terkahir kali ia meninggalkan kamar ini. Perempuan itu mengunci pintu, membuka sepatu covers putih dan mengantung bomber kebanggaannya. Ia melihat sekeliling, rasa hampa menyelimuti relung hati. Reyna menggeser jendela kaca yang menjadi pembatas antara kamar dengan balkon. Semilir angin malam membelai halus wajah perempuan itu. Satu persatu masalah mulai terlintas dipikiran, berputar seperti gabungan kepingan flim, padahal Reyna tidak pernah mengizinkan memori menyakitkan datang, namun semua hal memaksa masuk, menusuk batin Reyna tanpa henti.

"Lo kuat Rey, hidup lo baik baik aja, lo ga perlu orang lain. lo dan diri lo cukup untuk bertahan didunia ini." Rasa tenang kembali menyelimuti, Reyna bangga dengan dirinya bisa menahan segala bentuk benturan cobaan hidup.

drttt...drtt....drttt....

Getaran ponsel case hitam membuyarkan pikiran kalut, Reyna merogoh kantung celana untuk melihat siapa yang mengirimkan pesan.

Dareen Geraldy W (1 pesan)
lo udah sampai rumah?

Reyna memutar bola mata malas, ia kembali teringat perkataan kakanya mengenai Darren yang lupa jemput karena asik bermain dengan teman temannya. Tidak mendapat jawaban, satu pesan kembali masuk.

Darren Geraldy W (2 pesan)
Dir?
lo on tapi ga bales

Malas menanggapi pesan tersebut, Reyna menekan tombol off pada ponsel, melempar kekasur lalu berjalan kearah lemari pakaian mengambil handuk niat hati ingin membersihkan diri. Ponsel Reyna kembali berbunyi, bukan suara notifikasi pesan, kali ini suara nada dering telfon masuk. Reyna tahu siapa yang berani menghubungi nya dengan cara seperti itu. Namun tidak terganggu sama sekali, ia dengan santai beraktivitas tanpa memperdulikan ponsel hitam miliknya berbunyi terus menerus.

Dua puluh menit berlalu, Reyna memutar tuas shower mematikan guyuran air, melipat handuk dikepala, salah satu metode mengeringkan rambut dari jaman purba.
"Segarrnyaaa." Ucap Reyna sambil berjalan keluar dari kamar mandi.

"Enak ya abis mandi."  mendengar suara orang selain suara dirinya, sontak Reyna mencari asal suara. Dilihat seorang cowo tengah duduk diatas kasur sambil memegang remot tv, mencari siaran menarik untuk disaksikan.

"Lo ngapain si disini?!" pungkas Reyna sebal, amarah semakin bertengker diubun ubun kepala ketika melihat Darren malah asik mengajaknya untuk duduk. Jangan merasa aneh kenapa dia bisa tiba tiba ada dikamar, mahkluk setengah astral tersebut memiliki kunci cadangan, sekarang Reyna mulai menyesali kebodohannya memberikan kunci ganda kamar kepada Darren "gue cape, gua butuh istirahat, lo bisa pergi sekarang."

Darren sama sekali tidak menjawab, ia kembali asik mencari siaran sambil membuka salah satu ciki kesukaan mereka berdua. "lo buta ya, bed cover gua putih!!" Sebal dengan tingkah laku Darren, gadis blasteran itu berjalan ke arah kasur, mengusir cowo itu dengan menarik tangannya agar segera turun dari tempat tidur. Namun segenap kekuatan, Darren berhasil menarik Reyna kedalam pelukannya.

"Lo ga tau sekangen apa gue sama lo, tapi pas ketemu malah diusir, sakit hati gue." Drama kembali dimulai, bisa bisanya dia yang merasa tersakiti. "Wah sakit lo ya, harus nya gue yang sakit hati sialan!" Jitakan mendarat sempurna dikening Darren, merah merona menandakan bahwa kekuatan tangan Reyna setara dengan para kuli bangunan yang biasa mengangkat balok dalam jumlah banyak.

"Kenapa lo sakit hati?" Reyna menarik paksa tubuhnya dari pelukan Darren, lalu memukuli lengan temannya tanpa henti "Ampun dir ampun, maaf gua lupa jemput lo." nada sesal terdengar begitu meyakinkan, mau tidak mau Reyna berhenti melakukan aktivitas pukul memukul, padahal dalam hati belum puas karena Darren masih bisa cengengesan.

"Baru sekarang lo minta maaf, tadi kemana aja lo?!" Kata Reyna emosi "Kalau lo ga bisa, bilang ga bisa! gua nunggu lo hampir dua jam, sedangkan rumah lo ke bandara aja ga nyampe 30 menit!" Teriakan keras bebas menusuk telinga siapapun yang mendengar. 

"Maaf Dir, gue sibuk banget tadi, selama gue kemarin turnamen, ternyata banyak kerjaan yang terlantar, dan harus gue yang nyelesain, jadi tadi gue lama di sekolah." Suara lembut meluluhkan hati Reyna, amarah dan rasa sebal hilang lenyap begitu saja. Tarikan napas panjang membuat suasana menjadi terlihat lebih tenang "Lo harusnya bilang ke gue." Ucap Reyna ramah.

Cowok dihadapannya menunduk lalu mengangguk perlahan lucu, usapan lembut membelai halus rambut acak milik Darren "Maafin gue Dir, gue panik banget waktu lo ga angkat telfon gue." senyuman manis tercetak sempurna diwajah Reyna "gue bahkan mau langsung jemput lo waktu keinget kalau ada janji, tapi kaka lo kasih tau ke gue kalo ternyata lo udah pulang, mungkin dia bingung karena ngeliat adik kesayangannya pulang sendirian" Jelas Darren masih dengan posisi menunduk. Tidak memiliki niat untuk menatap mata abu abu milik perempuan paling ia sayangi.

Senyuman semakin mengembang, Reyna merasakan penyesalan yang begitu dalam, padahal menurutnya hal ini bukan masalah besar, buktinya ia bisa pulang dengan selamat sampai dirumah tanpa kekurangan satu apapun. "Udah jangan nunduk terus, pegel loh." Perlahan Darren mengangkat kepala, terlihat wajah cantik sedang menatap sendu wajahnya, selanjutnya Reyna melingkarkan tangan dileher Darren kemudian memeluknya erat.

"Maaf karena bikin lo merasa bersalah, gue cuma ga suka ada orang yang ingkar janji." Diarasakan anggukan kepala dan balasan perlukan erat. "Gue janji ga akan gini lagi." Ucap Darren yakin.

Masalah dan beban terasa berkurang, setidaknya Reyna memiliki rumah untuk pulang begitupun Darren. Keduanya sama sama bergantung dan menciptakan rumah sederhana yang hanya dapat dirasakan oleh mereka berdua. Walaupun tidak memiliki ikatan apapun selain persahabatan, keduanya berjanji untuk terus saling melindungi, menyayangi dan mendukung.

"Gue sayang lo, Dir. jangan pernah tinggalin gue." Reyna semakin mengeratkan pelukannya, ia merasa bahwa Darren sedang dalam kondisi yang kurang baik.

"Kalau lo sayang sama gua, besok jemput gue." terdengar tawa kencang menggelegar memenuhi kamar besar. Darren melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah Reyna "Siap tuan putri apapun yang lo mau akan gue turutin."

Lengsung pipi wajah Reyna menambah kecantikan perempuan itu menjadi berkali kali lipat, dan Darren tidak pernah bosan untuk berdecak kagum dengan mahkluk yang kini sedang tersenyum senang dihadapannya.

"Senang bekerjasama dengan anda tuan Geraldy."

✨✨✨

kayanya bakal ga jelas deh alur nya, sebodo dah ya gabutan doang

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang