✼ •• ┈┈┈┈๑⋅⋯ ୨˚୧ ⋯⋅๑┈┈┈┈ •• ✼
happy reading!!Sore hari ini terasa cerah saat Anna dan Reyn memutuskan untuk pergi kepantai sepulang sekolah tempat biasa merasa singgahi, seperti rumah keduanya akan tetap kesana walaupun keadaan terasa baik baik saja. Menurut Reyn, rumah itu sudah seharusnya ditempati setiap hari, karena justru rumah itu lah yang menampung kita dari segala rasa yang dilewati setiap hari.
Rumah yang dimaksud itu adalah pantai ini, pantai yang ia temukan sejak dirinya masuk kelas 10 dulu. Pantainya tidak terlalu ramai, hanya ada para nelayan yang berlayar dengan kapal mereka. Suasananya tenang, hanya terdengar gemuruh air saat menyapa pinggir pantai.
"Lo pernah gak ngerasa nyesel sama sesuatu?"
Mendengar pertanyaan itu, Reyn jelas terkekeh. Tentu saja ia pernah merasakan hal itu, ia hidup setidaknya tidak sebentar. Hal hal yang sudah Reyn lalui juga sudah banyak, tentunya hal itu juga tidak luput dari rasa penyesalan atau bangga akan sesuatu. Tapi alih-alih menjawab pernah, pemuda itu hanya mengangguk.
"Kenapa tuh?" Anna bertanya sekali lagi.
Reyn menghela nafas panjang sebelum menjawab, "Ada masa ketika gue nyesel setiap awal awal bulan diawal tahun."
"Maksudnya?" yang perempuan bertanya lagi.
"Gue selalu nyesel sama apa yang gue lakuin di awal tahun, bukannya apa. Cuma gue rasa, apa yang gue lakuin hari itu terlalu berlebihan yang mana ngebuat gue gak suka. Tapi pada akhirnya, gue ga bisa berbuat apa apa selain yaudahin semua yang udah gue alamin. Gue juga gak tahu kenapa gue ngerasa kayak gue mungkin terlalu excited, yang akhirnya gue cuma bisa berdoa semoga gue bisa lebih baik lagi dan lagi."
Anna mendengarkan penuturan Reyn lamat lamat, cukup terkejut karena ternyata hal sama juga ia rasakan disetiap penghujung tahun. Hari dimana Anna akan menangisi dirinya sendiri, entah itu karena penyesalan yang ia rasakan atau terharu karena dirinya bisa sekuat itu menghadapi hari harinya dengan penuh drama. Seperti apa kata orang, yang lalu biarlah berlalu. Memang, tidak mudah nerima ini dan itu dalam hidup, apalagi jika akhirnya hanya ada penyesalan tanpa tahu ujungnya dimana.
Karena roda kehidupan itu berputar, hal itu jelas membawa dampak pada setiap kehidupan manusia dimuka bumi ini. Ada masanya seseorang merasa kesulitan dalam menjalani hidup, berjalan tak tentu arah lalu tersesat dan tidak menemukan jalan keluar. Tapi pada akhirnya ada cahaya terang yang membantu orang itu untuk terus menyusuri jalan sampai akhirnya bisa keluar dari segala rasa sulit yang ia alami dibelakang.
Sedih dan kecewa itu jelas ada, dan kita tidak bisa menghindari keduanya. Sama halnya dengan kebahagiaan, rasa bahagia itu tidak akan datang dengan sendirinya. Kita harus mencari cara agar kita bisa terus merasakan bahagia, dari hal sepele saja karena cara bahagia itu sederhana.
"Kadang ya, gue udah pasrah sama plot twist hidup yang bakal terjadi kedepannya."
Sebelum melanjutkan bicaranya, Anna mendongak menatap langit yang mulai berubah warna. "Gue kayak udah gak ada semangat buat terusin hidup, gue udah gak mau berekspetasi lagi kalau pada akhirnya gak sesuai sama realita yang gue dapet."
"Setidaknya lo harus punya satu alasan untuk tetap hidup." yang lelaki menanggapi dengan serius.
"Ada." Anna menjawab setelahnya.
"Nunggu dia." sambungnya kemudian tertawa, atau lebih tepatnya menertawakan dirinya sendiri karena menunggu sesuatu yang tidak pasti. Disampingnya, Reyn kembali menghela nafas, matanya menyusuri sejauh apa air laut yang ia lihat saat ini.
"Itu bisa jadi alasan supaya lo terus hidup." ucapnya yang masih dengan tampang serius.
Anna mengangguk sekenanya, lalu mengalihkan acara obrolan sore itu ke pertanyaan lain. "Kalau misalkan lo tahu gambaran hidup yang bakal lo dapet kedepannya bakal gimana, apa yang bakal lo lakuin?"
"Justru gue takut."
Anna menoleh cepat, melihat reaksi yang Anna berikan jelas membuat Reyn langsung tergelak. "Biasa aja komuk lo."
"Anjir lo beneran takut? Takut kenapa?" Masih dengan matanya yang nyaris keluar karena melotot tidak percaya, Anna kembali bertanya.
"Ya lo bayangin aja, misalkan lo dikasih tahu gambaran lo kedepannya bakal gimana, apa lo bakal ngerasa seneng atau malah sebaliknya? Gimana kalau gambaran yang lo dapet itu bikin lo takut? Tentang hal hal yang bahkan lo sendiri gak tahu harus gimana. Apa dengan lo liat itu, lo bakal tahu apa yang harus lo lakuin? Apa lo bisa menghindar? Atau lo bakal bersikap biasa aja seolah lo gak tahu apa apa?"
Pertanyaan demi pertanyaan itu jelas mebuat Anna kebingungan harus menjawab seperti apa, karena sejujurnya selain bingung menjawab pertanyaan yang Reyn lontarkan kepadanya, gadis dengan jepit pita dirambutnya itu juga bingung dengan apa yang akan ia lakukan jika hal itu benar benar terjadi dalam hidupnya.
"Karena menurut gue, mending gue gak tahu apa apa daripada harus tahu dan gue malah menghindar demi keegoisan diri gue sendiri." sambung Reyn pada akhirnya.
Suasana sore itu langsung hening setelahnya, baik Reyn maupun Anna keduanya sama-sama larut dalam pikiran masing-masing. Membiarkan matahari kala itu pamit dan berangsur turun hingga menampakkan warna jingga yang cantik.
Anna pikir, ia seperti bunga dandelion yang sangat rapuh sampai bisa terbawa terbang berserakan kemana saja saat tertiup angin. Membawa segala rasa menjadi banyak pecahan lalu menaburkannya dimana-mana. Tapi lebih daripada itu, dia bersyukur karena setidaknya ia masih bisa hidup biarpun ditempat yang dingin sekalipun, dia masih bisa bertahan sendirian tanpa bantuan orang lain, dia juga masih bisa tumbuh dimana saja tanpa merepotkan orang lain.
Sejauh ini, Anna harus memberikan apresiasi paling tinggi terhadap dirinya sendiri. Bagaimana ia lahir dan dibesarkan, bagaimana ia mampu menggapai segala hal yang ia inginkan, atau betapa kuatnya ia menerjang badai sendirian.
Sampai sekarang, remaja itu masih mencari dimana jati dirinya, dimana tempat paling aman untuk dia pulang, dan dimana seseorang untuk dia jadikan sandaran.
Waktu tidak memberi jeda untuk menjadi dewasa. Karena pada akhirnya sesakit apapun luka, ia tetap harus menjalankan kehidupan sebagai mestinya.
Semesta, aku tidak sekuat itu.
tbc..
![](https://img.wattpad.com/cover/367246586-288-k341408.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FOTOGRAFI SENJA [On Going]
Teen FictionRheanna Anagata adalah perempuan yang mencoba menikmati hidup ditengah berengseknya alur yang pengarang tulis, dan bagaimana jadinya jika segala hal yang ia tunggu itu akhirnya datang bersamaan dengan isi kepala yang akhirnya tumpah ruah karena terl...