08

404 34 4
                                    

"Ugh, dimana ini..?" ucap arunika yang membuka matanya dan mendapati disekitarnya bermuansa putih

"Halo..?? Apakah ada orang??" ucapnya tak dijawab dan hanya terdengar suaranya yang menggema

"Hallo arunika.." sahut seseorang di belakangnya

Nika membalikan badannya lalu tertegun, di hadapannya kini seorang wanita berambut panjang dan ditutupi oleh sedikit cahaya, badannya yang wangi dan bersih tidak ada luka atau darah sedikitpun

"Kau..??" bingungnya sembari menebak

"Vara, ibu dari pemuda yang kau rawat saat ini" ucapnya

Deg.

"Vara!? Kamu ibu dari caine..??" tanyanya dengan nada terkejut

Vara yang mendengar kata 'caine' dari wanita di hadapannya tersenyum lirih, ia merindukan putra tunggal kesayangannya, walaupun dirinya bukan ibu yang baik untuk caine tapi dia tetap merawatnya sebagaimana ibu dan anak. Tanpa bantuan siapapun apalagi suami, ralat. Si iblis dengan tanda kutip 'Suami' nya juga 'Ayah' dari caine.

"Aku tidak akan berlama lama disini, aku hanya ingin berterimakasih padamu nika.. Terimakasih telah merawat anakku caine, maaf telah merepotkan mu akhir akhir ini.." ucapnya berterimakasih dengan lembut

Arunika yang mendengar hal itu tersenyum, ia menatap wanita yang notabe ibu dari caine ini dengan lamat

"Kembali kasih vara, tidak apa apa.. Caine sudah ku anggap sebagai anakku sendiri juga caine akhir akhir ini juga tidak merepotkanku apalagi menyusahkanku. Sifatnya menurun sepertimu vara, lembut, rendah hati serta penuh kasih.."

"Walaupun dia sering menyalahkan dirinya atas kejadian yang menimpa waktu itu.."

"Aku tau" vara memotong perkataan arunika

"Aku tau, Bahkan aku sangat tau nika.. Anakku saat malam hari ia melamun di balkon kamarnya sembari menatap bulan dengan tatapan kosong.. Aku tau ini akan terjadi padanya, aku juga tak ingin mengelaknya. Tapi nasi sudah menjadi bubur, sudah takdirku menjadi seperti ini demi dirinya.. Demi anakku caine"

"Saat kejadian itu, aku tak memikirkan apapun. Yang aku pikirkan hanya caine, caine, dan caine anakku.. Bahkan saat aku menerima kekerasan saat melawan pria bajingan itu. Yang aku pikirkan hanya kehidupan anakku kedepannya. Aku takut saat itu, takut bagaimana ia hidup bersama pria itu tanpaku.. Sudah tergambar di benakku kehidupan caine kedepannya tanpaku. Saat itu aku diberi dua pilihan, pertama aku dengan pria itu bercerai dan caine ikut dengannya dan yang kedua Dia dan selingkuhannya akan pergi mengawali hidup baru dan membawa caine. Aku kalut saat, lalu aku tak ada pilihan dengan keduanya.. Dan memilih aku melawannya hingga berakhir dengan tragis"

"Aku memang bukan ibu yang baik baginya, aku sering memperlihatkan kelakuan tidak dicontohku saat caine remaja hingga sekarang.. Aku sering merokok di hadapannya, sering meminum alkohol.. Tapi aku tak mengerti. Dia dengan mudahnya memaafkanku begitu saja.."

"Kau mendidiknya dengan bagus vara"

"Kau menanyakan kenapa caine bisa memaafkanmu dengam mudah? Itu karna kau mendidiknya dengan bagus, walaupun ia terlahir tanpa peran ayah dari mantan suamimu itu.. Tapi dia mendapatkan peran keduanya darimu, peran sebagai ayah dan sebagai ibu di dalam dirimu. Sepatutnya dirimu bangga akan hal itu vara.. Kau berhasil mendidik anakmu dengan baik, caine pun bangga mempunyai ibu sepertimu walaupun takdir kalian berbeda"

"Hmm.. Kau benar nika. Baiklah, waktuku sudah habis.. Aku izin pamit undur diri.. Jaga caine untukku ya"

"Pasti, akan aku jaga anakmu sebagaimana kau menjaganya vara. Beristirahatlah dengan tenang.."

ALONE..?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang