Spanduk besar yang bertuliskan 'Selamat datang siswa dan siswi baru tahun ajaran 2030/2031' terpampang dengan jelas di gerbang depan Madrasah Aliyah 1 Nusa. Suasana benar-benar sangat ramai, murid-murid terus berdatangan sedari tadi, bahkan jalanan penuh dengan kendaraan yang berlalu-lalang, apalagi hari ini adalah Senin.
"Selamat datang siswa baru!" ucap pria paruh baya dengan seragam hitamnya berdiri di depan gerbang sekolah, sembari tersenyum hangat menyambut siswa dan siswi baru.
Siswa berkacamata membalas senyuman satpam, kemudian ia menangkupkan kedua tangannya di depan depan dada dengan sedikit membungkuk di hadapan satpam yang baru saja menyapanya. Ini adalah hari pertama masa putih abu akan dimulai, ia mengamati sekelilingnya, mencari seseorang yang berjanji akan menemuinya di depan gerbang sekolah.
Sepuluh menit berlalu, tetapi orang yang dicarinya tidak kunjung datang, padahal waktu upacara akan dimulai dalam sepuluh menit lagi, berulang kali ia menghela nafas panjang, dan melihat jarum jam tangan yang terus gerak memutar, hingga waktu tersisa lima menit lagi, ia memutuskan berjalan ke lapangan sekolah.
"Hamzah!"
Hamzah berbalik badan dan membenarkan kacamatanya, laki-laki dengan tinggi hampir mencapai 175cm itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada, sambil menatap sinis ke arah orang yang saat ini tergesa-gesa berlari kearahnya.
"Gue telat bangun! Hehehe" -Yusuf, teman karib sekaligus tetangga Hamzah.
Hamzah melihat Yusuf dari atas hingga bawah, temannya itu sungguh terlihat seperti orang yang tidak waras, rambut acak-acakan, seragam tidak rapi dan kusut, belum lagi dasi yang malah dipasang di kepala bukan di kerah baju, Hamzah menghela nafas panjang, sedangkan Yusuf hanya cengar-cengir tidak jelas.
"Silakan langsung berbaris ke lapangan ya, Nak! Sebentar lagi upacara akan segara dimulai" ucap wanita dengan seragam cokelat dan balutan hijab panjang sambil tersenyum lebar.
Hamzah kembali menangkupkan kedua tangannya di depan dan dada lalu sedikit membungkuk dan tersenyum, sementara Yusuf celingak-celingkuk melihat gedung sekolah dihadapannya.
Lalu Yusuf melihat nametag yang terpasang di hijab wanita itu bertuliskan, Yiyin. "Buk Yiyin, kenapa warna gedungnya ijo semua? Biar bisa jadi greenscreen ya?" tanya Yusuf dengan santai sambil menatap guru tersebut menunggu jawaban.
"Karena madrasah itu identik dengan warna hijau, jadi warna gedungnya hijau, dan juga warna hijau itu nyaman dan bikin tenang kan?" jawab Buk Yiyin dengan lembut, Yusuf mengangguk merespon.
"Ini kan baru hari pertama sekolah, rapikan seragammu, itu dasinya dipake di baju, bukan di kepala. Jangan sampai namamu langsung ditandai guru BK" ucap Buk Yiyin tegas.
"Siap Buk! Maaf!" Yusuf memberi sikap hormat dan langsung merapikan seragamnya.
★★★
Udara pagi yang segar dan awan mendung yang menyejukkan menemani kegiatan upacara yang sebentar lagi akan dilaksanakan, siswa siswi baru sudah berbaris dengan rapi bahkan guru, staff, dan tata usaha juga sudah bersiap.
Seorang pria paruh baya berjalan menuju podium dengan pelan, Yusuf menyipitkan matanya penasaran dengan tulisan di nametag pria itu yang kini hendak naik ke atas podium.
"Pak Gunawan"
Yusuf menoleh ke samping dengan ekspresi kesal, padahal ia ingin lebih dulu mengetahui nama pria tersebut, namun Hamzah malah mendahuluinya.
Sedetik kemudian Yusuf terkekeh. "Gunawan, gundul menawan hehehe"
"Cek" Pak Gunawan mengetes mikrofon bersiap memulai pidato.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat pagi para guru, staf, dan tata usaha, serta anak-anak murid yang bapak banggakan, semoga semua dalam keadaan sehat wal'afiat dan selalu dalam lindungan Allah subhanahu wa ta'ala. Pada pagi hari ini tidak banyak yang akan bapak sampaikan-"
Satu jam kemudian
"Ya Allah, akhirnya selesai juga! Tidak banyak yang akan bapak sampaikan tapi sampe satu jam! Pegel banget kaki gue!" Yusuf terus menggerutu sepanjang koridor lantai dua, sedangkan Hamzah hanya diam dan fokus mencari kelas mereka.
Kelas X IPS 1
Hamzah tersenyum tipis setelah membaca papan kecil di pintu kelas, ia telah menemukan kelasnya. Yusuf yang sudah tidak sabar untuk duduk berjalan masuk mendahului Hamzah dan segera duduk di bangku paling belakang dekat dinding, itu adalah tempat terbaik baginya, tidak lupa Hamzah yang juga duduk di sampingnya.
"Pegel banget woi, rasanya mau tiduran" Yusuf meregangkan otot-otot kaki dan tangannya, lalu ia memegang lengan Hamzah dan tersenyum lebar.
"Ham, kelas kita banyak cewek! Lo liat tu, cowoknya kayaknya paling cuma ada sepuluh termasuk kita. Nikmat mana yang engkau dustakan, Ham?" Yusuf tersenyum tengil sambil menaik-naikkan alisnya.
"Kebiasaan kamu, istighfar" Hamzah acuh dan tidak peduli apa yang temannya itu ucapkan, ia lebih memilih membaca buku yang dibawanya sambil menunggu guru datang.
★★★
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, perkenalkan nama Bapak Farid, umur Bapak 25 tahun dan belum menikah, Bapak mulai sekarang akan menjadi wali kelas kalian, Bapak minta tolong kerjasamanya ya. Sekarang bapak akan tuliskan alamat dan nomor ponsel Bapak" Guru muda berwajah tegas itu fokus menulis di papan tulis.
Bruk
Hamzah dan Yusuf tersentak lalu menoleh kebelakang, mereka mendapati seorang gadis berhijab tersenyum dengan posisi berjongkok di belakang mereka, gadis itu memposisikan jari telunjuknya di depan bibir memberi isyarat untuk dua laki-laki di depannya agar tetap diam.
"Kamu siapa?" tanya Hamzah dengan raut wajah bingung, sedangkan Yusuf hanya melongo.
"Zahra"
Gadis itu tersenyum lebar menatap wajah laki-laki di depannya yang memperlihatkan ekspresi terlihat agak, lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAMZAH
Spiritual"Kamu tau apa yang lebih susah dari matematika?" "Apa?" "Istiqomah" *** Hamzah, adalah pemuda biasa namun banyak dikagumi oleh teman sebayanya. Mereka menganggapnya 'sempurna' tidak ada kecacatan yang nampak dalam dirinya, dengan penampilan yang sed...