Ode To My Little Star

321 43 12
                                    

Aku mati, bukan?

Pasti, pasti aku sudah mati. Terakhir aku merasa dagingku robek dan panggulku remuk akibat tabrakan di jalanan natal. Sekarang sakitnya tidak ada lagi, dan tidak ada sakit yang sembuh secepat ini. Maka pasti aku sudah mati.

Aku berjalan keluar dari mobilku yang tinggal serpihan. Jalanan sepi dan orang-orang sudah menyingkir. Kesunyian membuatku mencari dimana lagu yang tadi memenuhi kota. Hingga akhirnya, sebuah cahaya datang pelan-pelan dari kejauhan. Mungkin saja malaikat, yang akan menjemputku untuk dibawa pergi. Aku tersenyum, bersalam padanya. Akan kuceritakan bahwa aku telah meninggalkan dunia yang penuh duka lara, sekaligus dunia dimana aku memiliki satu malaikat lain namun berjalan di tanah. Mengingatnya membuatku rindu, padahal aku baru pergi beberapa detik.

"Jung Wonbin?"
Cahaya itu berbicara padaku, namun suaranya justru menggema dari seluruh sudut langit.

"Ya, aku"

"Selamat natal untukmu"

Aku tersenyum. Kematian baru saja memberiku ucapan natal. Aku mengangguk senang karena belum ada yang mengucapkannya padaku di kehidupan.

"Kau meninggal amat muda, harusnya masih mendapatkan banyak hadiah natal di tahun-tahun berikutnya" Ujar Kematian padaku. Aku tidak tahu dia mempertimbangkanku.
"Maka dari itu, kau boleh memiliki beberapa hadiah natal terakhirmu di tempat ini"

"Sungguh? Terima kasih!" Aku memekik senang sampai menutup mulutku. Beruntungnya aku pergi di malam yang diberkati.
"Aku tidak menyangka akan mendapat hadiah dari Kematian" gumamku senang lantas menerima uluran tangannya. Ternyata rasanya hangat, mungkin karena jemariku yang sudah beku.

"Tidak, bahkan ini hadiah dari Kehidupan"

Tiba-tiba, berkas sinar itu menyeruak ke hadapanku, membuatku menutup mata karena teramat silau. Kukira aku terjatuh namun ternyata tidak. Begitu mata ini kubuka, tanganku sudah tidak digenggam siapapun. Dan aku berada dalam ruang dengan bau obat menusuk hidung. Jerit sakit seorang wanita membuatku kaget dan tersesat. Ada dimana aku?
 


"Tidak lama lagi Nyonya! Ambil nafas dalam-dalam ..."

"Aaarrgghhh... sakit sekali!!"

Aku terkesiap hingga mundur selangkah. Wanita berbanjiran peluh dalam usahanya melahirkan itu ternyata adalah ibuku; Mama. Rambutnya yang ikal terurai bebas dan dia tampak masih amat muda. Bahkan dalam raut kesakitan, dia tetap terlihat amat cantik.

"Sedikit lagi, Sayang. Aku yakin kau bisa"

Pria muda yang berlutut sembarang di lantai itu adalah Papa, menggenggam erat jemari Mama seolah memilih rasa sakit itu disalurkan saja padanya. Aku menutup mata, tidak tega melihat Mama sangat-sangat kesakitan hingga   berderai peluh dan air mata. Sampai akhirnya teriakan Mama kalah oleh pekikan kencang tangis seorang bayi. Satu ruangan menghela lega, bayinya sudah lahir.

"Laki-laki lagi Tuan Jung!"

Aku terdiam mendengarnya.
Selang beberapa menit, bayi merah berbalut kain itu diserahkan pada Papa yang tampak berkaca-kaca, tak jauh beda dari Mama yang baru saja melewati peperangan paling besar dalam hidupnya sebagai wanita. Tanpa sadar air mataku menetes, aku sangat bangga pada Mama. Aku mencintai Mama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ode To My Little StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang