2[Pergi VS Tidak Pergi]

27 5 0
                                    

Warning typo bertebaran

_________________________________________

Ini adalah hari rabu. Hari dimana libur sekolah. Tujuannya adalah mempersiapkan diri, untuk berwisata ke gunung won besok. Chenle masih bimbang. Dua hari yang lalu, Haechan bertanya kepadanya. Apakah dia mau pergi atau tidak. Chenle tidak menjawab Haechan. Dia tidak memilih ya atau tidak, justru dia hanya diam.

Chenle bimbang, apakah dia harus memilih kasurnya, atau berkutat dengan barang-barang yang harus dipersiapkannya. Chenle suka gunung.

Tetapi Chenle juga suka tidur. Jadi yang mana harus dia pilih?

Tingg

Bunyi notifikasi telepon Chenle. Di layarnya tertera nama Haechan.

Notifikasi:

Haechan
Chenle kau ikut tidak?

Aku dan Jaemin akan membeli beberapa keperluan. Di toserba.

Kalau ikut balas. Supaya aku dan
Jaemin menjemputmu.

Dengan helaan napas, Chenle bangkit dari acara baring-baringnya. Dia pun membalas Haechan.

Chenle
Aku ikut.

Haechan
😘😘

Chenle bersiap-siap. Dia tadi sempat mandi, dan segera berpakaian. Mengenakan pewangi dan menyakukan dompetnya ke celananya, siap menunggu Haechan dan Jaemin.

.........

Di torseba, Haechan, Jaemin dan Chenle berpencar menuju tempat barang yang mereka butuhkan.

Sebenarnya Chenle tidak terlalu membutuhkan atau berniat membeli sesuatu. Tetapi ada baiknya jika dia menyiapkan hal-hal yang penting. Seperti baterai senter, obat-obatan, cemilan, meski Chenle tidak begitu menyukainya, dan lainnya.

Saat tiba di rak tisu, Chenle mencoba mengambil merk tisu yang sering dibelinya. Tetapi karena tisu itu diletakan dirak tertinggi Chenle jadi sulit menggapainya. Di tengah susah payahnya mengambil tisu, dia merasa tubuhnua dihimpit oleh seseorang.

Tubuh jakung dengan mengenakan setelan hitam, meraih benda yang ingin Chenle ambil. Kemudian memberikannya kepada Chenle tanpa suara.

"Terimakasih" Ucap Chenle dengan tulus, dengan tubuh yang mebungkuk 45°. Saat Chenle menegakan punggungnya, pemuda itu tidak berkata apa-apa. Tetapi saat Chenle melangkahkan kakinya, pemuda itu baru berbicara.

"Kau tau jika rak ini tinggi. Untuk apa kau mengambil tisu dirak tertinggi, jika sudah tau kalau tubuhmu pendek"
Ucapan pemuda itu yang menohok hatinya.

Chenle tersenyum canggung, dan segera mendorong troli yang berisi barang-barangnya itu, pergi secepat mungkin meninggalkan pemuda itu.

Chenle kesal. Chenle tau kalau dia pendek. Tapi Chenle tidak bisa menggunakan barang yang tidak biasa dia pakai. Sekalipun jenisnya sama yaitu tisu, dia tetap tidak bisa.

Kesan pertama yang Chenle lihat dari pemuda itu adalah tampan, wangi dan berwibawa. Tetapi ketika pemuda itu berbicara, kesan yang pertama kali Chenle lihat pada pemuda itu, malah hancur.

"Ada baiknya kalau pemuda itu diam saja. Mulutnya itu benar-benar menyebalkan" Runtuk Chenle.

.......

Jaemin, dan Haechan yang sedang mengemudi, sedari tadi bingung dengan Chenle. Pasalnya setelah keluar dari toserba tadi, Chenle mencak-mencak tidak jelas. Saat ditanya oleh Jaemin, Chenle meresponnya dengan raut wajah kesal.

Kenapa dengan anak ini? Bukannya tadi dia baik-baik saja?

Haechan dan Jaemin berhenti bertanya. Meski di dalam hati mereka ada rasa penasaran, dan tanda tanya besar. Tetapi sebaiknya jangan. Karena kalau anak ini sampai mengamuk, kuping mereka bisa sakit saking berisiknya.

..........

Chenle telah tiba dirumahnya sedari tadi. Dengan kesal dia membawa belanjaannya masuk ke dalam kamarnya. Meletakan belanjaan itu di meja kamarnya, Chenle pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya menjadi lebih nyaman.

Setelah mengganti pakaian, Chenle pergi ketempat tidurnya. Dia berusaha menetralkan emosinya dengan cara berbaring dan mencoba menutup matanya.


Tik tok tik tok
(Jam weker diatas nākas, samping tempat tidurnya)

1 menit telah berlalu, mata Chenle terbuka secara tiba-tiba. Dia segera mengambil posisi duduk. Tidak, tidak bisa. Dia tidak bisa menetralkan amarahnya. Dengan emosi, dia mengambil bantal kepalanya dan memukulnya sampai bulunya keluar. Chenle menggigit, berteriak, dan mecabik-cabik bantal itu saking kesalnya.

Dia masih tidak Terima dikatai pendek. Di keluarganya Chenle termasuk orang tertinggi ke-2 setelah ayahnya. Chenle itu tidak pendek, orang itu saja yang terlalu tinggi.

Meski dia minim akhlak begini, tapi dia tidak menghina fisik seseorang. Kenapa orang itu dengan gamblangnya malah mengatainya.

Dia pikir Chenle tidak sakit hati apa?

Bukan hanya bantal kepalanya yang menjadi korban, gulingnya, kasurnya, pakaiannya yang ada dilemarinya, habis menjadi tepat pelampiasannya. Kamarnya seperti seperti kapal pecah sekarang.

Lihat saja, jika dia bertemu kembali dengan orang itu, akan dia balas perbuatannya. Dia marah, membenci orang itu. Chenle kemudian tertidur akibat kelelahan, setelah aksinya melampiaskan emosinya tadi.





















.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



























To be continue

Okkey segini aja ya..
Otakku entah mengapa, mengeluarkan ide²nya nanti udah tengah malam begini..
Alhasil cerita di bab ini, selesainya sampai jam setengah 4 pagi😌
Yah mau gimana lagi.. 🥲
Sampai bertemu di chapter selanjutnya
Bye-bye🤗🤗

TAKDIR KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang