"Assalamualaikum, Hamzah!"
Yusuf memencet bel rumah Hamzah berulang kali sambil menggosokkan kedua telapak tangannya di kedua leher, udara pagi memang begitu sangat dingin, ia menghembuskan nafas panjang berkali-kali.
"Hamzah!" Yusuf kembali berteriak, namun tak ada respon, ia benar-benar menggigil sekarang.
Ceklek
Pintu rumah terbuka, Hamzah keluar dengan balutan jaket yang ia pakai, serta membawa satu jaket lainnya.
"Waalaikumussalam, maaf lama, nih—" Hamzah memberikan satu jaketnya pada Yusuf, ia tahu udara pagi hari ini sangat sejuk karena semalaman hujan deras.
"Makasih! Lo perhatian banget sama gue. Entar kalo lo udah punya istri, jangan lupain gue yah. Pagi ini lebih dingin berkali-kali lipat kayak di Kutub Selatan!" Yusuf berceloteh sambil memakai jaket yang dipinjamkan.
"Ayo berangkat"
Dua laki-laki itu berjalan ke sekolah seperti pagi-pagi sebelumnya, setiap hari.
"Buk.." Hamzah dan Yusuf menyapa tetangganya yang sedang menyapu teras rumah, entah sudah berapa orang yang mereka sapa, itulah kebiasaan mereka.
"Hamzah! Yusuf!"
Mereka berdua menoleh saat Zahra berteriak memanggil sambil melambai-lambaikan tangan, perempuan itu berlari menyusul.
"Hahahaha! Lucu banget lo pake jaket itu!"
Corak bunga besar dan warna yang mencolok di jaket Zahra membuat Yusuf tertawa terbahak-bahak. Terlebih lagi, gadis itu terlihat imut karena tubuh dan wajahnya hampir tenggelam sebab jaket yang dipakainya berukuran besar dan tebal.
Yusuf tak kuasa menahan tawa, perutnya sampai terasa sakit dan matanya mengeluarkan cairan bening.
"Heh! Ini tuh punya ibu aku yah! Gak usah ngejek!" ucap Zahra kesal sambil memonyongkan bibirnya. Ia melirik ke Hamzah yang hanya diam, namun laki-laki itu menatapnya.
Zahra langsung mengalihkan pandangannya, entah mengapa sekarang ia malah merasa kepanasan. "Ayo jalan, nanti terlambat"
Hamzah ngapain liatin aku begitu. Apa karena aku keliatan lucu? Atau malah kayak orang gila? Haduh kok aku malah jadi canggung gini.
Begitulah kira-kira isi pikiran Zahra saat ini, ia mendongak melihat langit mendung.
★★★
Brak!
Terdengar suara keras dari dalam kelas, Hamzah mempercepat langkahnya, dan menemukan teman sekelasnya yang hendak berkelahi, dengan sigap ia melerai keduanya.
"Ada apa ini?" tanya Hamzah.
"Dia tuh! Gak mau piket, gue tadi udah nyapu, eh dia malah gak mau ngepel!" Rudi— laki-laki dengan tubuh berisi itu hampir saja melayangkan bogemannya pada Fajar.
Yusuf memegangi tangan Rudi, sementara Hamzah mendekati Fajar ingin mengintrogasi, perawakan Fajar yang auranya aur-auran dengan rambut berantakan, tidak memakai dasi, baju dikeluarkan, membuat Hamzah merasa bingung dan yang lebih membingungkannya lagi, teman sekelasnya itu tidak memakai sepatu, tetapi sandal.
"Kenapa kamu gak mau piket?" tanya Hamzah lembut.
Fajar mendongak memperlihatkan luka di bagian pelipisnya. "Gue males" jawabnya santai dan langsung duduk di kursinya dengan kaki di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAMZAH
Spiritual"Kamu tau apa yang lebih susah dari matematika?" "Apa?" "Istiqomah" *** Hamzah, adalah pemuda biasa namun banyak dikagumi oleh teman sebayanya. Mereka menganggapnya 'sempurna' tidak ada kecacatan yang nampak dalam dirinya, dengan penampilan yang sed...