03| Nama untukmu

456 78 5
                                    

SELAMAT MEMBACA

Tera mengetahui bahwa ternyata wanita jadi-jadian yang masih setia duduk di seberangnya mengerti bahasa manusia.

Berbekal hati nurani yang melimpah ruah, akhirnya Tera memutuskan untuk menjaganya sebelum dikembalikan ke lautan, tapi dengan berbagai syarat.

Tera melarang wanita itu untuk menampakkan diri pada orang lain kecuali dirinya; jika butuh sesuatu harus mengatakan langsung padanya; dan tidak boleh keluar dari penginapan tanpa izin. Wanita tersebut pun tampaknya paham karena angguk-angguk kepala setiap kali Tera selesai menjelaskan.

"Ikuti aku."

Tera menuntun wanita tersebut untuk memasuki kamar yang bertepatan di sebelah kamarnya. Sesaat pintu dibuka, wanita itu segera lari dan mendorong pintu balkon sehingga angin berembus cukup kencang ke dalam. Tera terkesiap tatkala rambut perak dengan kilau ungu kebiruan wanita tersebut seolah ditabur partikel cahaya saat terpapar sinar matahari.

"Jangan seperti itu. Seseorang bisa melihatmu." Tera segera menariknya, menutup pintu balkon dan membiarkan wanita tersebut duduk tenang di tepi ranjang.

"Kamu tidak punya nama, kan?" tanya Tera.

Wanita tersebut angguk kepala.

Tera menatapnya lekat, cukup lama sampai wanita itu salah tingkah. Wajahnya yang pucat tampak bersemu, tapi Tera tidak menyadari hal tersebut.

"Bagaimana jika Lue?" usul Tera.

"Lue?" 

Jantung wanita yang sekarang bernama Lue itu berdesir. Mata birunya memercikkan cahaya ungu pudar yang indah sehingga pemuda berkulit tan yang berdiri di depannya tertegun.

"Kamu menyukainya, ya?"

Lue segera angguk-angguk kepala diiringi senyum lebar, tapi tidak lama suara perutnya berbunyi cukup keras hingga Tera berkedip dua kali sementara Lue sudah tunjukkan tatapan penuh harap. Seperti kucing yang hendak diberi ikan segar.

"Jadi... apa yang dimakan ubur-ubur?" pikir Tera sambil keluarkan ponsel. Meski daerah pelosok, pedesaan di pulau Theres ini sudah memiliki akses listrik dan penguat sinyal.

Tera mulai sibuk pada benda pipih di tangannya, berseluncur di internet untuk mencari makanan ubur-ubur dan ia mendapati bahwa makanan makhluk laut satu itu adalah plankton, telur planktonik, larva, ikan kecil, krustasea, dan invertebrata laut lainnya. Dia karnivora.

Bosan karena Tera memunggungi sambil fokus pada ponsel, hidung Lue mengerut keras karena menangkap aroma lezat dari luar jadi ia meninggalkan kamar dengan mengendap-endap seperti pencuri. Mata besarnya memercikkan kilauan ketika berjalan di koridor tanpa alas kaki dan mendapati seorang wanita paruh baya agak gemuk sibuk di dapur dengan banyak sayuran dan daging ikan segar.

Emma bersenandung kecil sambil mencuci sayur yang akan diolah. Sudah jam delapan pagi lewat lima belas menit dan ia harus menyiapkan sarapan untuk Tera sementara Nuas sibuk menyiram tanaman di pekarangan.

"Sekarang tinggal mencuci ika—hm? Kurasa tadi ada enam?" Pergerakan tangan Emma terhenti di atas ikan. Jelas sekali jumlahnya enam, tapi sekarang itu tinggal empat.

"Apa ada kucing, ya?" Dahi Emma berlipit dan hendak melihat di kolong meja dapur, tapi tiba-tiba Tera datang setengah berlari sambil julurkan kedua tangan ke depan.

TeraLue: Evanescent✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang