T w o

603 58 7
                                    

TV di ruang tamu itu menyala begitu saja membuat ketujuh orang yang ada di ruang tamu tersebut membelalakan matanya kaget.

"Oh my God, What is that?!" seru Rami.

"Eh, cuy, lihat tuh, muncul tulisan," ucap Chiquita heboh sambil menunjuk ke arah TV yang menyala.

"Iya, mata kita dua kok." sahut Rora.

"Ra, diem dulu." sikut Pharita ke lengan orang di sebelahnya.

"Selamat datang para anggota Mons7er. Di sini aku akan menjelaskan tugas yang akan kuberikan pada kalian." ucap Asa yang membaca tulisan yang muncul di TV tersebut.

"Pada tanggal 13 Mei akan ada sebuah acara besar di Gedung Devrata. Ingat bahwa itu adalah acara yang sangat penting bagi para pejabat di negeri ini. Dan aku ingin meminta kalian untuk menjaga Menteri Park dan memastikan keselamatannya." tambahnya.

"Dan rumah yang kalian datangi hari ini akan kuserahkan kepada kalian, kuharap kalian bisa huni dan tinggal di rumah ini. Atau anggap saja sebagai basecamp untuk menyusun rencana. Lalu untuk informasi lengkap tentang Menteri Park, sudah aku siapkan profil yang bisa kalian temukan di lemari dekat TV," tambahnya lagi.

Tepat setelah Asa selesai membaca kalimat terakhir, layar TV tersebut mati dengan sendirinya.

"Anjir, serem juga." ucap Rora memegangi kedua lengannya seakan-akan rasa merinding menyelimuti tubuhnya.

"Apanya?" tanya Ruka yang ada di sampingnya.

"TV nya, bisa nyala mati sendiri." jawab Rora yang bergidik ngeri.

"Kirain gw, lo takut sama tugas yang dikasi tuan Yoon. Gatau nya bocil jamet bisa takut juga sama hantu." ejek Ruka, semua yang mendengar itu ikut tertawa.

"Kayak pada gak takut aja, anjing." ucap Rora tak terima ditertawai.

"Gw mah anak pemberani, wle." melet Ruka mengejek.

"Nih profil Menteri Park." tiba-tiba saja gadis berambut hitam panjang itu sudah menaruh map berwarna putih itu di atas meja.

"Eh anjir, sejak kapan Ahyeon ngambil map nya. Perasaan tadi lagi duduk diem." kaget Rami yang tidak tahu sejak kapan gadis itu beranjak dari tempat duduknya. Karena yang ia perhatikan sedari tadi gadis itu hanya menyimak diam layaknya patung.

"Bentar gais, kalian pada mau bahas ini sekarang?" sela Pharita saat mereka akan membahas tentang tugas yang diberikan oleh tuan Yoon. Dan yang lain menatapnya dengan wajah kebingungan. "Tuan Yoon kan tadi bilang kita bakal tinggal di sini. Jadi menurut gw lebih baik kita balik dulu buat ambil barang-barang yang diperluin selama kita di sini."

"Bener sih, gw setuju sama Riri." angguk Ruka menyetujui ide yang diberikan oleh Pharita. Mendengar kata Riri, senyum Pharita sedikit mengembang.

"Gw setuju sama kak Pharita, lagian sekarang masih tanggal 6 Mei, berarti tinggal..." pikir Chiquita sambil menghitung menggunakan jari tangannya.

"Seminggu atau 7 hari, nilai MTK lo pasti 100 kan? cuman 1 nya gelinding." sarkas Rora.

"Emang angka satu bisa gelinding?" polos Chiquita bertanya.

"Hadeh, udah bubar bubar. Pokoknya nanti kita ketemuan lagi di sini jangan telat, Jam 7 on time ya manusia-manusia ngaret." peringat Ruka, padahal sebenarnya dia sendiri juga salah satu manusia ngaret yang dimaksud, tetapi tidak separah yang lain.

Setelah itu, mereka satu per satu beranjak meninggalkan ruang tamu menuju ke pintu keluar. Ahyeon yang terakhir meninggalkan ruangan karena sebelumnya ia bilang ingin ke kamar mandi terlebih dahulu. Sepertinya ada yang tak bisa ia tahan.

_____________M o n s 7 e R_____________

Terlihat seorang gadis memasuki sebuah kamar yang dihiasi oleh sentuhan elegan, mencerminkan kepribadiannya yang berkelas. Dinding-dindingnya yang dilapisi dengan cat warna krem lembut menciptakan suasana yang tenang dan menenangkan. Lampu gantung kristal yang tergantung di langit-langit memberikan sentuhan kemewahan yang memancar ke seluruh ruangan. Di pojok kamar, terdapat sebuah meja rias putih berukiran indah, lengkap dengan cermin berbingkai emas yang menghadirkan sentuhan kemewahan. Di sebelahnya, lemari kayu berwarna putih terang dengan detail ukiran yang rumit menampilkan keanggunan dan ketenangan. Lemari ini dipenuhi dengan gaun-gaun dan aksesori yang dipilih dengan cermat oleh Pharita.

Tempat tidur mewah berukuran king-size di tengah ruangan menawarkan kenyamanan yang tak tertandingi. Selimut berwarna krem yang lembut terlipat rapi di atasnya, mengundang untuk segera merebahkan diri dan beristirahat. Di sisi tempat tidur, terdapat sebuah meja kecil dengan lampu tidur yang menambah kesan hangat dan nyaman di dalam ruangan yang elegan ini. Bunga segar yang diletakkan di atas meja kecil memberikan sentuhan hidup di tengah kemewahan yang mendominasi ruangan. Aroma harum bunga tersebut menyegarkan udara dan menambah kesan alami yang menyatu dengan keanggunan ruangan.

Di dalam sebuah ruangan yang penuh dengan aura keanggunan dan ketenangan, Pharita melepas sandal dan jaketnya. Tepatnya, jaket yang diberikan Ruka.

Sebelum Pharita pulang tadi, Ruka sempat memberikan jaketnya kepada Pharita dengan alasan cuaca dingin akan membuatnya sakit. Bahkan ia juga mengatakan kalau kaos oversized nya tidak akan cukup menahan cuaca yang dingin. Karena itulah ia memberikan jaketnya kepada Pharita. Padahal jika dipikir-pikir Ruka lah yang lebih membutuhkan karena ia pulang menaiki motor sport sedangkan Pharita pulang menggunakan mobil.

Tetapi saat Pharita ingin menjelaskan hal itu, Ruka sudah terlanjur memberikan jaket kulit hitamnya itu ke tangan Pharita dan pamit begitu saja. Jadi mau tidak mau, ia menerimanya saja. Lagipula nanti malam akan dikembalikan bukan? Tapi jika diingat-ingat bayangan ketika Ruka memanggilnya dengan panggilan Riri sangatlah lucu. Entah mengapa senyumnya akan selalu mekar ketika mendengar panggilan itu dari mulut Ruka.

"Heh, Rita sadar lo. Udah jam berapa ini, nanti kalau telat lagi, gw bisa-bisa dimarahin Ruru." gumam Pharita dengan nada cemas, berusaha bangkit dari tempat tidurnya. Mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak membiarkan waktu berlalu begitu saja.

Sudah beberapa jam Pharita di rumah untuk mengemasi barang-barang bawaannya. Mulai dari pakaian hingga skincare ia taruh ke dalam koper berwarna pink yang berukuran tidak terlalu besar. Ia juga sempat mandi dan makan sebelumnya untuk memastikan dirinya siap sepenuhnya sebelum meninggalkan rumah.

Setelah ia merasa sudah selesai mengemas barang-barangnya, Pharita mengangkat koper berwarna pink yang berukuran sedang itu. Kemudian dengan hati-hati, dia menutup pintu kamarnya dan melangkah keluar. Langkahnya ringan menuju basement.

Pharita berjalan ke mobil sedan hitam mewah yang telah menunggunya di area parkir basement. Tanpa ragu, dia membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Udara di dalam mobil terasa nyaman, dan Pharita segera mengatur posisi duduknya agar lebih santai.

Dengan hati-hati, dia memasukkan kunci ke dalam mesin dan memutar kuncinya. Mesin mobil pun mulai berdentum dengan halus, siap membawa Pharita kembali ke rumah nomor 7.

Tepat pada pukul tujuh, Pharita tiba di basement rumah bernomor tujuh itu. Meskipun tidak sebesar basement di rumahnya sendiri yang mampu menampung belasan mobilnya, namun basement di rumah ini masih cukup luas untuk menampung tujuh kendaraan yang dibawa oleh semua penghuni rumah tersebut.

Dengan membawa koper pinknya, Pharita memasuki rumah dengan tenang. Namun, begitu ia masuk, ia disuguhi oleh pemandangan yang kurang menyenangkan. Pharita tidak tahu apa yang terjadi, tetapi sepertinya masalah yang ia lihat ini adalah sesuatu yang serius.

"Ahyeon, udah lo jujur aja, anjing," ucap gadis jangkung itu dengan nada serius.

Not Mons7er Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang