Indah?

28 4 2
                                    

Hujan, 1 kata yang mampu membuat Gracia bosan di kamar. Tetes air terdengar membentur atap rumahnya cukup keras, namun ya seperti biasa Gracia membaca buku favoritnya itu. Bulan yang diakhirnya ada kata "ber" suka di-artikan musim hujan, ya entah bagaimana bisa namun memang itu faktanya.

Tak hanya Gracia yang bosan di kamar membaca buku, namun ada 2 sejoli yang sepertinya berencana pergi ke danau setelah hujan berhenti.

"Ini kayaknya gabakal selesai deh, mending tidur aja yuk" Canda Arkan sambil melihat keluar jendela

"Apalaah, Hmm... Minum teh enak nih, kamu mau gak?" Tanya Shani

"Boleh deh, teh manis yak" Ucap Arkan

Lalu Shani pergi ke dapur untuk membuat 2 cangkir teh manis hangat untuk dia dan suaminya, namun entah dia yang salah hitung cangkir teh manis hangat nya ada 3 padahal Shani yakin hanya menyajikan 2 cangkir.

Teh manis hangat tersaji di meja ruang tamu dan diminum oleh Shani, mengapa Arkan tidak meminum teh itu? Entah Shani sedang bermimpi atau bagaimana namun memang sedari tadi Arkan sudah pergi kerja dan diluar kering tidak ada hujan sama sekali, Kejadian hari ini cukup membuat Shani terkejut hebat dengan kejadian yang telah dia alami sebelummya.

"Shan, bangun Shan katanya mau ke danau" Lirih Arkan membangunkan Shani yang tergeletak di lantai dapur.

"Loh, Arkan? Tadi bukannya kam-" Ucap Shani terpotong

"Dari tadi aku disini" Ucap Arkan kebingungan dengan apa yang mau diucapkan oleh Shani

Lalu Shani tersenyum tipis dan akhirnya mereka berdua pun pergi ke danau.

Sore hari membuat suasana jauh lebih romantis, apalagi buat Shani dan Arkan saat ini. Danau dan pohon menghiasi tempat mereka bersantai, satu pohon besar tak berdaun ditengah tengah danau.

"Itu pohon apaan deh? Harusnya kalo ada daunnya lebih bagus" Ucap Shani

"Eit, siapa bilang kalo gak ada daunnya lebih bagus?" Ucap Arkan lalu dia memberikan sebatang ranting ke Shani

"Ini bentuk sayangku ke kamu" Lanjutnya

Matahari terbenam dan kunang kunang berdatangan, lalu pohon besar ditengah danau yang tadinya tak berdaun sekarang dihiasi oleh kunang kunang yang indah dan tak lupa ranting yang dipegang oleh Shani pun bercahaya.

Untuk beberapa saat mereka berdua pun menikmati keindahan alam yang ada di depannya, Arkan menatap istrinya itu yang sedang mengagumi indahnya alam saat itu.

"Aku tidak membutuhkan langit atau bintang. Aku tidak butuh emas atau kekayaan. Aku mendapatkan semua yang kuinginkan pada hari ketika aku bertemu denganmu. Karena aku mendapatkan tangan untuk digenggam, hati yang baik, dan seseorang yang menemaniku di sisiku selama sisa hidupku. Kamu adalah hatiku, kamu adalah segalanya bagiku." Batin Arkan

"Lucu banget deh" Ucap Gracia

Yap seperti biasanya, Gracia menidurkan dirinya di kasur dan membaca buku favoritnya itu. Saat melihat kedua karakter utamanya di buku itu Gracia selalu saja berfikir

"Kapan ya aku kaya mereka?" Ucap Gracia

"Gausah ngarep deh" Ucap Anin

"Berisik ajaa!" Kesal Gracia

Anin menginap di rumah Gracia dikarenakan kedua orang tuanya pergi berlibur ke luar negeri namun Anin tidak bisa karna beralasan banyak tugas sekolah, padahal dia hanya malas untuk packing dan lain lain.

"Nin, gimana cowok yang waktu itu lu diajak makan bareng?" Tanya Gracia

"Dia lagi dirumahnya kali, lagian ngapain lu nanyain dia? kalo suka mah bilang" Ucap Anin dan sedikit bercanda

"Elah nanya doang dikira suka" Ucap Gracia


























"Gua dapet kertas ini dari dalem rumahnya" Ucap seorang pria yang sering bernama Kenzo dan dia memberikan selembar kertas ke seorang pria misterius yang menggunakan jubah hitam

"Ini aja yang lu dapet?" Ucap pria berjubah itu

Lalu Kenzo mengangguk dan membakar 1 puntung rokok yang disimpan di dalam saku mantel hitamnya itu.

"Bodoh" Lanjut pria berjubah

"Gua susah susah nyari ginian demi lu, dan lu ngatain gua bodoh?" Kesal Kenzo

Pertengkaran kedua pria terjadi saat Kenzo mengeluarkan pistol dan menodong pria berjubah yang sedang tertawa di hadapannya itu.

"Jadi gini cara maen lu? Lemah" Ucap si pria berjubah meremehkan Ken yang membuatnya makin kesal dan menembak si pria berjubah namun meleset

"TAKUT KAN LU!!" Teriak Kenzo

Pria berjubah ini cukup cerdik dalam melakukan suatu hal, contohnya ketika pria berjubah ini melihat sebuah tong berisi minyak mentah dibelakang Kenzo dia langsung melempar batu ke arah kaki Kenzo yang membuat Kenzo terjatuh dan puntung rokok yang ada di mulutnya terlempar ke dalam tong minyak itu.

WUSHH!!!

Api merah menyala dan membakar seluruh tubuh Kenzo hingga membuat tubuhnya tidak dapat disebut sebagai manusia lagi, lalu batu yang dilempar oleh pria berjubah itu pun diambil kembali agar menghilangkan jejak.

Sinar mentari menyilaukan pandangan Gracia, suara ricuh dan sirine polisi terdengar dari sebelah rumahnya. Saat Gracia keluar dari kamar dan menuruni anak tangga, suasana rumah saat itu sedang ramai dan seluruh keluarga serta pembantu disana mempertanyakan apa yang sedang terjadi.

"Lah? Ini doang?" Heran Gracia

Itulah kata kata yang keluar dari mulut Gracia, dan anehnya Gracia tidak merasa terkejut atau apapun ketika melihat sebuah mayat yang sudah tidak bisa lagi disebut seorang manusia.













































































Hai , mungkin chapter ini radak absurd dan tidak bisa dipikirkan oleh manusia biasa 😅

812 words

Cintai Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang