***
matanya perlahan terbuka seiring tepukan kasar mengenai lengannya, tidurnya jadi sedikit terusik, dengan kesal, abi menepis tangan itu dan kembali melanjutkan tidurnya dengan posisi berubah yang memunggungi orangnya.
"bi, bangunnn!"
"kali ini aja biarin gue tidur nyenyak," sahut abi dengan serak, khas orang baru bangun tidur.
"sholat tahajud woy! buruu bi keburu pengawas datang!"
abi berdecak kasar, sumpah ia masih mengantuk, matanya bahkan berat hanya sekadar membukanya saja, kepalanya pening karena begadang dan tidak bisa tidur, dan sekarang ia harus bangun untuk melaksanakan sholat tahajud yang memang wajib di lakukan semua santri, memang hukumnya sunah, tetapi disini wajib melakukannya.
tepukan sekali lagi singgah di pantat abi, kali ini lebih kerasa keras yang membuat abi memejamkan matanya untuk menahan kesal. tangannya mengepal keras.
"bangsattt! huhuuu, lo siapa sih, sok kenal aja ngebangunin gue, sana pergi aja kalau mau sholat! gue ngantuk ngga sholat dulu," ucap abi dengan kesal yang tak tertahan, bahkan kata kasar harus terlontar karena kesal kepada seseorang santri itu, padahal abi tidak mengenal orang itu.
santri tadi bergeming diam, tidak. ia tidak sakit hati karena ucapan abi, ia hanya pasrah, orang-orang yang sudah mengambil wudhu untuk sholat, orang satu ini malah asik-asiknya bergelung dengan selimut, padahal yusuf sengaja menunggu abi supaya bareng-bareng ke masjidnya, tapi balasannya hanya penolakan.
"ngga sholat dulu?" tanya ulang yusuf. nyatanya ia memang setia menunggu abi sampai bangun.
"lagi mens," ngasalnya karena terlanjur kesal.
yusuf menaikkan sebelah alisnya, mens? lah emang ada lelaki yang menstruasi? pikiran yusuf semakin ke sana, menganggap abi gila juga, mana ada lelaki yang datang bulan, mens itu hanya untuk perempuan saja.
"yaudah lah kalau ngga mau sholat, siapa juga yang dapet pahalanya juga kan,"
yusuf yang akhirnya pasrah pun langsung saja bergegas ke masjid untuk sholat, lagipula untuk apa ia memaksa seseorang yang tidak mau, buang-buang waktunya saja.
abi bernapas lega karena santri itu sudah pergi, ia berbalik posisi jadi menyamping dan berniat memainkan ponselnya secara diam-diam, disini memang di perbolehkan membawa ponsel, tetapi hanya sekejap saja untuk keperluan, setelah itu ponselnya akan di kembalikan lagi di keamanan supaya tidak mengganggu aktivitas mengaji para santri.
abi memang sengaja, berpura-pura mengantuk dan mengusir orang itu agar ia bisa memainkan handphonenya untuk mengabari moza, sumpah, selama seminggu lebih ini abi merindukan suara moza yang lembut, ini memang salah, seharusnya hubungan keduanya harus putus karena berpacaran memang di larang dari agama islam, tapi abi juga manusia, yang masih selalu menjalankan larangan-larangan itu.
posisinya disini tidak ada seorang pun santri, makanya abi bisa bernapas lega, dan ini saatnya, abi bertemu moza dengan vidio call.
"mozaa, angkatt pliss," ujarnya dengan memelas, karena waktu menelepon mozanya tidak banyak, setelah ini abi harus mengaji dan melaksanakan sholat subuh.
tetap, dari layar menunjukkan bahwa moza tidak mengangkat telpon itu, tertera kata 'berdering' yang membuat abi semakin tidak sabar dan gemas sendiri karena telponnya tidak di angkat-angkat. pasti perempuan itu masih tidur, karena jam masih menunjukkan pukul 3 dini hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta kita berakhir di pesantren
Ficção Adolescenteini tentang cerita kedua manusia yang harus terpisah karena larangan kedua orangtuanya. abi. lelaki itu harus terpaksa meninggalkan kekasihnya untuk pesantren karena suruhan orangtuanya. rela tidak rela, abi harus rela karena ini tentang perintah y...