17

24 3 0
                                    

.
.
.
.
.
Riki menatap tajam Juan dari pintu kelas IPA

Juan yang melihat itu di sela sela waktunya bercanda dengan teman temannya beranjak dan menghampiri Riki di sana

"Tumben kesini? Cari apa?" tanya Juan jutek

Tanpa aba aba Riki langsung menarik kasar tangan Juan dan melangkah cepat menuju rooftop sekolah, sedangkan Juan hanya menurut dan tak memberontak

"Minimal ngomong lah, punya mulut kan? " protes Juan ketika sampai di rooftop

"Lo bilang apa ke Mbak Risa?"

Juan menyeringai "gimana katanya? Kamu pasti kasih alasan palsu lagi kan? Apa perlu aku, lapor lagi?"

PLAK!

Riki menampar keras pipi Juan di hadapannya "LO TAU KAN?! LO BUKAN SIAPA-SIAPA LAGI DI HIDUP GUE! GA PERLU URUSIN HIDUP GUE!"

"TAPI MBAK RISA NITIP KAMU KE AKU! AKU MASIH PUNYA TANGGUNG JAWAB KE KAMU RIKI!"

"Gue ga peduli! Biarin gue lakuin apa aja yang gue mau! Anggap aja lo ga kenal sama gue, apa susah nya?"

"Demi kebaikanmu ini Ki!"

"Gue ga mau jadi orang baik, cukup lo laporan ini itu ke mbak Risa! Gue bukan anak kecil lagi" timpakan Riki tak mau kalah lalu menambahkan

"URUSIN HIDUP LO SENDIRI YANG KAYAK ANAK KUCING BUTUH IBU NYA! NGACA JUAN! LO AJA MASIH KEKANAK KANAKAN!"

"AKU UDAH DEWASA KI!"

"Gue juga bukan anak kecil ya" Riki menjawab malas

"Tau gini aku ga izinin kamu keluar, ga kira ngebiarin kita berangkat ke sini. Belum sebulan kamu udah rusak" dari nada bicara Juan terdengar bahwa pemuda itu sangat kecewa pada sahabatnya

"Ga peduli. Apanya gue yang rusak? Juga bukan urusan lo kan?" Riki tiba-tiba mengambil ponsel Juan yang ada di saku seragamnya

"Jangan harap lo bisa ngelaporin ini semua ke Mbak Risa, BAHKAN GUE HARAP LO HILANG DARI SINI! " Riki melemparkan ponsel Juan keluar dari rooftop, benda pipih itu telah gugur dari ketinggian 4 lantai

Sedangkan Juan menatap nanar, sangat kecewa pada pemuda di hadapannya "Jahat kamu Ki!"

"Emang iya! Apa? Baru tau lo?! " Riki menghapus jarak antara dia dan Juan lalu menatap Juan lekat

"GUE PERINGATKAN, LO JANGAN GANGGU GUE LAGI! "

Setelahnya Riki membuang muka Juan dari hadapannya dan menendang dada pemuda yang lebih mungil lalu meninggalkannya dengan wajah tanpa bersalahnya

Mereka bukan teman lagi




.




"Ruangannya kamu di sebelah sini ya? " Tanya Dina yang diangguki Echa katika sampai di apartemen

Kemudian Dina mengambil tas plastik milik Echa dan melihat isinya "kamu kenapa beli ini? Ini buat siapa?"

Echa terdiam. Sungguh, dia baru Sadar jika ruangan yang Dina singgahi adalah ruang sewaan teman Risa. Bahkan yang ada di hadapannya juga teman kakak Riki sendiri

Pantas saja wanita ini mendekatinya

"Ya, Echa, Saya tau ceritanya Juan. Kamu beli ini buat apa? Ini buat aborsi kan?" tanya Dina sekali lagi

Kini Echa semakin bungkam, malah keringat dingin bercucuran di dahinya. Dia tidak menemukan celah untuk berdusta, semuanya telah jelas

"Echa, bukan saya mau menghakimi atau mengatur hidup kamu. Saya dititipin mbak nya Riki buat ngawasin Riki di sini sementara, dan saya tidak mau Nama Riki kotor karena mu"

Echa paham apa yang Dina maksud, dia memang bersalah

"Riki nggak tau kalau kamu hamil? Ini anak siapa? "

Bukannya menjawab pertanyaan Dina, Echa malah menangis "maafkan saya, saya cuma bisa menjadi parasit di hidup kak Riki"

"Echa, itu anak siapa dulu? Saya yakin itu bukan anak Riki. Kenapa kamu nggak minta tanggung jawab ke Ayahnya?"






.





"Echa! Gue pulang!" Riki membuka pintu ruangannya dan dia tidak menemukan Echa disana. Biasanya Echa langsung menyambut nya

"Echa, dimana lo Cha? " Riki meletakkan tas nya di ranjang lalu pergi ke kamar Echa

"Lo mau kemana lagi?"

Echa yang masih mengemasi barang barang nya menoleh, matanya terlihat sembap "biarin gue pergi"

"Pergi kemana lagi? Lo habis nangis kan Cha? Kenapa?" Riki menghampiri gadis itu lalu mengusap kedua pipinya yang basah

Echa terdiam, dia ingat dengan ucapan Dina tadi

"Lebih baik kamu mengasingkan diri daripada hidup bersama Riki. Kamu memang parasit"

"Gue parasit"

Riki mengernyit bingung "maksud lo? Lo selalu punya masalah tapi selalu dipendam. Cerita ke gue Cha"

"Gue ga bisa cerita" Echa kembali menangis lagi "ini rahasia gue"

"Lalu? Harus gitu lo pergi?"

Echa mengangguk "demi kebaikan Kak Riki"

"Menyangkut banget kah sama gue? Coba cerita dulu"

"Kehadiran gue cuma bisa ngehancurin hidup kak-"

"Ga ada yang bisa hancurin hidup gue selain takdir dari Tuhan. Gue Terima lo ala adanya Cha, jangan pergi"

"Kak Riki pasti kecewa lalu tau ini"

"Jangan bikin gye penasaran dan curiga sama lo, kembalikan barang barang lo ke tempatnya atau gue sendiri yang masukin lagi?" ancam Riki

"Gue ga izinin lo pergi kecuali sama gue"

Riki menatap Echa sendiri sekilas lalu meninggalkan gadis itu keluar kamar

"Ada yang mau gue bicarain nanti malem"












BERSAMBUNG

Na.yya☘︎

Buku Tanpa JudulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang