--- 002 ; Smell Like Alcohol

197 40 4
                                    

︵‿︵‿︵‿︵

═════ °❀•°✮°•❀°═════

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

═════ °❀•°✮°•❀°═════

"Namaku Helena, salam kenal." Perempuan bersurai merah itu mengulurkan tangan, mengajak [Name] berkenalan.

Helena merupakan rekan satu kelompok dengan [Name], sebenarnya sejak tadi masing-masing telah mengenalkan diri sebelum latihan dimulai, hanya saja kali ini Helena berbicara dengan [Name] hanya berdua.

"[Name]. Namaku [Name]." Balas [Name] ramah dan menjabat tangan Helena.

Wanita yang sedikit lebih tinggi dari [Name] itu mengulas senyum, lantas menepuk bahu, [Name].

"Tarianmu begitu indah, [Name]."

[Name] tersenyum kikuk karena dia tahu Helena lebih profesional dan terkenal dibandingkan dirinya. Wanita itu memang sudah terkenal sejak dulu.

"Ah iya... terimakasih Helena."

Helena kembali tersenyum, dia membalikkan badan menuju pintu keluar. "Kita usahakan yang terbaik untuk nanti malam ya."

══════════════════════════

Jantung [Name] berdegup kencang. Namun, dia percaya diri karena telah berlatih keras selama bertahun-tahun.

Pintu megah dan besar itu terbuka, diiringi alunan musik yang sesuai.

Kaki telanjangnya menapak pada lantai pualam yang dingin. Akhirnya bagian ini tiba.

[Name] menari dengan sangat anggun dan bebas, bagaikan burung yang bisa bebas terbang kemanapun dia mau. Tariannya begitu memukau, mengambil atensi seluruh tamu undangan yang ada di dalam aula megah tersebut.

Badan rampingnya melenting bergerak lincah dan indah, tangannya lentik diiringi dengan surainya yang bergoyang sesuai dengan irama lagu.

[Name] fokus pada tariannya dan mengikuti alunan musik, tetapi sesekali dia melihat sekelilingnya. Dia menyadari bahwa singgasana yang ddiominasi oleh warna emas dan merah marun yang ada di aula tersebut kosong, yakni tempat dimana Raja Menara duduk.

Yang Mulia Raja tidak ada disini.

Tetapi [Name] bersyukur dengan hal itu, karena dia segan jika harus bertemu dengan Panglima Shinsu, petarung terpuji di seluruh Lantai Menara atau lebih dikenal dengan sebutan Raja Menara.

"Aw!"

Di tengah-tengah tariannya, [Name] mengaduh pelan. Namun, dia tetap harus profesional, menghiraukan rasa sakit yang menjalar di kakinya.

"Aw!"

Dua kali, kali ini dia merasa kakinya diinjak dengan sengaja. [Name] melirik sekilas, dan menyadari Helena menatapnya dengan tersenyum licik.

𝐈 𝐑 𝐈 𝐒 ; 𝘵𝘰𝘸𝘦𝘳 𝘰𝘧 𝘨𝘰𝘥 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang