Bab 01

64 20 1
                                    

"Ratih!"

Seruan itu membuat sang empunya nama menoleh ke belakang dan melambaikan tangan dengan semangat.

"Ke perpustakaan yuk," ajak Hanna setelah sampai di samping Ratih.

"Boleh, aku juga mau cari buku untuk tugas." Ratih membenarkan posisi kacamatanya.

Keduanya berjalan beriringan menuju perpustakaan sambil berbincang-bincang.

"Eh, bentar." Hanna menahan lengan Ratih mendadak.

"Kenapa?"

"Itu, kak Angga dari tadi nggak berhenti lihatin kamu." Mata Hanna memberikan kode ke arah jam dua.

Ratih mengikuti arah yang dimaksud Hanna dan benar saja, Angga berdiri di ujung sana sambil menatapnya. Kedua mata mereka bertemu selama sepersekian detik sebelum mereka sama-sama memalingkan muka.

"Udah ah, yuk lanjut." Ratih menarik tangan Hanna menuju perpustakaan.

"Kalau aku perhatikan, sepertinya kak Angga suka sama kamu," bisik Hanna.

Ratih memutar kedua bola matanya jengah. Bukan sekali dua kali ia mendengar perkataan yang senada dengan ucapan Hanna barusan. Ia sudah tahu dari lama bahwa Angga memiliki perasaan padanya. Namun, tak pernah ia anggap serius, karena Angga sendiri tak pernah mencoba untuk mendekatinya.

"Aku nggak peduli, Han. Itu hak dia untuk menyukai siapapun, jadi biarkan saja." Ratih membuka pintu perpustakaan dan melenggang masuk tanpa menunggu Hanna.

"Eh, tungguin." Hanna bergegas menyusul Ratih.

***


Sebuah tepukan mendarat di bahu kiri Angga. Namun, atensinya tak terganggu sedikitpun.

"Lagi lihatin apa sih?" tanya Galih mengikuti arah pandang Angga.

"Nggak ada. Yuk, ke kelas." Angga berbalik dengan senyuman yang tak kunjung luntur. Ia meninggalkan Galih yang masih kebingungan.

"Dasar aneh," ucap Galih sambil mengikuti langkah Angga menuju kelas mereka.

Angga hanya tersenyum mendengar ucapan Galih dan memilih untuk mengabaikannya.

Setelah semua kelas selesai, Galih dan Dion menghampiri Angga.

"Nanti sore, main yuk!" ajak Dion bersemangat.

"Maaf, aku nggak bisa. Aku harus kerja." Angga memakai ranselnya lalu menepuk bahu Dion dan tersenyum.

"Aku duluan ya."

Dion dan Galih hanya bisa terdiam menatap kepergian sahabat mereka.

"Aku lupa kalau dia harus kerja setiap selesai kuliah." Dion menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Kalau gitu, kita main ke tempat kerja Angga aja," usul Galih.

"Benar juga. Ayo!"

Dion dan Galih pun beranjak pulang ke rumah masing-masing dan berjanji akan bertemu kembali di tempat kerja Angga.


***


Sore ini, Ratih duduk di teras kost-nya sambil menikmati pemandangan sore hari.

The Wedding of HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang