02. tanpa dia?

1 0 0
                                    

*****



"moza, lo gapapa?" tanya bilqis sebagai teman sahabat moza yang baik, bilqis khawatir ketika melihat temannya moza selalu murung belakangan ini. ia tau, semenjak mendengar kabar abi yang pindah dan pesantren, perempuan yang di kenal periang akhir-akhir ini selalu tampak tak bersemangat menjalani aktivitas. pasti ini berkat kekasihnya yang pergi.

perempuan itu hanya menyelupkan kepalanya di sela-sela tangannya. moza bosan karena hari ini ia tidak bisa lagi melihat wajah abi, tidak bisa merasakan lagi sikap abi yang manis, dan saat ini, hanya kenangannya dan abi yang ada, yang selalu terbayang di seputar memorinya. ia jadi rindu sosok abinya itu.

"yang sabar ya, nanti juga abi kesini lagi kok?"

moza berdecak, ia mengangkat kepalanya. "bullshit! yang ada, pulang-pulang dia udah bawa pasangan aja," ucapnya sedikit kesal, ia kesal juga sedih bercampur jadi satu. entahlah rasa apa ini.

bilqis tertawa. "ngga mungkin lah za, yang gue tau si abi itu setia, ngga mungkin sampe ngeduain lo disana,"

moza jadi badmood mendengar kata 'mendua'. tidak terbayang kalau abi bener-bener ngeduain moza, karena ia paling tidak suka cowok yang selingkuh. paling benci. kalau benar saja abi selingkuh, sudah di pastikan moza akan sangat membenci lelaki itu, tetapi sebuah fakta yang ia tau dan rasakan, abi kekasihnya itu sangat setia.

"au ah, badmood gue,"

"yaudah lah, yoo kita ke kantin aja," seru bilqis mengajak moza ke kantin supaya tidak badmood lagi.

moza yang malas hanya mendengus kala tangannya di tarik-tarik oleh bilqis supaya bangun, bukannya menolak, tetapi ia hanya malas saja keluar, apalagi kalau harus bertemu cakra. paling malas.

"lo aja sana, gue mau tidur aja, ngemimpiin abi lebih baik daripada harus ke kantin," ucapnya.

bilqis menghela napas gusar, sudahlah memang sifat moza seperti ini dari dulu, selalu malas bila ia mengajak ke kantin saat jamkos seperti ini. jadinya saat bel istirahat berdering, moza bukannya pergi ke kantin atau apa, ini malah bobo nyenyak di kelas yang mengakibatkan ia harus makan sendiri, karena moza hanya satu-satunya sahabat sejati bilqis, yang lain mah munafik semua.

"hm, setia amat lo, awas aja kalau disini lo setia, lah si abi disana pengkhianat,"

moza berdecak, sebisa mungkin ia tidak kesal mendengar penuturan teman laknatnya itu, sudah jelas-jelas abi akan selalu setia, meskipun ada jarak yang menjadi penghalang saat ini.

"nggak akan lah, abi kan setia bil, udah ah jangan aneh-aneh deh," moza berusaha meyakinkan hatinya, bahwa abi tidak sejahat itu untuk menjadi seorang pengkhianat yang menduakannya.

"dasar kaum bucinnnn, heh za, gue peringatin ya jangan bucinn-bucin amat lah, nanti di akhir lo malah kecewa sendiri."

emang bener si ucapan bilqis, moza akui dirinya emang se bucin itu pada abi, padahal hubungan mereka baru berjalan enam bulan, tapi karena moza cinta mati sama abi jadinya moza bucin.

"namanya juga cinta bil CINTA!"

bilqis berdengus kala temannya itu teriak tepat di telinganya yang mengakibatkan telinganya berdengung akibat suara toa dari moza.

cinta kita berakhir di pesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang