bagian 44

132 21 0
                                    

Mobil jeep yang ditumpangi Taehyung dan Jungkook berhenti di pinggir pesisir pantai. Taehyung terkesima tatkala kaki yang masih berbalut sepatu converse putih lusuhnya bersentuhan dengan lembutnya pasir pantai, ia bisa rasakan butiran-butiran pasir yang merangsek masuk lewat celah-celah bolong sepatu. Bau air yang pahit dan asin segera masuk ke penghidu, Taehyung menarik napas dalam-dalam: sejenak merasakan sederhananya angin pantai menampar pipi, membuatnya seketika rindu dengan keluarga. Ayah, ibu, dan Taehyung selalu pergi berlibur di masa kanak-kanak Taehyung dengan destinasi yang beragam, dan pantai adalah tempat yang paling sering mereka kunjungi. Mengingat itu semua membuat sanubari Taehyung teriris, tertohok pada kenyataan bahwa ia tidak akan pernah bisa merasakan kehangatan dulu lagi.

"Temanku punya villa di pinggir pantai dan aku sudah meminjam darinya." Bunyi klik kecil diiringi dengan bebasnya kedua tangan mereka buat Taehyung menoleh. Jungkook tersenyum ke arahnya. "Kita akan bermalam di sini dan memikirkan rencana apa yang akan kita lakukan untuk membalaskan dendammu."

Jawaban Taehyung belum keluar sampai debur ombak menyusut, ia mengelus pergelangan tangannya yang memerah, diliriknya pergelangan tangan Jungkook juga yang ikut berwarna merah.

"Kenapa kau mau membantuku?" tanya Taehyung, kepalanya mendongak bersitatap dengan mata hitam Jungkook yang sampai detik ini tanpa niat alihkan pandang. Angin pantai lumayan kencang malam itu, memburai-burai rambut mereka yang sesekali menampar pipi tanpa timbulkan rasa sakit.

Kenapa Jungkook mau membantunya? Setelah berkali-kali Taehyung buat pria itu dalam bahaya, kenapa Jungkook masih mau datang padanya?

Tidak ada jawaban dari Jungkook, melainkan telapak tangan si pria Jeon yang secara impulsif menggenggam erat namun penuh kehati-hatian telapak tangannya. Rasanya kasar, telapak itu kasar seperti orang yang sudah melalui banyak hal, namun Taehyung masih bisa merasakan kehangatan yang menjalar dari kaitan itu sampai ke sanubarinya. Jungkook memperlakukannya begitu lembut. Mematri langkah tanpa sedikit pun niat lepaskan genggaman masuk ke dalam villa, dengan Taehyung yang sesekali menatap kaitan tangan mereka.

Taehyung didudukkan di atas bangku tengah ruangan, berdekatan dengan tungku api unggun yang padam. Jeon Jungkook melepaskan genggaman tangan untuk menyalakan api unggun, udara semakin dingin di musim ini, mereka sudah berkendara berjam-jam dan terus terkena angin. Api unggun bisa menghangatkan tubuh keduanya. Tidak perlu banyak usaha untuk api segera menari-nari di udara kosong, Jungkook sengaja biarkan minim penerangan yang hanya mengandalkan api unggun dan lampu kecil di sudut ruangan. Bayangan kepulan api lenggak-lenggok di dinding. Jungkook kembali di hadapan Taehyung.

"Buka bajumu," ucap Jungkook, sembari perlihatkan kotak obat serta gulungan perban yang ia dapat dari laci nakas.

Jaket dan kaos ia buka tanpa protes, Taehyung biarkan Jungkook persiapkan alat-alat obat sementara ia melihat figur pria itu dari samping. Side profil pria ini benar-benar sempurna: bagaimana rahang tajam dan hidung mancung itu sangat tampan membingkai wajah Jungkook, dan bayangan pria itu pada dinding seolah menunjukkan detil-detil kecil yang malah membuat figur itu kian sempurna.

Selama itu keheningan mencakup mereka, mengisi relung-relung sanubari dan menghangatkan hati. Tubuh bagian atas Taehyung dibiarkan terekspos, udara-udara dingin bergegas mengecupi kulitnya yang terdapat luka sana-sini. Pandangan Jungkook jatuh pada bekas luka bakar di pinggang Taehyung, bukan cuma itu, terdapat bercak-bercak tatto yang tersisa. Mengerti dengan apa yang dilihat si pria Jeon, Taehyung menjelaskan singkat: “Tatto yang ku dapat saat gabung organisasi,” katanya. Perlahan tangannya menutupi bekas luka bakar tersebut, sebelum Jungkook menghentikannya dengan menahan telapak Taehyung.

Dengan kehati-hatian penuh dan telaten, Jungkook membasuh luka bakar itu menggunakan kapas dan rivanol. Setelah itu ia menyabet perban dan melilit pinggang ramping Taehyung dengan perban tersebut, ia membalutnya  serapih mungkin. Lalu, entah untuk tujuan apa, Jungkook memajukan tubuh dan mengecup perban tepat di pinggang Taehyung. Si empunya tersentak, refleks meremas kedua pundak Jungkook. Mata mereka berserobok kemudian.

The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang