Selamat membaca!
.
.
.
.
.
Sebuah mobil melintas dengan cepat meski masih memperhatikan rambu-rambu lalu lintas. Di dalamnya terdapat Ye Mi sebagai sopir, serta Xiao Zhan yang duduk dengan khawatir di kursi penumpang. Berkali-kali dia menyuruh Ye Mi mengemudi dengan cepat agar sampai di tempat tujuan dalam waktu singkat. Namun, ketika mobil melaju di luar batas wajar, lelaki manis itu akan menodongkan pistol ke kepala Ye Mi sembari berteriak kencang, "Ingin mati bersamaku?! Jangan harap! Aku akan mengantarkanmu pada kematian terlebih dahulu!"
Jika sudah demikian, Ye Mi tidak tahu harus berbuat apa. Jika dibandingkan, dia lebih ingin berhadapan dengan seribu mafia daripada Xiao Zhan yang mengamuk tanpa kejelasan. Beruntung tempat yang dituju tidak seberapa jauh sehingga dia tidak perlu tersiksa lebih lama lagi. Tidak sulit juga untuk menemukan Xiao Sa yang sedang berjongkok sembari mencengkram kuat ujung baju Marco. Ye Mi tidak tahu kenapa dua orang itu bisa bersama. Yang jelas, ada api cemburu yang membakar habis rasionalitasnya. Tanpa mempedulikan Xiao Zhan yang masih sibuk mengatur langkah, dia segera melayangkan tinjuan di pipi Marco hingga lelaki itu tumbang seketika.
Xiao Sa menjerit tak karuan akibat terlalu terkejut, tetapi suara jeritan sama sekali tidak menghalangi Ye Mi dari tindakan mendaratkan pukulan bertubi-tubi di wajah Marco. Sementara Marco sendiri tertawa dan menangis dalam waktu yang bersamaan. Dia sama sekali tidak melawan, bahkan menghindar, hanya membiarkan Ye Mi menghancurkan wajahnya.
Pukulan Ye Mi baru berhenti ketika lelaki tampan itu merasakan panas yang turut menjalar di pipinya. Dia ditampar oleh Xiao Sa dengan tenaga yang tidak main-main, meninggalkan bekas kemerahan yang dilapisi oleh darah tipis-tipis. Selain itu, dia juga mendapatkan omelan berupa, "Apakah kamu berniat membunuh bawahanmu lagi?!"
Dengan berakhirnya kalimat tersebut, Xiao Sa menjatuhkan diri di atas tanah, memeluk lutut demi meredakan getaran yang berusaha mengambil alih kendali tubuh. Beberapa waktu setelah meninggalkan toko kue, dia tidak sengaja melihat Marco yang berjalan ke sebuah gang kecil dengan tergesa-gesa. Dia sempat memanggilnya, tetapi diabaikan. Alhasil, dia diam-diam mengikuti dari belakang. Ketika melihat Marco berhenti tepat di hadapan sosok yang terduduk, pandangan Xiao Sa segera tertuju pada sosok tersebut dan betapa terkejutnya dia melihat tubuh seseorang yang hancur. Dia tidak mengenali siapa orang itu jika Marco tidak menyebutkan nama "Jeff".
Ketakutan merajalela, Xiao Sa tidak dapat bergerak akibat diserang getaran yang mematikan. Namun, dia tidak bisa terus berada di sana ketika melihat Marco melangkah menuju ke jembatan, tampak seperti hendak akan melompat. Dia tidak bisa membiarkan seseorang yang dia kenal mati di hadapannya sehingga tanpa mempedulikan apa pun dia mulai melakukan tindak penyelamatan.
Xiao Sa tahu dari mana kemalangan tersebut tercipta. Jika bukan Ye Mi, siapa lagi? Dia juga tahu bahwa Jeff adalah dalang dari kesalahpahaman yang melanda hubungan mereka. Dia juga tahu bahwa lelaki itu adalah mantan kekasih Ye Mi. Meski pihak yang bersangkutan tidak pernah memberitahu, dia diam-diam mencuri dengar ketika beberapa pegawai tidak sengaja membahas. Dengan demikian, dia menjadi tahu akan segala hal, termasuk betapa bengis sosok yang dia kencani saat ini.
"Tidak! Jangan mendekat!" Xiao Sa terus menyeret langkah ke belakang ketika Ye Mi berusaha keras meraih tubuhnya. Keberanian yang sejak awal dipegang teguh, keberanian yang selalu diumbar kepada keluarga Wang jika dia bersedia hidup bersama mafia kejam, kini hilang satu demi satu entah ke mana.
Pada dasarnya, Xiao Sa tidak takut jika Ye Mi akan menyakiti dia. Yang dia takutkan adalah lelaki tampan itu tidak sengaja menyakiti bayinya. Seorang ibu akan menjadi siaga setiap kali bahaya mendekati sang anak sekalipun anak itu belum lahir.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GLOOM S.2 (YIZHAN)
FanfictionThe Gloom Season 2, jangan lupa mampir ke The Gloom Season 1 dulu. Tentang perjalanan hidup si kembar, Chen Yu dan Xiao Sa, dalam menggapai impian. Kebersamaan Chen Yu dan Xiao Sa harus terhalang oleh cita-cita. Keinginan untuk menjelajahi negeri or...