Chapter 1

8 1 0
                                    

Kota sub urban dengan sentuhan arsitektur tahun delapan puluhan memberi rasa nostalgia dan juga nyaman, orang-orang beraktivitas seperti biasa di kota kecil itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kota sub urban dengan sentuhan arsitektur tahun delapan puluhan memberi rasa nostalgia dan juga nyaman, orang-orang beraktivitas seperti biasa di kota kecil itu. Musim gugur hampir tiba, akhirnya hari-hari yang panas itu akan berakhir. Digantikan dengan daun maple yang berjatuhan memenuhi jalanan Kota Fracbert.

Melewati rumah tetangganya, ia menyapa sepasang suami istri yang selalu duduk bersama setiap pagi. Rambut coklatnya yang panjang tergerai dengan indah menyambut hari ini yang begitu dinantikan. Langkah kakinya menuju sebuah toko lukisan sebelum
bertemu sahabatnya sebentar lagi.

Kring! Kring!

Lonceng pintu berbunyi membuat sang pemilik toko tersenyum sumringah menyambut pelanggan tetapnya ini.

"Cassandra, tumben hari ini rapi banget?", pemilik toko itu menilai
penampilan Cassandra yang seolah ingin kencan buta.

Tertawa kecil menanggapi, yang ditanya menjawab, "Ah, hari ini aku mau ketemu sahabatku. Hehe, emangnya aneh ya?"

Tersenyum tipis, sang pemilik toko menggelengkan kepala. "Kamu cantik kok." Kekehnya.

Cassandra hanya menanggapinya dengan tawa ringan. Netranya memandang seluruh lukisan di toko itu, berusaha mencari yang paling cocok untuk sahabatnya sebagai hadiah.

"Kak, ada lukisan tentang musim gugur, ga?"

Memiringkan kepala, si pemilik toko berusaha berpikir sejenak sebelum akhirnya mengingat koleksi lukisan musim gugur yang dimilikinya. "Hmm, ada deh. Sebentar ya." Ia berlalu ke belakang mengambil beberapa lukisan untuk pelanggannya itu.

Hatinya berdegup kencang tidak sabar bertemu lagi dengan sang sahabat. Bagaimana keadaannya sekarang?
Apa dia merindukanku?
Apa dia akan suka dengan lukisannya?

Menggelengkan kepala, Cassandra berusaha menenangkan dirinya yang terlalu bersemangat. Pundaknya terangkat dan terdengar helaan napas dari bibirnya. Hingga ia mendengar si pelukis kembali membawa dua buah lukisan berukuran sedang bertema musim gugur.

"Nah, pilih yang paling kamu suka." Sodornya ke Cassandra.

Cassandra melihat kedua lukisan itu dengan lamat sebelum akhirnya memutuskan mengambil lukisan pohon maple di dekat perbatasan pulau dengan pemandangan laut di depannya. "Yang ini bagus, aku ambil ini aja."

Melambaikan tangan ke arah pemilik toko, ia melanjutkan langkahnya dengan ringan dan hati yang gembira. Ia menaiki bus umum untuk pergi ke ibukota, Trosa.

Kota itu dikenal dengan pastry yang enak dan juga situs-situs bersejarah pusaka keluarga secara turun-temurun. Disanalah ia akan bertemu dengan sahabat-sahabatnya. Celingak-celinguk berusaha mencari sosok temannya, ia
akhirnya melihat mereka yang melambaikan tangan ke arahnya dari kafe.

"Cassandra!", temannya yang agak mungil melambaikan kedua tangannya riang ketika melihat Cassandra.

Yang tinggi, Marylou, sedikit melambaikan tangannya sembari tersenyum.

ZRAGASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang