"Sebentar saja, aku ingin menyerah"
•••
OST. A WALK (Yerin Baek)
"Kenapa, Mah? Kenapa aku? Kenapa harus aku yang merasakan dampak dari keegoisan kalian?! Mamah ke mana saat aku jatuh, saat aku terpuruk, saat aku butuh pelukan Mamah? Kenapa waktu Mamah seakan-akan hanya untuk Razril, Razril, dan Razril lagi!" Matanya bergetar, berusaha menahan tetesan demi tetesan yang akan membuatnya terlihat semakin lemah.
"EYRA!!"
"Apa, Pah?! Papah juga selalu memikirkan dia doang, kan? Kapan bagian akunya, Pah, Mah? Apa Papah nggak pernah sedikit pun merasa bangga atas pencapaian yang aku raih? Padahal aku selalu berjuang biar bisa jadi kebanggaan buat Papah juga, biar Papah tahu aku juga bisa seperti DIA.
Tapi bahkan untuk penghargaan kecil, sekadar perhatian seperti yang Papah berikan padanya, Papah nggak bisa kasih itu ke aku. Aku nggak kelihatan, ya, Pah? Kayaknya di mata Papah yang kelihatan hanya kesalahan aku saja."
"Mamah pernah tanya keadaan aku? Aku sudah makan apa belum? Aku baik-baik saja atau tidak? Aku butuh bantuan atau tidak? Apa Mamah pernah lihat aku sekali saja? Aku capek, Mah, harus kuat sendirian terus."
"Pah... Mah... Aku nggak pernah minta dilahirkan di dunia ini! Bahkan di keluarga yang entah menganggap kehadiranku atau tidak. Aku nggak pernah minta untuk ada di posisi ini."
"Dan... Kau! Jika di matamu aku bukanlah adik yang baik, maka kau tidak lebih dari seorang kakak yang gagal!"
"Pah! Mah! Bilang ke aku kalau aku di sini itu hanya sebuah kesalahan, biar Tuhan menghilangkan aku dari kehidupan kalian."
Hening.
Tak ada satupun yang bersuara kecuali gadis itu. Gadis itu menunduk, kini air matanya sudah tak terbendung.
"A... Aku capek, Mah, Pah," lirihnya seraya menekan dada yang semakin terasa sesak.
"Aku capek diabaikan terus-menerus. Bahkan kalian tidak mengenal dengan baik siapa Eyrafa Lamont!" Ia mengangkat kepalanya, tatapannya menajam memandang mereka semua yang membungkam tanpa suara.
•••
Mentari menyergap masuk tanpa izin, menyelusup dengan lancangnya melewati rongga-rongga ventilasi ruangan yang bertemakan monokrom itu.
Tok... Tok... Tok...
"Ra..."
"Bangun."
"Makan dulu."
Tak ada jawaban. Hening tetap menguasai seisi ruangan seperti saat pertama kali pintu tertutup.
"Ra..."
Panggilannya kembali menggema di dalam ruangan. Untuk kesekian kalinya, ia baru berhasil mengusik lelapnya tidur seorang gadis yang terbaring lemah di atas ranjang. Terlihat dari penampilannya, sangat berantakan.
Perlahan namun pasti, kelopak matanya terbuka, memperlihatkan kedua netra cokelat miliknya. Ia mendudukkan diri. Ada yang aneh kala ia membuka mata. Tatapan sendu beberapa waktu lalu kini berubah kosong, dengan kelopak mata yang masih sembab, dan rambut yang tidak tertata rapi seperti biasanya.
Ia pun berjalan menghampiri sumber suara yang entah sudah sejak kapan. Menurutnya, suara itu sangatlah asing dan berisik.
Ceklek~
"Kamu sakit?" tanya wanita paruh baya di hadapannya.
"Kenapa, Ra? Ayo makan," tangannya hendak menyentuh pergelangan gadis itu, namun ia terkejut saat sang empunya menepis dan memundurkan langkahnya.
"Ada apa, Ra? Masih marah sama Mamah?"
Mamah? Keningnya berkerut.
"Maafin Mamah, ya... Sekarang makan dulu, oke?" Wanita itu masih mampu mengatur ekspresinya.
"Maaf, tapi Anda siapa, ya?"
Seperti tersambar petir di siang bolong, hatinya mencelos, seketika dadanya berdenyut. Wanita paruh baya itu berkaca-kaca. Ia menggeleng tak percaya. Tangannya hendak menggenggam lengan putrinya itu, namun berhasil ditepis lagi.
Eyrafa Lamont_____________________
Terima kasih untuk kalian yang sudah menyisihkan waktunya, dan menjadi bagian dari perjalanan kisah ini❤🔥🤍
#pensi
#eventpensi
#pensivol15
#teorikatapublishing
KAMU SEDANG MEMBACA
Reset
FanfictionBagaimana rasanya ketika kamu bangun dari tidurmu, semua kenangan yang menyakitkan lenyap seketika, bukan kecelakaan bukan kebetulan, namun ini sebuah keajaiban. Kamu kembali hidup tanpa bayang-bayang masa lalu yang kelam. Namun kosong, seakan bayi...