"Ya iyalah anjir, yakali yang diundang ke sini gembel pengangguran." Galvine dengan suara lantangnya membanggakan posisinya di perusahaan.
"Iya deh...si paling manajer," Vanessa, yang bercanda dengan Marvel pada saat jamuan makan tadi menimpali ucapannya.
"Jelas! Jadi manajer tuh susah. Makanya gw diundang ke sini. Eh, lu sendiri kerja apaan?" tanya Galvine pada pria tinggi berkacamata di sebelahnya yang menggunakan jas klasik berwarna merah.
Yang ditanya menoleh, "gw ketua divisi pemasaran," jawabnya.
"Gile, boleh juga lu. Di sini kerjaannya beragam, ya." Galvine mengangguk sembari meneguk champagne di tangannya.
Sok asik banget ni orang, elah. Batin Jonathan yang ditanya Galvine sejak tadi.
"Gw pemain game profesional," tiba-tiba Marvel nimbrung dalam percakapan.
Tiga orang itu langsung menoleh ke arahnya dan tertawa menanggapi.
"Ohh, tim mana emang?" Jonathan bertanya padanya, dia juga suka bermain game.
Marvel menjawab, "gw di tim delapan bintang, gw juga ketuanya," sambil membusungkan dadanya.
Jonathan menanggapi sedikit, "oh, gw di lima bintang."
Marvel langsung tertawa yang membuat mereka cukup kesal mendengarnya. "Yah, masih lima bintang, cemen lah. Sini gabung di tim gw," sombong sekali orang ini.
Rasanya Jonathan ingin menyiramnya dengan champagne yang sedang dipegangnya ini. Tapi tidak mungkin, bisa-bisa terjadi keributan. Ia hanya tersenyum tidak minat dan pergi meninggalkan orang-orang itu.
── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
Marvel yang sibuk diocehi Vanessa tentang percintaannya hanya mengiyakan. Ia menatap sekeliling mengabaikan perempuan bergaun hijau satin itu.
Netranya memperhatikan penyanyi Zragas yang mengenakan gaun hitam berkilau selutut. Ia terpaku dan memandang wanita itu cukup lama.
Hal itu membuat penyanyi itu merasa sangat tidak nyaman.
"Eh! Lu dengerin ga, sih?" Pikirannya buyar begitu Vanessa menyentaknya.
Ia menoleh malas, "iya-iya, gw dengerin, kok."
Ck, cantik juga engga, banyak bacot ni cewek. Ia merutuk dalam hati.
Padahal Marvel sendiri sebenarnya wajahnya pas-pasan saja. Memang lagaknya banyak jika menyangkut wanita, ia selalu mau yang cantik—seperti penyanyi itu.
"Bentar dulu, yah. Gw mau ke toilet," ucapnya tanpa melirik Vanessa. Ia bergerak menyusul wanita bergaun hitam itu yang pergi ke arah toilet.
Kemana dia? Padahal tadi ke arah sini. Kepalanya celingak-celinguk mencari keberadaan wanita cantik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZRAGAS
Mystery / ThrillerPesta dansa, suasana yang romantis, bukan? Sayangnya tidak di Zragas. Terdapat sisi lain manusia yang mungkin tidak pernah diperlihatkan. Ingat, setiap manusia memiliki sisi gelapnya tersendiri. {Update setiap Sabtu} [Ceritamu mencerminkan kualitas...