Chapter 2

26 3 2
                                    

Pagi ini tepatnya pukul 6 pagi, aku tengah sibuk bergulat dengan alat-alat dapur dirumahku. Ya, benar apa yang kalian pikirkan, aku dan Riyan sudah tidak memiliki ibu dan sekarang akulah yang menjadi tulang punggung sekaligus ibu rumah tangga untuk membiaya dan merawat Riyan sampai bocah itu masuk perguruan tinggi.

Ibuku meninggal karena gagal jantung pada tahun 2018, tepat 6 tahun lalu di hari ulangtahunku. Di saat orang lain merayakan hari jadinya karena bertambah usia namun aku malah tengah melangsungkan pemakaman pilu ibuku. Sedangkan ayahku entah kebaradaanya dimana, setelah ibuku meninggal pria tua itu meminta restu untuk menikah lagi, tentu saja aku tidak setuju! Namun sepertinya dari awal jawabanku bukan hal yang penting.

Sekarang di meja makan sudah tersedia nasi dan berbagai lauk untuk aku dan Riyan sarapan, bocah tengik itu hari ini tengah melangsungkan ujian akhir semester jadi harus makan banyak agar bertenaga, itu sih yang di katakan mendiang ibuku dulu.

"Riyan, cepet sarapan Gua udah selesai masak nih."

Riyan yang memang sudah siap dengan seragam sekolahnya punmenghampiriku dengan perlahan. "Hm- iya kak.oiya hari ini Rahingga mau numpang sarapan ya kak. Soalnya dia habis nginep di bengkelnya jadi dari sana udah pake baju sekolah, terus berangkat bareng gua." kata Riyan sembari mengambil beberapa lauk yang tersaji.

Entah kenapa mendengar nama Rahingga saja sudah membuat jantungku berdetak tidak karuan, memang sedasyat itu efek kehadiran Rahingga dihidupku.

Aku yang berusaha cuek pun hanya menjawab dengan deheman semata, tidak berlangsung lama Suara ketukan pintu membuat Riyan ngacir ke depan untuk membukakan pintu. Tamu itu jelas Rahingga.

Aku menoleh ke arah Rahingga, saat langkah kaki keduanya memasuki ruang makan, sejenak aku terpesona dengan raut wajah Rahingga yang terlihat lemah dan rambut yang sedikit berantakan.

Saat aku tengah fokus memperhatikan, suara Riyan berhasil membuyarkan lalumananku. "ini Rahingga mau sarapan bareng."

Aku mengangguk mengiyakan."makan aja, kebetulan masak banyak. Jangan sungkan ya. Bantu Riyan habisin."

Rahingga tersenyum tipis, sangat tipis hampir tidak terlihat. Namun karena aku yang sudah sangat memperhatikan Rahingga jadi momen seperti itu berhasil aku dapatkan. Jujur saja hanya senyuman tipis sudah membuatku kelimpungan.

Astaga! Apa aku sudah tidak waras.

"Ya kak. Makasih banyak, maaf saya ngerepotin." ujar Rahingga dengan suara serak khas bangun tidur.

Aku yang sudah tidak kuat berlama-lama menghadapi Rahingga hanya terdiam kaku, sedikit berharap dua bocah ini segera pergi untuk berangkat sekolah. Mengingat jam sudah menunjukan pukul setengah 7 pagi.

Saat sudah menyelesaikan sesi sarapan bersama, ah! mengingat Rahingga makan masakan buatanku dengan lahap sedikit membuat kupu-kupu di perut ini berterbangan. Aku merasa bangga, bisa masak dengan lezat.

Bukan menyombongkan diri, omonganku ini fakta buktinya Riyan terus-terusan memuji hidangan buatanku.

Di depan pintu rumah, Aku melihat Rahingga dan Riyan menaiki motor sport miliknya masing-masing, mereka berdua siap melajukan kendaraannya menuju sekolah.

"Kak! Gua berangkat ya. Bye" seru Riyan berpamitan. Dengan perlahan kendaraan yang Riyan gunakan melaju lebih dulu meninggalkan Rahingga di belakangnya.

Dari yang aku lihat Rahingga tengah menatapku dalam diam, entah aku yang terlalu percaya diri atau memang bocah itu tengah memperhatikanku.

Tidak lama kemudian Tangan Kanan Rahingga perlahan terangkat, dan melambai seolah mengatakan bye aku pergi dulu.

oh shit!

Aku menahan kedutan di pipi chubyku, yang sebentar lagi ingin tersenyum. Dan aku rasa wajahku sekarang sudah memerah seperti kepiting rebus.

Huh!

*-*-*-*-*

SPAM NEXT DISINI💥



WILLOW!  [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang